Orang Muda Kreatif, Geluti Dunia Kecantikan di Stanley Barbershop
Oleh : Damian Nikolaus Koban
Boleh dibilang, sangat jarang orang Lembata, NTT di Jakarta dan sekitarnya yang menggeluti dunia usaha yang satu ini; Potong rambut, atau istilah kerennya Barbershop. Biasanya dunia usaha semacam ini hampir kebanyakan digeluti oleh orang-orang Sunda Jawa Barat, khususnya dari Cianjur.
Pada umumnya para perantau NTT itu berprofesi sebagai guru, dosen, sekuriti, tenaga kesehatan, pelayaran, rohaniwan dan sedikit pengacara, apalagi pegawai negeri bisa dihitung dengan jari. Yang bekerja di pabrik dan perusahaan elktronik lainnya serta otomotif pun sedikit.
Menggeluti dunia usaha barbershop serta salon ini juga tidak mudah karena itu butuh skill. kemampuan dan juga hoby serta financial yang mendukung. Tanpa semua ini tentu akan sia-sia. Apalagi, peluang usaha ini memiliki persaingan yang ketat, harus bersaing dengan ribuan barbershop yang bertebaran di seantero Jabodetabek. Baik itu mulai dari kaki lima di pinggir jalan sampai kelas menengah di pasar dan Mall bahkan High Class di hotel- hotel berbintang yang biayanya bisa mencapai jutaan rupiah.
Di Jabotabek ada beberapa orang muda Lembata NTT yang menggeluti dunia usaha barbershop dan salon seperti Mercy Ladjar,Yuly Koban dan Todo yang khusus melayani warga sekitar dan saudara atau keluarga besar Lembata di Cipayung. Dengan nama kocaknya PP alias pria panggilan karena orang muda yg satu ini melayani atau para pelanggan yang rata-rata keluarga dari rumah ke rumah karena dekat.
Beberapa hari yang lalu saya berangkat pagi dengan kendaraan umum lalu dengan bus trans Jakarta dari Summarecon Mall Bekasi menuju Cawang Jakarta Timur, kemudian lanjut ke Jakarta Selatan. Tapi malah saya kebablasan sampai ke Pasar Rebo di Jakarta Timur.
Saya pun tidak hilang akal, maka saya turun di halte Tanah Merdeka dan langsung menuju barbershop milik Stanis Ledjap yang berlokasi di Jalan Tanah Merdeka, Ciracas, Jakarta Timur.
Sang pemilik Barbershop pun nampak kaget dan langsung mendapat laporan dengan sigap penuh canda. Saya langsung bilang ke Stanis, “Tolong potong rambut saya dalam waktu setengah jam karena saya harus langsung berangkat lagi ke Jaksel.” Sang pemilik salon tersenyum siap melaksanakan tugas, bahkan lebih cepat dari permintaan.
Berlatar Belakang Hobi Melukis
Bisnis dan usaha Barbershop yang sedang di jalani ini merupakan salah satu alternatif mencari pekerjaan di ibukota yang terkadang gampang-gampang susah. Adik bungsu dari Alexander Nuba Ledjap ini masa kecilnya tidak mengenal bapaknya Perahong karena sudah meninggal sejak ia berusia 1 tahun dan menyusul Mamanya Nogo disaat berusia 3 tahun mensharingkan kisah hidupnya yang menarik itu.
Bisnis kecantikan adalah sala satu bisnis yang semakin berkembang saat ini. Bisnis ini ada banyak jenisnya bukan tentang rias wajah dan ramhut saja tetapi semua yang berhubungan dengan kecantikan pada umumnya mulai dari ujung rambut sampai ujung kuku telapak kaki.
Banyaknya wanita yang bekerja diluar rumah juga berpotensi semakin meningkatnya kebutuhan wanita akan produk dan jasa kecantikan.
Stanley Barbershop ini berdiri sejak 2016 dan merupakan sala satu jasa kecantikan yang sudah memiliki banyak pelanggan wanita dan pria. Bahkan dokter Terawan salah satu dokter ahli ternama saat ini di RSPAD juga perna menjadi salah satu pelanggan tetapnya juga beberapa artis ibukota beken ternamapun perna menjadi langganan tetapnya.
Saat ini sudah terlalu banyak salon yang berdiri dengan standar harga, fasilitas, jenis perawatan yang beraneka ragam. Hal ini sangat menguntungkan para pelanggan karena mereka dapat menentukan salon yang sesuai dengan kebutuhan dan anggaran mereka. Tetapi terkadang banyak juga yang ragu menentukan pilihan pada salon yang tepat akan adanya berbagai macam merk produk obat yang digunakan, apakah sudah teruji kelayakan pakainya atau bisa-bisa sudah jadi sudah kadaluwarsa.
Stanis pemilik Stanley Barbershop dengan nama lengkapnya Stanis Temala Ledjap ini berasal dari Watuwawer desa Atakore Atadei Lembata. Keturunan anak cucu Gaw Rebongen ini menamatkan SD di SD INPRES Watuwawer tahun 1991. Ketika tamat ia bingung mau sekolah apa dan kemana karena kedua orang tua nya sudah tiada sejak ia masih balita. Dalam kondisi kebingungan, kebetulan ada Romo Firminus Dai Koban sedang berlibur di kampung Watuwaer, memanggilnya dan menanyakan: “Rubo mau sekolah lagi tidak?”
Anak bungsu Perahong Ledjap dan Nogo Rebong ini malu-malu menjawab dan bahkan tidak bisa menjawab. Karena siapa yg harus membiayai sekolahnya. Maka romo yg akrab disapa Tinus di kampung ini membujuk rayu bocah kecil ini untuk bisa melanjudkan sekolahnya ke SM dan syukur boca kecil ini mau tetapi sepertinya terpaksa. Maka kesokan harinya berdua romo Firminus Koban mulai berangkat dengan jalan kaki dari kampung Watuwawer ke Lewoleba.
Kisah perjalanan yang menyedihkan karena seumur-umur baru ke Lewoleba jalan kaki tanpa sendal seharian. Sambil jalan sambil menangis karena kecapean belum lagi kaki terantuk kena batu. Tetapi sang Romo dengan tegas mengatakan tidak boleh cengeng menangis. Kalau mau sekolah. iapun terdiam tetapi kemudian masih nangis lagi sepanjang jalan sampai akhirnya tiba di Lewoleba dan selanjudnya ke Larantuka dan masuk sekolah di SMPK Santa Maria Goreti milik susteran PRR di Riang Kemie Larantuka dibawa komando dan urusan Romo Firminus Koban.
Setelah tamat SMP di Riang Kemie, Flores Timur, Stanis kembali ke Lembata dan melanjudkan ke sekolah pertanian dan Peternakan SPP di Lewoleba masih dibawah komando romo Firminus. Tapi rupanya tidak cocok maka diam-diam dia kontak kakanya di Jakarta dan akhirnya kabur dan melarat ikut kakaknya ke Ibukota.
Di Jakarta Stanis dimasukan oleh kakanya Kristianus Kia di STM Vincentius Putra Jakarta pusat sampai tamat. Setamat STM Vincentius, Stanis yang sudah remaja ini ingin mencari pekerjaan dan akhirnya.melamar ke kantor telkom Gombong Jawa tengah tempat dimana pamannya Willem Wata Lejap berkantor
.
Selama 2 tahun Stanis menikmati pekerjaannya yaitu setiap hari menservice pesawat2 telephone yang rusak dan mengerjakan instalasi center yang rumit di 3 wilayah berbeda bersama rekan seniornya.
Suatu ketika Stanis ingin ambil cuti dan berlibur ke Jakarta tetapi ketika waktu cutinya sudah habis ia malah berleha leha nongkrong bersama teman-teman lamanya dan tidak kembali ke Gombong lagi. Meski surat panggilan 2 kali dikirim ke rumah. Tapi Stanis tetap masih mau di Jakarta. Rupanya niatnya berubah haluan untuk mencari kerja di Jakarta saja.
Suatu ketika si Temala iseng beli koran Jakarta Post dan melihat iklan lowongan pekerjaan dan terlihat ada lowongan tenaga untuk Salon potong rambut. Stanis terdiam merenung, “Boleh juga nih aku kan senengnya di bidang seni melukis, bakatku ini bisa saya expresikan melukis dibenda maupun kepada orang. Saya bisa melukis wajah orang memotong rambut orang dengan bermacam2 model, ah saya yakin saya bisa.”
Dengan keyakinan yang mendalam Stanis akhirnya memutuskan untuk melamar ke salon dalam iklan tersebut, Christopher Salon. Sambil berdoa dengan keyakinan dan atas campur tangan doa bapa dan mama yangg sudah diatas sana akhirnya diterima dan mengikuti training terlebih dahulu di Chandra building di Glodok Plaza Jakarta utara selama 1 bulan. Ia termasuk siswa yang cepat menguasai maka pendatang baru yang termuda ini langsung dikirim ke cabang dan ditempatkan di Borobudur Plaza Bekasi Timur selama 2 tahun.
Stanis yang kemudian menikah dengan gadis pilihannya dari suku Rebong itu punya kelebihan berbahasa Inggris maka akhirnya dikirim untuk bekerja di cabang yang jauh yaitu ke Denpasar Bali selama 3 tahun hingga bom Bali ke 2. Di Bali ia mengambil pendidikan tata rias pengantin advance milik Martha Tilaar dan mendapatkan ijasah terbaik.
Selesai bom Bali 2 ia kembali ke Jakarta dan menghadap ke kantor pusat di jalan tebet dalam raya dan ada pembukaan sekolah training center di ITC Cempaka Mas Jakarta Timur. Disini Stanis ditunjuk menjadi staf pengajar selama 3 tahun lebih, hampir 4 tahun. Kemudian ia mengambil pendidikan spesialis hair colour makarizo hingga mendapatkan Master dan memperoleh 4 ijasah sekaligus yaitu : dasar, academic, profesional dan master.
Stanis kemudian ditunjuk untuk menjadi trainer di Km 9 PTC Palembang lalu kemudian bergabung dengan salon rambut Leli Dewi spa di Utan Kayu Jakarta Timur. Kemudian mengambil pendidikan hair colour elgon profesional by Rudi Hadisuwarno dan mendapat sertifikat yang ditandatangani oleh BAPENAS dan ijasah ini bisa digunakan untuk bisa bekerja di luar negeri.
Stanis juga menjadi staf pengajar di MAY SALON Jakarta selama 4 tahun dimana ia mengajar teknik lulur dan Spa, Refleksi dan creambath, facial dan terapi totok wajah terapi untuk mengencangkan wajah.
Stanis juga mengambil pendidikan lagi di “JOHNY ANDREAN TRAINING CENTER” dan memperdalam academic profesional sehingga pernah mengikuti test skill di ITC Depok dengan hasil sangat memuaskan. Saya bilang, “emang ade ini kecil-kecil cabe rawit pintar karena turunan Gaw Rebong.
Pada suatu moment lomba salah satu master dari crue Martha Tilaar memberikan penilaian dengan nilai terbaik dan pada akhirnya Stanis ditempatkan di sala satu mall terbaik di Jakarta yang masuk kategori “GOLD”
Meskipun sudah memiliki barber shop sendiri yang masih sederhana tapi Stanis masih tetap mau belajar dan belajar. Ia bercita-cita ingin menjadi owner untuk sebuah salon high class lengkap dan bisa membuka lapangam pekerjaan untuk siapa saja yang mau mengais rezeki dalam bidang usaha ini. Bahkan dia berharap kalau sekiranya ada pemodal yang mau membiayai maka ia mau membuka sekolah Salon di Lembata, kampung halamannya.
Sebelum berpisah, saya tanyakan pengalaman paling berkesan dalam mengeluti pekerjaannya ini. “Wah kalau satu ini pengalaman yang paling luar biasa dan tidak pernah saya lupakan. Saya pernah punya pelanggan artis beken papan atas bahkan artis internastional karena sudah akrab maka saya menyapa mereka kaka seperti kaka AGNES MONICA itu pelanggan saya tahun 2016 lalu kaka VIOLINA dan suaminya mas EKO PATRIO pelanggan tahun 2010. Kemudian kaka TAMARA BLEZYNKI pelanggan tahun 2007 dan kaka KIRANA LARASATI pelanggan tahun 2006 Mereka semua pelanggan saya rawat dari rambut atau hairdreser sampai nail art atau kuku.”(Penulis: Damian Nikolaus Koban).