MEDIA CREATIVESemarang

Penyair Kelana Siwi Tampil Apik di Kampung Batik

Onlinekoe.com | Semarang – Penyair Kelana Siwi tampil ciamik dan memukau puluhan audien dalam gelaran bertajuk : “Dari Kendal Kelana Baca Puisi di Kampoeng Djadhoel”. Penyair Kendal menampilkan belasan karya puisi pada helat yang ditaja di Teater Terbuka, Kampung Batik , Kelurahan Rejomulyo, Semarang, Kamis (11/11/2021).

Menurut Hermawan Sulistio Putro helat seni yang dinisiasi Kumpul Budaya Gayeng dengan menggandeng Kampung Djadhoel bertujuan untuk memberi ruang kepada seniman untuk berekpresi. Harapannya ke depan Kampoeng Djadhoel ini akan menjadi salah satu kantong kesenian dan budaya di Kota Semarang.

Baca juga : Menyelinap Saat Rakaat ke-3, Pelaku Berhasil Sikat Tas Jamaah Ketika Khusyuk Salat

“Siapa pun seniman bisa pentas di sini. Kampoeng Djadhoel diharapkan bisa menjadi tempat berkesenian sebagai upaya merawat,mengembangkan dan melestarikan budaya,” ujar Wawan panggilan karib penggiat budaya Kota Semarang ini.

Hal senada juga diungkapkan Luwiyanto penggerak Kampoeng Djadhoel, masyarakat di engundang para seniman untuk berpentas di tempat ini.

“Kampoeng Djadhoel yang menjadi indentitas kampung ini punya makna Kampoeng Belanja dan Dhoelan-dhoelan tentunya jalan –jalan untuk menikmati budaya selain batik juga kesenian seperti; yang disuguhkan malam ini,” ujar Luwi.

Sihir Puisi Kelana Siwi

Sebelum helat ditaja rintik gerimis sempat berderai tetapi tak membuat penonton beranjak. Nampaknya audien lebih penasaran dengan penampilan yang bakal dipentaskan penyair dari Kendal.

Pertunjukan dibuka dengan nyanyi puisi Yuli BDN melantunkan puisi bertajuk : “Hijau Sunyi” dan “Sajak Gadis Pertiwi” . Kemudian penyair berambut gondrong kelahiran Mranggen ini mulai unjuk kebolehannya membacakan puisinya bertajuk : “Sajak Sebotol Ciu” . Kelana Siwi tampil dengan gayanya tampil memukau menghangatkan suasana yang dingin.

Seusai membacakan puisi Kelana Siwi mengundang istrinya Sunarti untuk membacakan puisi religius yang bertajuk : “Engkaukah Itu” yang sengaja dipilihkan sebelum pentas. Kemudian Kelana kembali berturut-turut membacakan puisi bertajuk : “Semula” , ‘…….”, “ Mengenangkanmu” dan “Tosket Yang Melentng-lenting”.

Totalitas dan gaya teaterikal Kelana Siwi ketika tampil membacakan karya –karyanya menjadi sihir dan daya pukau tersendiri sebagai sebuah pertunjukkan. Tetapi Kelana mengaku kini diusianya yang memasuki 53 tahun, cepat lelah ketika membacakan puisi-puisi panjang karyanya.

Selanjutnya, Devi dan Rista menampilkan musikalisasi puisi karya Kelana Siwi bertajuk : “Menuju Senja” dan “Bunga Api”. Secara spontan Kelana Siwi menodong Christian Heru Cahyo Saputro untuk membacakan karya puisinya bertajuk :” Tentang Sihir Masa Lalu Yang Menjadi Nyata”.

Baca Juga : Miris! Dorong Teman Sampai Jatuh Dari Lantai 6

Kembali berturut-turut Kelana Siwi tampil membacakan puisinya “Chairil” dan “Antara Wisz dan Paragon”. Selanjutnya, Yuli BDN kembali hadir menyanyikan puisi Kelana Siwi yang berjudul : “Dilingkaran Kawan”.

Sebelum pamungkas pertunjukkan Yuli BDN mengundang Gunadi dari Kelompok Pengamen Jalanan untuk menyanyikan dua buah lagu. Pada pemuncak pertunjukan ini Kelana Siwi berkolaborasi dengan Yuli BDN mengusung “Sajak Ibu Yang Mengandung”.

Helat seni yang berlangsung gayeng diakhiri dengan ramah-tamah dan bincang seni dengan audien dari berbagai kalangan. Ada pesan yang digaungkan Kelana Siwi malam itu. “Siapa pun seniman. Semua tempat adalah panggung,” ujar penyair yang mengaku lebih suka tampil di kampung-kampung.

Panggung sudah digelar siapa menyusul ?
(Heru Saputro)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *