Puisi-puisi Karya Anggi Munawarah
Menanggung
Memori cerdik melansir rumitnya perjalanan
Semakin dilupa muncul di ingatan
Memperhatikan kondisi yang rada terkasihani
Mata bak air terjun
Tubuh mendekap diri
Dalam ruang dicurahkan
Ibarat magnet melekat
Ingatan buruk diri
Mengambang di pusaran ubun-ubun
Salah sudah menghantui
Inginku lari, malangnya
sudah melekat pada diri
Mencoba menutupi terlihat tidak terbebani
Sehingga wajah berseri
Senyuman permata berlian pun tampak sempurna
Siapapun melihat akan beranggapan tiada beban
Bersyukur aku tidak satu pun paham akan situasi
Diri harus diadili dan diseret untuk tersenyum
Asli diri bak kaca bening terlempar hancur berkeping-keping
Tak terucap
Ku singkap tabir kenangan
Yang telah sekian lama terkubur membisu..
Di Pusaran cinta kian menjelma..
Didanau kerinduan ingin menghampiri..
Terbayang aku wajah syahdu tentangmu,
Mata berbinar ingin mengatakan cinta..
Engkau ungkapkan kata manis mu..
Yang memukau ku hingga tersipu..
Dan sampai ke inti jantung..
Setelah itu kau tinggalkan aku begitu saja
Dalam beribu sesal kelukaan
hingga tersayat-sayat hati ini..
Pedihnya merobek jiwa ..
Hanyut diri ini dalam ratapan kalbu, rasanya begitu perih..
Sesal menghantui..
Tapi Kini sadarlah diri dari mimpi indah rasaku..
Dibalik kelukaan itu tersembunyi suatu hikmah
Membuat ku yang masih mentah
dan hambar ini
rumit tuk menilai kaca dan permata..
Kematian
Mulai merasakan hal-hal yang Takbiasa
Melihat mentari pun seperti melihat anak yang ditinggalkan orang tuanya mati
Tak banyak berkata
Sibuk sendiri bahkan meminta sesuatu hanya menunjukkan jari
Sholat pun tak dikerjakan
Berpuasa saja bolong-bolong
Apalagi sedekah, senyum pun tak diberi,
cacian pada setiap orang rajin dikerjakan.
Memakan Bangkai teman itu hal yang biasa..
Dasar manusia..
Sekira tak lupa kewajiban pada
sang maha kuasa
Surga lah penantian panjang nya
Tak sadar
Tak tahu bahwa ini detik-detik kematian
Awal mula hadir malaikat
Muncul raut wajah kegelisahan
Dunia sudah tak tampak
Ingin merubah hidup lebih baik sudah terlambat
Barulah sadar kematian sudah mendekat
Kematian itu pasti dan tak bisa dipungkiri
Maka siapkan bekal menjemput sang ilahi Rabbi
Medan, Sumatera Utara