Pameran Sembilan Perupa “Small is Beautiful” Bidik Pasar dan Gairahkan Dunia Ekonomi Kreatif
Semarang – Sembilan perupa Semarang, Yogyakarta dan Denpasar gelar pameran bertajuk “Small is Beatiful”. Pameran yang dimaksudkan juga para perupa untuk menyokong menggairahkan geliat ekonomi kreatif ini ditaja di Tan Artspace, Semarang, Minggu (08/09/2024).
Pameran yang menggelar karya perupa yaitu, Ade Mart, Djoko Susilo, Harry Suryo, Nana Sawitri, Nanang Widjaya, S. Hartono, Silvia Zulaika, Tatas Sehono dan Totok Koi ini akan berlangsung hingga 20 September 2024.
Pameran “Small is Beatiful” ini dibuka Akademisi Universitas Diponegoro Dr,Ir Agung Dwiyanto, MSA, IAI, GP ini ditandai dengan penandatanganan prasasti berlangsung meriah.
Usai pembukaan lukisan bertajuk “Kota Lama” karya Ade Mart dipinang pengusaha Mei Kristanti.
Dalam sambutannya Dr. Agung yang juga dikenal pesketsa ini mengatakan, sangat mengapresiasi gelaran pameran yang menyuguhkan karya-karya yang beragam dan sembilan orang perupa yang cukup punya nama di dunia seni lukis.
“Sembilan orang ini ibarat Sembilan Naga yang punya kekuatan dan ciri khas dalam karya-karyanya. Jadi pameran ini layak ditonton dan diapresiasi oleh masyarakat. Pameran ini harus ditonton apalagi oleh mahasiswa arsitektur. Nanti akan saya ajak mahasiswa saya untyuk nonton pameran ini,” ujar Agung yang kesehariannya menjadi dosen di Undip.
Pada kesempatan itu, Agung juga mengingatkan, agar para seniman bisa menjaga ritme agar pameran agar selalu diminati audien.
“Pameran jangan hanya ramai ketika acara pembukaan atau pada penutupan. Tetapi harus selalu ramai dikunjungi apresiasin dan tentunya juga kolektor agar lukisan laku. Ini menjadi pekerjaan rumah kita bersama,” pungkas Agung.
Sementara itu,inisiator pameran Nanang Widjaya, mengatakan, pameran kali ini sengaja menyajikan karya-karya lukisan yang kecil dengan harga terjangkau. Harga bursa seni merupakan salah satu upaya untuk mengairahkan dunia seni rupa Kota semarang khususnya dan Indonesia .
“Ini bertujuan untuk memberi kesempatan untuk para penyuka lukisan untuk mengoleksinya. Meski pun harganya murah tetapi tentunya tidak mengurangi kualitas karyanya. Ini juga bertujuan agar karya-karya perupa memasyaraka dengan harga bersahabat paling mahal Rp, 3,5 Juta, ” ujar Nanang yang juga owner NW Artspace Yogyakarta.
Ke depan, pameran semacam ini harus terus ditingkatkan, bisa jadi pelaksanaannya nanti waktu menjelang akhir tahun.
“Biasanya pada hari raya natal dan tahun baru banyak orang mencari hadiah untuk kolega. Lukisan bisa jadi alternatif pilihannya,” pungkas Nanang Wijaya mengakhiri sambutannya. (Heru Saputro)