Empat Mahasiswi IIB Darmajaya Kuliah di Tiongkok, Ini Keseruannya
Onlinekoe.com, Bandar Lampung – Keempat mahasiswi Institut Informatika dan Bisnis (IIB) Darmajaya yang menimba ilmu di Nantong Vocational University (NTVU) Jiangsu, Tiongkok tiba di tanah air.
Keempatnya yakni Lisa Mahardika, Kristin Tiara Pita, Bella Aprilia Sandra, dan Wenni Puspa Sari berkuliah selama satu semester (bulan September 2018 – Januari 2019). Lisa dan Kristin merupakan mahasiswi jurusan akuntansi kemudian Bella dan Wenni mahasiswi teknik informatika.
Lisa menceritakan bahwa dirinya memang berniat merasakan kuliah di luar negeri. “Awalnya (program student mobility) memilih Tiongkok dan Taiwan. Dan lebih prepare (siap) ke Tiongkok dan akhirnya berangkat,” ungkapnya Rabu, 23 Januari 2019.
Mahasiswi semester V ini mengaku mendapat support dari kedua orang tuanya kuliah di luar negeri. “Didukung (orang tua) meskipun saya kangen dengan orang tua waktu awal datang. Nangis-nangis tapi karena tempatnya menyenangkan jadi hilang,” tuturnya.
Adapun kenangan yang tidak terlupakan keempatnya di Tiongkok, jalanan yang teratur dan mulus. “Tempat dan jalannya mulus tidak macet. Disana juga tidak ada motor, adanya e-bike dan pejalan kaki sangat dihargai ketika akan menyeberang kendaraan langsung berhenti. Jalurnya juga sendiri-sendiri dari bus, e-bike, dan pejalan kaki,” ujar Lisa.
Kristin mengenang ketika akan menyantap makanan di Tiongkok. “Saat makan harus pakai sumpit karena disana serba dengan sumpit. Untuk makan nasi tidak sulit menemuinya, tapi memakai sumpit pas awal-awal susah tapi lama-lama jadi biasa. Untuk yang muslim harus bertanya terkait makanan dan minuman halalnya dan warung makan juga biasanya sudah menempel didepan halal atau tidaknya,” tutur mahasiswi semester V ini.
Makanan dan minuman di Tiongkok, lanjut dia, harganya murah. “Kita biasanya makan nasi sama bebek dan harganya untuk bebek besar cuma 13 yuan kalau dirupiahin Rp27 ribu. Itu murah sekali. Sempat juga kita kesasar pas mau kekampus karena salah menaiki bus. Disana harus hapal nomor bus untuk tujuannya karena kalau tidak hapal jadi kesasar,” ceritanya.
Mahasiswi IIB Darmajaya lainnya, Bella mengatakan kuliah di Tiongkok dosennya sangat baik terhadap mahasiswa. “Tidak ada jarak dan mereka ramah-ramah. Dosennya juga masih muda-muda dan gak ketahuan mana dosen dan mahasiswanya karena rata-rata muda-muda,” ucap dia diamini oleh ketiga rekannya.
Ia pun mengenang ketika memasuki musim gugur di Tiongkok tanaman daunnya berwarna-warni. “Kalau di Indonesia kan daunnya hijau kalau di Tiongkok daunnya berwarna-warni ketika musim gugur. Suhunya juga dingin ketika winter pas keluar rumah bisa beku kayak kulkas,” imbuhnya.
Wenni rekannya satu jurusan menambahkan untuk harga makanan, elektronik, dan pakaian di Tiongkok murah. “Disana kalau diskon benar-benar banting harga terutama makanan padahal masih lama kedaluarsanya sekitar empat bulan tapi diskon. Makanya kita pulang jadi naik semua berat badannya. Produk lokal disana sangat murah dan berkualitas juga tapi produk luar sangat mahal,” tuturnya.
Keempatnya pun berniat untuk kembali kuliah diluar negeri dengan tempat yang berbeda. “Pengen kuliah diluar negeri lagi tapi di negara lainnya supaya tahu budaya dan pendidikannya,” ujarnya.
Wakil Rektor IV IIB Darmajaya Prof. Zulkarnain Lubis, M.S., Ph.D menuturkan pembelajaran di luar negeri yang didapatkan mahasiswi bisa diterapkan di tanah air. “Ada pepatah yang sangat kuno namun menjadi pegangan setiap orang dalam mengejar ilmu pengetahuan yakni belajarlah ilmu sampai ke negeri Cina. Ini juga yang dilakukan oleh keempat mahasiswi IIB Darmajaya untuk mendapatkan ilmu tidak hanya dari kampus IIB Darmajaya tapi sampai jauh-jauh ke Tiongkok,” ungkapnya.
Masih kata dia, ketika budaya yang diperoleh positif dapat diaplikasikan di daerahnya. “Tiongkok merupakan salah satu negara berpengaruh di dunia saat ini. Baik dari sisi pendidikan, kesehatan, teknologi maupun ekonomi dan representasi keilmuan di dunia,” ujarnya.
Dia berharap mahasiswi yang telah kembali dapat menjadikan pengalaman berharga saat belajar di Tiongkok. “Karena pengalaman merupakan guru yang paling berharga bagi setiap individu,” tutupnya.