Beranda Bandar Lampung Ekspresikan Hari Kemerdekaan Dengan Melukis Mural

Ekspresikan Hari Kemerdekaan Dengan Melukis Mural

Bandar Lampung – Kelurahan Sumur Putri, Bandar Lampung, Jumat (21/08/2022) memeriahkan HUT RI yang ke 77 dengan membuat bertema perjuangan. Masyarakat kampung Gulak Galik dengan antusias ikut melukis mural ditembok, terlihat masyarakat kelurahan Gulak Galik asik menggoreskan kuas melukis peta Indonesia.

Icon salah satu pelukis mural ditemui pada saat dilokasi mengatakan, kegiatan melukis mural ini merupakan apresiasi masyarakat kelurahan Sumur Putri merayakan dengan cara melukis mural, sekaligus mengisi ruang-ruang kosong ditembok yang ada.

Selain icon ada juga beberapa pelukis mural yang ikut melukis, Malik, Danang,Rea, Dina, Lunar, Rah, Vixxy,Diana, Nabela, Tiwi, Sinar dan masyarakat setempat. “Proses kreatif dilakukan secara sukarela yang penting berkratifitas ungkap” Icon.

Mural bernuansa merah putih melambangkan semangat perjuangan dan peta Indonesia negara kesatuan republik Indonesia, sentuhan graffiti pun menjadi alternatif para perupa untuk berkreatifitas, untuk menambah estetika ruang-ruang kosong di tembok.

Sementara, potret wajah dengan kembang diwajahnya melambangkan keindahan, dengan warna merah putih, Indonesia indah, subur akan kekayaan alamnya dan beragam adat dan Bahasa daerahnya.

Perupa sekaligus Kurator seni rupa Lampung David mengatakan, sudah terpatri bahwa Bandar Lampung adalah kota Mural, dengan karya-karya mural pesanan/partisifator, mural di kota Bandar Lampung saat ini masih karya-karya ilustrasi belum menyentuh karya-karya idialisme.

Sebetulnya, lanjut David, jika karya-karya mural di Kota Bandar Lampung sudah tersentuh karya-karya idialisme dengan tidak meninggalkan estetika tentunya ada edukasi didalam pesan-pesan moral karya-karya mural tersebut.

“Istilah Bahasa sekarang ini karya-karya kontemporer, konsep karya yang kuat dengan pesan moral yang disuguhkan, sehingga masyarakat yang mengapresiasi mau tidak mau masuk kedalam ruang-ruang kreatif dengan pesan-pesan moralnya.

Menciptakan karya mural dengan konsep kontemporer tidaklah mudah, butuh pemikiran yang panjang, butuh pengamatan, dan olah rasa, seni rupa butuh penyegaran, pencerahan masyarakat butuh edukasi tentang karya-karya seni rupa terutama karya-karya mural” ungkapnya.

David menambahkan proses kreatif dalam penggarapan karya-karya mural, banyak yang harus dilibatkan, seperti design grafis, konseptor, perupa ketika mengeksekusi dengan keselematan yang terjamin, karena selama ini proyek-proyek mural di Kota Bandar Lampung dengan sasaran, playover, underpass yang secara tidak langsung memecah focus pengguna jalan.

“Idealnya karya-karya mural dibuat dengan area yang aman, sehingga masyarakat khususnya masyarakat lampung lebih nyaman mengapresiasinya, apalagi dijaman digitalisasi, instagramable, karya-karya mural tentunya selalu dijadikan obyek untuk selfy dengan background karya mural,” sambung David.

Seni rupa itu, tandas David, bahasa simbol, ungkapan, ide, pemikiran dituangkan kedalam bahasa simbol sehingga terciptalah karya lukis dengan pesan-pesan yang terkandung didalamnya, dimensi ruang rupa itu sangat luas sekali.

“Apakah kita masih seperti zaman mooi Indie? Keindahan alam terus yang selalu disuguhkan? Sementara dizaman serba canggih ini banyak sekali yang tidak indah untuk dilihat, didengar, dan diperbincangkan, sementara seni rupa yang begitu indah untuk didiskusikan, diperbincangkan dalam forum-forum tertentu sudah jarang sekali ditemukan. Saya teringat sahabat saya Joko Irianta yang melontarkan ucapan yang mungkin pada saat itu ada kegelisahan di dalam benaknya, pikirannya. Mau mau di bawa kemana seni rupa Lampung,” ungkapnya, ketika itu terjadi diskusi seni rupa yang begitu hangat, indah walaupun seni rupa saat itu mati suri.

(Heru Saputro)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini