Hindari Sengketa dengan Malaysia, Wamenhan dan Mendagri Tinjau Pembangunan Mercusuar di Pulau Karang Singa, Batam
Onlinekoe.com | Batam – Menghindari terjadi kembali sengketa dengan Malaysia, Kementerian Pertahanan Indonesia meninjau pembangunan mercusuar pada Kamis, 13 Januari 2022.
Mercusuar dengan struktur permanen dan helipad itu dibangun di daerah Karang Singa, di perairan utara, Pulau Batam, Provinsi Kepulauan Riau.
Diketahui, daerah Karang Singa itu merupakan daerah perbatasan antara Indonesia dengan Malaysia dan Singapura.
Pembangunan mercusuar itu akan dilaksanakan oleh Kementerian Pertahanan dan akan dilanjutkan oleh Kementerian Perhubungan Republik Indonesia.
Pembangunan mercusuar dengan struktur permanen tersebut adalah untuk menjadi titik penanda kedaulatan Indonesia.
Dalam kunjungan kerja tersebut selain Wakil Menteri Pertahanan M Herindra, turut pula hadir Menteri Dalam Negeri Tito Karnavian, Kepala Bakamla RI Laksamana Madya TNI Aan Kurnia dan Gubernur Kepri Ansar Ahmad.
“Kita tidak ingin kejadian sengketa antara Indonesia dan Malaysia terkait perebutan Pulau Sipadan dan Ligitan yang akhirnya dimenangkan Malaysia di Mahkamah Internasional pada 2002 terulang,” ujar Wamenhan Henrindra.
Pulau Karang Singa terletak di Selat Malaka, salah satu yang jalur lalu lintas lautan terpadat di dunia sehingga harus dijaga dan diberi tanda bahwa itu merupakan wilayah NKRI.
Di perbatasan internasional ini, negara Singapura telah menguasai teritorial Batu Putih (Pedra Branca). Sementara negara Malaysia sudah menguasai Karang Tengah (Middle Rock).
“Tak boleh ada lagi sejengkal tanah yang boleh diambil oleh negara lain, kita harus tunjukkan kedaulatan kita,” ucap Wamenhan.
Adapun Mendagri Tito mengatakan poin penting pembangunan mercusuar ini adalah mengimbangi infrastruktur yang telah dibangun pemerintah Malaysia. Dimana malaysia telah membangun struktur permanen dan helipad di wilayah Middle Rock.
Sedangkan di Pulau Karang Singa hanya ada pelampung yang ukurannya kecil.
“Poin pentingnya adalah jangan jomplang. Di Malaysia mereka sudah membangun struktur permanen, sementara wilayah kita itu hanya ada buoy saja Belum permanen,” kata Tito. (ZJ/JS)