Beranda Jawa Tengah Disaster, It’s A Human Thing, Menafsir Bencana Dalam Karya Seni Rupa

Disaster, It’s A Human Thing, Menafsir Bencana Dalam Karya Seni Rupa

Beberapa karya Perupa pada acara Disaster, It's a Human Thing, (tangkapan layar IG @disaster.exhibition @anggoro.anu)

Semarang – Gelaran pameran bersama Mahasiswa Seni Rupa Universitas Negeri Semarang (Unnes) 2019 telah berlangung dari 24 – 26 Juni 2022 di Galeri 360 (Gedung Widya Mitra) Jalan MT Haryono, Semarang.

Pameran bertajuk; Disaster, It’s a Human Things dibuka dosen pengampu Mata Kuliah Pameran Muhammad Rahman Athian , S,Pd, M.Sn ini menaja 64 karya mahasiswa seni rupa (DKV) Universitas Negeri Semarang (Unnses) 2019.

Muhammad Rahman Athian dalam pembukaan menyampaikan sangat mengapresiasi para peserta pameran yang dengan segala daya upaya akhirnya berhasil menggelar pameran bersama ini,

Muhammad Rahman Athian, S,Pd, M.Sn, mengatakan mata kuliah pameran bertujuan memberikan gambaran teknis bagaimana mengelola sebuah pameran sekaligus untuk memberi rangsangan berkarya pada mahasiswa seni rupa.

“Kalian telah berhasil mengelola sebuah pameran. Berhasil menampilkan karya seni rupa dan mengemasnya dalam sebuah pameran. Ini merupakan sebuah langkah pertanggungjawaban dalam berkarya. Persoalan julukan atau sebutan seniman nantinya publik yang memberikan dengan menilai karya-karya yang dihadirkan dalam pameran. Ini merupakan sebuah proses, masih perlu konsitensi, proses kreatif terus bergulir yang akan diuji oleh waktu,” ujar dosen yang sering terlibat menjadi kurator dan nara sumber dalam berbagai ajang pameran ini mengingatkan.

Sementara, Fathia Afifatuzahra, mewakili tim Curator tajuk Disaster: It’s a Human Thing diusung merupakan terminologi yang disesuaikan untuk memberikan insight baru dalam memandang sebuah musibah yang coba dituangkan menjadi karya-karya pameran guna membuka wawasan orang-orang dalam memandang musibah.

“Dengan demikian, pameran ini justru bukan menyoal kesedihan dan kemalangan saja dari sebuah musibah, namun akan selalu ada nilai kebaikan yang bisa diambil dari musibah tersebut,” ujar Fathia.

Divisi Humas Pameran, Baruna Kharisma Santoso, mengatakan pameran bersama yang ini memajang 64 karya seni rupa yang terdiri dari digital art, lukisan dan seni instalasi dikuratori oleh Arzul Mustaqim, Brenda Annabel, Camelia Hayati, Dyah Septi, Fathia Afifatuzahra, Mike Ardiyan, Putri Vebryani dan Talitha Aurelia.

Sedangkan para peserta pameran 64 orang mahasiswa seni rupa (DKV) Universitas Negeri Semarang (Unnes) 2019 yaitu Abdul Rafi Muhshi Harris, Adham Nurado, Adib Sham Pratama , Afrizal Pramudyan, Ahmad Ali Osmanahman, Akhmad Nur Faiq, Aleo Shelgy Agustin, Alfiah Malik, Alfian Romadhon, Alif Mada El Pradipta, Andhika Nanda Kusuma, Angeline Sekar Antiqa, Anggoro Agung Nugroho, Arzul Mustaqim,Aulia Nur Rifani, Bagus Priyambodo, Bambang Wicaksana, Baruna Kharisma Santoso, Bintang Falkh Adikusuma, Brenda Annabel Rosalind, Camelia Hayati, Danial Rohman Safarino ,Davina Gloria Stevani Buulolo, Dea Shafa Annisa , Diayu Noor Aqila,Dicky Wahyu Wicaksono, Dika Anggara. Dimas Ariasmara Ekaputra , Dimas Irkham Maulana, Dimas, Ramadhan, Dyah Septi Anisatul Aulia, Elisa Ranirahmawati, Fathia Afifatuzahra, Febrean Ananda Putra,Fitri Mustika Wulandari Panjaitan, Ilham Hanati Samudera Nugraha, Joshua Imanuel Widyanto, Kamal Sa Ad, Keyna Putri Regita, M Getar Jiwa Ramadhan, Mike Ardian Safitri ,Moh. Naelul Arzak, Muhammad Alif Arselan, Muhammad Fadhly Surano, Muhammad Hafizhuddin Amin, Muhammad Rifky Pratama, Muhammad Zulvan Rafil, Mukhtar Banar PenggalihN. Nisa Milenia Sholina Naati, Narieswari Hapsari, Putri Vebryani, Rahmadila Karimatun Nisa, Riski Maolana, Sabrina Putri Fernanda, Talitha Aurelia , Taris Febriyani Tri Saputri, Tasya Salsabila, Triwansyah Saputra , Yudi Prayoga, Yusuf Akbar Kurniawan, Yusuf Ali Permadi, Yuyun Vitara Trinanda, Zainab Hannah Hamidah dan Zainun Nurlaida Almana.

Lebih lanjut, Baruna, mengatakan tema yang diusung tentang musibah agar mahasiswa diharapkan dapat menghadirkan persepsi baru berupa cara pandang masyarakat.

“Bahwa tidak ada hal di dunia ini yang dapat kita kontrol dan sudah seharusnya melihat musibah yang menerjang melalui banyak arah, banyak kacamata, dan sudut pandang yang berbeda,” papar Baruna di sela-sela pameran.

Pameran ini juga, bertujuan untuk memberikan wadah bagi para mahasiswa untuk berkarya sebagai bentuk respon mahasiswa terhadap segala bentuk musibah yang terjadi. Selain itu, imbuh, Baruna, untuk membuka wawasan dan persepsi tentang musibah dan hikmah yang menyertainya.

“Kemudian juga dimaksudkan untuk meningkatkan empati antar audiens dan seniman, memberikan ruang kontemplasi serta kolaborasi antar mahasiswa dan seniman dengan harapan dapat turut memajukan Seni Rupa Semarang,” pungkas Baruna. (Heru Saputro)

 

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini