Ragam

Kebakaran Gudang Mancis Renggut Nyawa Calon Pengantin

Onlinekoe.com, Langkat – Raut wajah kesedihan Muhammad Yakub (53), dan istrinya Arbaniah, spontan memancar, sesaat setelah memperlihatkan foto kedua anak perempuan mereka, Khairani (22) dan Alfiah (19).
Betapa tidak. Dua buah hatinya harus pergi untuk selamanya dalam waktu bersamaan, menyusul tragedi kebakaran yang menghanguskan gudang perakitan alat pemantik api (mancis) di Jalan Tengku Amir Hamzah, Dusun IV, Desa Sambirejo, Kecamatan Binjai, Kabupaten Langkat, Jumat (21/6) lalu.
“Kami masih nggak nyangka, mereka berdua ikut jadi korban,” ungkap Arbaniah, sang istri, saat ditemui wartawan di rumahnya, Jalan Tengku Amir Hamzah, Dusun I, Desa Perdamaian, Kecamatan Binjai, Kabupaten Langkat, Selasa (25/6) siang.
Khairani dan Alfiah sendiri merupakan 2 dari 28 pekerja gudang perakitan alat pemantik api yang terbakar. Sang kakak sudah 5 tahun bekerja di lokasi industri terkait. Sedangkan adiknya baru setahun terakhir bekerja.
Dalam peristiwa tragis itu, Kakak-beradik tersebut ditemukan tewas terpanggang bersama 6 anak kecil dan 23 pekerja lainnya, setelah terjebak di ruang depan gudang terkait.
Sebaliknya, 4 rekan kerja Khairani dan Alfiah berhasil selamat, karena berinisiatif ke luar gudang saat jam iatirahat makan siang.
Didampingi putra sulungnya, Razali (31), dan anak ketiganya, Fitriani (25), Arbaniah sanh ibu bercerita tentang panjang mengenai sikap dan kebiasaan hari-hari kedua putrinya itu sebelum ajal menjemput mereka.
Lebih jauh wanita paruh baya itu menjelaskan, Khairani dan Alfiah merupakan anak keempat dan kelima dari delapan bersaudara.
Keduanya dikenal sebagai sosok gadis yang tertutup dan pemdiam, namun sangat sayang dan perhatian kepada kedua orangtua, keluarga, dan seluruh kerabatnya.
Bahkan karena sifatnya yang cenderung tertutup itu, Khairani dan Alfiah enggan bercerita tentang pekerjaan dan aktifitas keseharian mereka selama berstatus buruh harian lepas di gudang perakitan alat pemantik api terkait.
“Kalau bisa dibilang, mereka ini tumpuan ekonomi keluarga. Karena sejak aktif kerja, mereka sering kasih sebagian gajinya ke saya dan kemanakannya,” ungkap wanita yang bekerja sebagai perajin lidi kelapa sawit itu.
Memang diakui Arbaniah, sikap kedua anak perempuannya menjelang kematian mereka sedikit berbeda dibandingkan sebelumnya, terutama sang kakak, Khairani, yang terkesan lebih.emosial dibandingkan sebelumnya.
“Dari cerita abangnya, nada bicara Rani memang sedikit agak lebih tinggi. Tapi kami sama sekali tak merasa adanya hal yang aneh atau berbeda,” terang nenek satu cucu tersebut.
Meskipun dianggap ada sikap Khairani yang berubah, namun Arbaniah menilai munculnya sikap emosional sang putri adalah hal yang sangat wajar.
Apalagi menurutnya, Khairani akan melangsungkan pernikahan dengan sang pujaan hatinya, Bagas Effendi (19), warga Desa Sambirejo, pada 2020 mendatang.
“Acara tunangannya udah 6 bulan yang lalu. Rencananya tahun depan nikah. Tapi tanggalnya belum ditentukan. Jadi dia seperti itu kemungkinan karena capek. Apalgi diakan mulai sibuk urusin semua,” ujarnya.
Sementara itu, sang kakak Razali mengaku, sangat terpukul dengan kematian kedua adiknya tersebut. Terlebih jenazah mereka ditemukan dalam kondisi hangus dan sulit untuk dikenali lagi.
Beruntung menurutnya, jenazah salah satu adiknya, yakni Khairni, dapat dikenali oleh sang pacar, Bagas Effendi, melihat kalung tunangan yang terselip di leher salah satu korban.
Bahkan pasca dievakuasi dan dibawa menuju RS Bhayangkara Medan, Bagas Effendi, dan sang ayah, Muhammad Yakub, senantiasa mendampingi proses identifikasi jenazah.
“Yang tanda itu si Bagas, tunangannya Khairani sendiri. Tahunya dari kalung yang dia pakai. Soalnya ada ciri di kalung itu yang dia tanda. Jadi dia yang ikut ke rumah sakit,” sebut Razali.
Menyikapi kejadian itu, dia sangat meminta polisi segera mengusut seluruh pihak yang diduga melakukan kalalaian, serta berharap Pemerintah Kabupaten Langkat melakukan pengawasan atas aktifitas industri serupa lainnya.
“Harapan kami dari keluarga, perusahaan harus bertanggungjawab dan siapapun pihak yang dianggap lalai harus diberi ganjaran hukuman yang pantas. Supaya ada efek jera,” seru Razali.
“Namun kami patut bersyukur, serta berterimakasih kepada Pemkab Langkat, karena sudah mau menutupi kebutuhan biaya, serta menyediakan sarana dan prasarana pemakaman jenazah Khairani dan Alfiah,” tandasnya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *