Jawa TengahSemarang

Sembahyang King Hoo Ping Lintas Agama di Boen Hian Tong Semarang Unik

Semarang – Perkumpulan Sosial Boen Hian Tong yang sering juga disebut Rasa Dharma membali menggelar acara Sembahyang King Hoo Ping.Gelaran Sembahyang King Ho Ping digelar di Gedung Rasa Dharma, Jalan Gang Pinggir 31, Kranggan, Semarang, Minggu (01/09/2024).

Ada yang beda dan unik di Boen Hian Tong, sudah berjalan bertahun-tahun Sembahyang King Hoo Ping diadakan Boen Hian Tong secara lintas agama.

Pengurus Boen Hian Tong Ws. Indriani Hadi Sumarto memaparkan sembahyang King Hoo Ping, Sembahyang Jit Gwee, atau sembahyang rebut merupakan ritual sembahyang yang bertujuan untuk untuk menghormati para leluhur yang wafat terlebih dahulu, baik dari keluarga, kerabat, sahabat maupun tokoh yang berjasa.

“Boen Hian Tong sudah bertahun-tahun menggelar acara Khing Hoo Ping lintas agama. Pasalnya,tahun ini dari ratusan arwah yang didoakan dari berbagai latar dan penganut agama seperti; Gus Dur, K.H. Maimun Zubair, juga ada yang penganut kristen dan katolik,” ujar \ WS Indriani.

Ritual Sembahyang King Hoo Ping kali ini dipandu Asrida Ulinuha diawali dengan ritual doa kepada Thian yang dilakukan para pengurus dipimpin WS Andi Gunawan di depan pintu utama gedung Rasa Dharma menghadap langit.

Kemudian dengan dilanjutkan dengan doa di Altar Utama, di mana diletakkan Sinci atau Papan Arwah Ketua Perkumpulan, termasuk Papan Arwah Gus Dur sebagai ‘Bapak Tionghoa Indonesia’, papan Arwah Ita Martadinata “martir” korban kekerasan peristiwa mei 1998. Papan arwah Gus Dur dan Ita Martadinata hanya ada di altar utama perkumpulan sosial Boen Hian Tong,jadi tak ada duanya di Indonesia.

Pada kesempatan ini, Ketua Perkumpulan Boen Hian Tong Harjanto Halim melorot dan mengganti untaian melati yang tersemat di papan arwah Gus Dur.

Gus Dur seorang pejuang demokrasi dan hak asasi. Gus Dur juga yang telah ditabalkan menjadi Bapak Tionghoa Indonesia akan selalu berada di hati dan benak etnis Tionghoa Indonesia.

Ws Andi Gunawan memimpin sembahyang untuk arwah leluhur. WS Andi Gunawan selaku pemuka agama Konghucu mendiarasakan doa di depan meja sembahyang yang pepak aneka sajian masakan, berupa aneka sayur, daging, buah, jajanan dan makaan kesukaan Gus Dur.

Doa Lintas Agama

Ketua Panitia King Hoo Ping 2024 Ws Andi Gunawan dalam sambutannya sangat mengapresiasi para tokoh agama yang hadir dalam acara ini.

“Sembahyang King Hoo Ping ini untuk mendoakan arwah para leluhur atau tokoh yang telah mendahului kita. Sembahyang King Hoo Ping ini wujud baktikita kepa leluhur. Tetapi ada esensi lain yang tak kalah penting yang harus disampaikan ke anak cucu kita, yaitu meneladani perjuangan dan kebajikan para leluhur,” ujar Andi Gunawan.

Hal senada juga disampaikan Ketua Boen Hian Tong Harjanto Halim bahwa sembahyang King Hoo Ping merupakan laku bakti kita kepada leluhur dan tokoh yang telah mendahului kita dengan mendoakannya, selain itu juga merupakan sarana untuk meningkatkan sesrawungan atau silaturahmi antara yang masih hidup.

“Dengan srawung, berempati dan toleransi akan menjadikan hidup lebih bermakna. Hidup menjadi lebih hidu,” tandas Harjanto.

Kemudian para tokoh agama berdiri berjajar menjadi dua bagian di depan meja yang penuh sajian yang komplet aneka sajian masakan, berupa; aneka sayur, daging, buah, dan jajanan.
Di altar di bawah replika perahu berjajar 197 buah papan arwah. Nama-nama orang yang telah meninggal dan tertera di papan arwah ini dibacakan bersamaan dengan para tokoh agama mendaraskan doanya.

Secara bergantian para pemuka agama mendaraskan doa dimulai dari Suwahyo (Penghayat), Prodiakon Steve Tarjono Sudarmana (Kristen Katolik) , Pendeta Stevanus Wawan Setiawan (Kristen Protestan), Oei Tau Ping (Tao), Pendeta Agga Dhammo Warto (Budha), Pinandita Muhadi (Hindu) dan Kyai Muhammad Abdul Qadir/Gus Qadir (Islam).

Doa bersama ditutup oleh tokoh agama Khonghucu Ws. Andi Gunawan yang mendaraskan doa sembahyang King Hoo Ping, yang ditujukan kehadirat Huang Tian Shangdi, Tuhan Yang Maha Besar dengan bimbingan Nabi Agung Kongzi dipermuliakanlah.

Kemudian Ws. Andi Gunawan menutup doa dengan membakar kertas doa dan meletakkannya dalam sebuah mangkuk. Perlahan-lahan kertas doa tebakar menjadi abu tak berbekas asapnya terus melangit bersama doa dan harapan.

Dilanjutkan, dengan memasukkan papan arwah yang ada ke dalam kapal. Kemudian perahu dibakar di depan pintu utama gedung Rasa Dharma. Replika kapal yang berisi uang-uangan dan papan arwah dibakar maknanya untuk mengantar arwah-arwah untuk kembali kembali ke akhirat sebelum bulan ketujuh ini habis.

Kapal ini dipilih karena pada zaman dahulu merupakan alat transportasi yang paling efisien.

Usai pembakaran kapal berakhir berhenti pulalah gelaran King Hoo Ping di Rasa Dharma Semarang khususnya.

Kemudian Ws Andi Melempar Pak Poe untuk meminta restu acara akan selesai. Setelah maka dianggap ‘poe’, acara pun diakhiri. Dilanjutkan dengan ramah tamah dan makan bersama.

Di Boen Hian Tong sembahyang King Hoo Ping tak ada rebutan . Tapi rejeki tak ke mana. Begitu usai ada acara pembagian sembako. Ternyata rejeki tak selalu harus direbut. Dengan bersyukur dan bersilaturahmi rejeki akan menghampiri.

(Heru Saputro)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *