Onlinekoe.com | Semarang – Pelukis Semarang Hartono akhir tahun 2021 ini akan menggelar pameran tunggal bertajuk Teteg, Hartono yang karib disapa Mas Har akan memamerkan 17 karyanya dalam pameran yang digelar di Pendopo Dewan Kesenian Semarang (Dekase) di Komplek Taman Budaya Raden Saleh (TBRS), Kota Semarang.
Hajat pameran yang didedikasikan untuk memperingati dan memarakkan Hari Ibu ini juga dimaksudkan untuk ruang apresisasi dan dialog budaya, gelaran itu telah berlangsung dari 22–27 Desember 2021. Pameran serupa tentang Ibu yang mengusung tajuk : “Sang Hyang Ibu”, pernah ditaja di Taman Budaya Jawa Tengah (TBJT), Surakarta di penghujung tahun 2019 lalu.
Menurut Mas Har pameran tunggal ini juga didedikasikan sebagai sembah dan doa kepada ibunya dan juga ibu-ibu dimana pun. Lukisan-lukisan yang sebagin besar berobjek perempuan (ibu) ini merupakan refleksi visual perwujudan kasih berupa puisi rupa.
Mas Har memujudkan rasa syukurnya akan kasih ibunda dan merayakan dengan ekplorasi estetik berupa lukisan yang dipersembahkannya di hari ibu.
“Saya berupaya untuk menyatakan kasih ibu yang menganaksungai melalui karya,” ujarnya.
“Karya-karya saya sedang dalam proses meruang dan mengalir dalam sebuah wilayah kemerdekaan budaya. Jadi apresian bebas menafsirkan dan memaknai karya-karya lukis yang dipamerankan,” tambah Mas Har saat diskusi Menyoal Derap Seni Rupa Semarang, Senin (27/12/2021).
Mas Har sebelumnya, selain katif mengikuti berbagi pameran bersama yang digelar berbagai komunitas baik di dalam negeri maupun luar negeri juga pernah menaja Pameran Tunggal “Melukis Air” (2016), “Ekplorasi Dialogis” (2017), “Kidung Zaman” (2018), Sang Hyang Ibu (2019), RED T(H)INK (2020), dan Menafsir Bapak Bangsa (2021).
Menurut pelukis kelahiran Sukoharjo, 10 Juli 1961 ini dalam pameran tunggalnya yang ke tujuh ini, mengapa alasannya, mengusung tema “Teteg”, selain sebagai refleksi visual sekaligus tetenger juga untuk menghantarkan keluasan dan keteladanan sosok perempuan dalam hal ini ibu.
Sosok Ibu di Mata Hartono
Bagi pemilik Galeri Proses Semarang ini, sosok ibu itu memiliki sejuta makna. Menurut Mas Har Ibu adalah puisi yang tak terkatakan.
”Selautan tinta tak bakal cukup untuk menuliskan kiprah Sang Ibu,” ujar Hartono suatu kali.
Hartono menandaskan, baginya, sosok Ibu dimatanya adalah merupakan sumber segala cintakasih dan sumber segala kehidupan. Karena itulah, sosok Ibu, mulia di hadapan Allah. Karenanya ibu wajib untuk di hormati, disayangi dan dimuliakan. Itulah pesan yang tersirat dalam karya-karya Hartono dalam pameran tunggalnya “Teteg” kali ini.
Ibu dengan kasihnya yang menganak sungai, imbuh Hartono, merupakan sosok yang mencintai, mengayomi, melindungi,mendidik, membimbing, memelihara, dan mendukung dalam bahtera keluarga.
“Jika engkau mendidik seorang lelaki maka engkau mendidik seorang lelaki. Ketika kamu mendidik seorang perempuan, maka kamu mendidik satu generasi,” ujar Mas Har mengutip sebuah ujaran bijak.
Presiden Amerika pertama, George Washington pun, lanjut Mas Har mengakui apa pun yang dicapainya bermuara dari ibunya.
“Ibu saya adalah orang yang paling indah. Apapun yang saya capai saat ini, semua berasal darinya, ”, ujar Hartono menyitir ucapan George Washington
Lebih lanjut, Magister Seni Rupa jebolan Universitas Negeri Semarang ini membeberkan , Ibu adalah wanita yang muasalnya dari bahasa Sansekerta disebut Vanita, berasal dari urat kata kerja “Van” artinya yang dicintai, istri, perempuan. Kata tersebut kemudian mendapatkan akhiran Hita (ita) yang berarti baik, mulia, sejahtera.
“Merujuk dari arti tersebut maka pengertian Wanita adalah orang yang memiliki sifat mulia, yang dicintai karena cinta kasihnya dan membuat orang sejahtera, “ jelas pelukis low profile ini.
Menurut Prof, M. Yamin, lanjut seniman yang juga pernah menggeluti teater dan film ini, kata ”Perempuan” berasal dari kata ” Empu”, mendapatkan awalan Pe dan akhiran an. di dalam ajaran agama Hindu, Kata Empu adalah istilah untuk gelar yang diberikan kepada mereka yang patut dihormati, dimuliakan dan juga orang-orang suci Hindu.
“Bila kata empu ini dihubungkan dengan wanita dalam tugasnya maka dapat diartikan pengasuh, bahwa kaum wanita mempunyai tugas mengasuh anak-anaknya, keluarga termasuk suaminya. Seorang ibu bisa mengerti sesuatu yang tidak dikatakan anaknya. Jadi, tidak ada kata yang mampu menggambarkan kecintaan, kekuatan, kepahlawanan, dan kekayaan cinta seorang ibu.” jelas pelukis yang sering didaphuk jadi dewan juri dan nara sumber dalam berbagai event budaya.
Sedangkan, sosok Ibu dalam dunia pewayangan, mengingatkan figur “Dewi Kunthi”. Tokoh wanita utama yang perlu diteladani oleh kaum Ibu. Pengabdian dan pengorbanannya terhadap keluarga dan anak-anaknya. Meskipun tidak dipungkiri ia termasuk tokoh kontroversial, selain wujud kodrati ketidaksempurnaan manusia. Dewi Kunthi adalah Ibu dari para Pandhawa.
“Kehidupannya bagaikan pohon kebahagiaan bagi anak-anaknya. Itulah prinsip hidup Ibunda ksatria Pandhawa. Di mata para Pandhawa, Kunthi bagaikan sumber semangat dan kekuatan dalam menghadapi berbagai cobaan. Dalam pembawaannya yang tenang dan bersahaja, Kunthi mampu berperan sebagai sentral perjuangan para ksatria utama,” ujar Hartono pernah membeber sosok ibu dalam jagad pewayangan.
(Heru Saputro)