Ragam

Dalman: UM Lampung Beri Kesempatan yang Sama, Mahasiswa ABK

Onlinekoe.com, BANDARLAMPUNG – Sandang status satu-satunya PTS di Sumbagsel yang mengampu program studi (prodi) S-1 Pendidikan Luar Biasa (PLB) dan akan mulai mewisuda lulusannya di 2019, derap Universitas Muhammadiyah (UM) Lampung ini patut diacungi jempol.

Ragam upaya kontinuitas peningkatan kualitas pendidikan tinggi berkarakter, terus ditunaikan kampus 31 tahun itu. Termasuk, peningkatan kualifikasi tenaga kependidikan (tendik) sesuai arus dinamika masyarakat dan standar ketentuan perundang-undangan.

Hal mana, seperti kegiatan Bimbingan Teknis (Bimtek) Pendidikan Khusus (Diksus), yang dihelat kampus hijau itu, bekerjasama dengan Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti), Kamis (27/9/2018).

Menghadirkan narasumber mumpuni, Kasubdit Pendidikan Khusus Ditjen Pembelajaran dan Kemahasiswaan Kemenristekdikti, Uwes Anis Chairuman, bimtek itu sukses diikuti puluhan peserta tendik asal 45 kampus se-Lampung.

Saat membuka kegiatan, Rektor UM Lampung Dr. Dalman, M.Pd., menjelaskan bahwa bimtek ditujukan meningkatkan pemahaman tendik perguruan tinggi di Lampung dalam proses pelayanan perkuliahan bagi mahasiswa asal anak berkebutuhan khusus (ABK).

Diterangkan, ABK juga bagian masyarakat yang memiliki kesetaraan kesempatan memperoleh layanan pendidikan layak seperti mahasiswa lain umumnya. Meski praktiknya, tetap ada pengecualian dalam prosesnya, termasuk dalam hal penilaian hasil pembelajaran.

“Hak memperoleh pendidikan bagi ABK tidak boleh dibedakan dari mahasiswa lain. Namun, perguruan tinggi memberi sedikit toleransi seperti dalam memberi penilaian, karena mereka mempunyai keterbatasan,” ujar Dalman.

Dalman mengapresiasi gelaran itu, seraya menyebut kampusnya telah lama menerapkan kebijakan khusus terkait mahasiswa asal ABK. Mulai penerimaan mahasiswa baru (PMB), hingga seluruh kegiatan akademik di 5 fakultas (Psikologi, FISIP, FE, FAI, dan FKIP).

“Mereka berpeluang dan kesempatan yang sama, kuliah dan berkarya, bahkan hingga lanjut S-2. Kami juga segera merealisasikan pengadaan tenaga pendamping khusus berkemampuan bahasa isyarat bagi mahasiswa tunarungu. Ini jawaban kami juga terhadap Revolusi Industri 4.0, dimana e-learning sudah harus jadi tradisi pembelajaran kita,” kata dia terpisah, usai membuka kegiatan. [red/rls]

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *