NASIONAL

DPRD Sumsel Apresiasi PTPN VII Edukasi Warga

SumateraPost, OGAN ILIR – Komisi II DPRD Sumatera Selatan yang membidangi Petanian, Perkebunan, dan Kehutanan melakukan kunjungan kerja ke kebun tebu dan pabrik gula Cintamanis, di Lubuk Keliat, Ogan Ilir, Rabu (10/6/20). Dipimpin Asgianto sebagai ketua, 14 anggota Komisi diterima Direktur PTPN VII Doni P. Gandamihardja didampingi Putu Sukarmen, Direktur PT Buma Cima Nusantara (BCN, anak perusahaan PTPN VII).

Sesuai surat pemberitahuan kunjungan, para wakil rakyat itu meninjau antisipasi perusahaan dalam menghadapi musim kemarau 2020. Mereka menginspeksi sejumlah areal kebun tebu siap panen, embung air, menara pantau, armada pemadam kebakaran, dan berbagai fasilitas lain.

“Bulan Juni ini kan sudah mau masuk musim kemarau. Kita, di Provinsi Sumatera Selatan ini punya PR khusus ketika musim kering tiba. Yaitu kebakaran hutan dan lahan (Karhutla). Nah, kebun tebu ini sangat rentan risiko kebakaran. Makanya kami agendakan inspeksi ke sini untuk memastikan antisipasinya,” kata Asgianto.

Asgianto mengatakan, antisipasi ini sangat krusial mengingat karhutla yang terjadi beberapa tahun terakhir menjadi bencana besar bagi Provinsi Sumsel. Selain bberdampak bagi kesehatan, aktivitas masyarakat dan ekonomi juga sangat terganggu. Bahkan, Sumsel menjadi sorotan nasional yang menyumbang kabut asap sampai provinsi lain, bahkan sampai Singapura.

Sementara itu, Direktur PTPN VII Doni Gandamihardja dalam paparannya kepada Komisi II menyebutkan pihaknya sudah antisipasi penuh dalam menghadapi kemarau tahun ini. Dalam beberapa slide yang ditayangkan, Doni menunjukkan data keadaan kebun dan pabrik serta fasilitas antisipasi karhutla.

Doni menyebut, dalam berbudi daya tebu, pihaknya sejak 2013 sudah meniadakan cara pembakaran atau zero burning dalam semua proses di kebun. Selain kualitas gula yang dihasilkan kurang baik, proses pembakaran sebelum dipanen juga berdampak buruk kepada lingkungan.

“Jadi kami tegaskan, sejak 2013 kami zero burning. Kalaupun ada kebakaran tebu, itu kecelakaan yang sangat merugikan bagi kami. Seperti tahun lalu, ada 40 hektare tebu terbakar, itu kerugian karena tidak bisa digiling. Kalaupun digiling, hanya tersisa 30 persen dan gulanya juga buruk,” kata direktur yang dua pekan menjabat ini.

Tentang fasilitas untuk mengantisipasi kebakaran, kebun tebu PTPN VII yang sekarang dikelola PT BCN sebagai anak perusahaan telah dibangun 50 unit menara pantau setinggi delapan meter. Di seluruh areal kebun juga telah dibangun 108 embung atau kolam penampung air dengan kedalaman 3—4 meter. Pada beberapa spot yang tidak memungkinkan dibangun embung, perusahaan juga sudah membuat sumur bor berkedalaman 100 meter.

“Embung ini memang kebutuhan kami. Fungsinya bukan semata untuk antisipasi kebakaran lahan, tetapi untuk menyiram tanaman,” kata dia.
Dengan sumber air yang ada, pihaknya juga memiliki sarana dan prasarana jika terjadi kebakaran. Selain armada mobil pemadam kebakaran, perusahaan juga mempunyai tangki-tangki bergerak lengkap dengan mesin pompa yang bisa dimobilisasi menggunakan traktor maupun kendaraan lain ke lokasi yang membutuhkan.

Selain itu, lanjut Doni, pihaknya secara berkelanjutan memberikan edukasi kepada masyarakat yang ada di sekitar kebun, baik di Cintamanis maupun Bungamayang di Lampung Utara. Materi edukasinya mengenai bahaya dan kerugian bila terjadi kebakaran kebun tebu.
“Alhamdulillah upaya kita mengedukasi masyarakat dengan melibatkan tokoh masyarakat dan tokoh agama dan tokoh pemuda di sekitar kebun ini berhasil. Kita berharap tidak lagi terjadi kebakaran seperti tahun tahun sebelumnya,” kata Doni.

Kepada para wakil rakyat itu, Doni juga meminta dukungan dan doanya terkait dengan telah dimulai giling tebu pada PG Cintamanis. Dimulai pada Sabtu (6/6/20), PG Cintamanis memproyeksikan produksi gula putih kristal sebanyak 57 ribu ton.

“Mohon doanya, kami sudah mulai buka giling Sabtu lalu. Mudah-mudaha lancar dan bisa menopang kebutuhan gula dalam negeri sehingga stabilitas harga bisa terjaga,” kata dia.
Pada akhir pertemuan, Ketua Komisi II Asgianto memberi apresiasi kepada PTPN VII. Selain kesiapan menghadapi kemungkinan karhutla, ia juga menilai upaya non fisik berupa edukasi terhadap masyarakat tentang karhutla sangat penting.

“Saya kira, apa yang dilakukan PTPN VII melalui anak perusahaannya, PT BCN sudah sangat tepat. Selain upaya fisik, mereka juga secara persuasif mendekati warga dan berkampanye tentang dampak karhutla,” kata politisi Partai Gerindra ini. (HUMAS PTPN VII)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *