Onlinekoe – Masih segar dalam ingatan kita ‘Tragedi Kanjuruhan’ (1 Oktober 2022) yang merengut nyawa 165 jiwa. Disamping ratusan orang masih mengalami trauma dan belum pulihnya luka akibat gas air mata, bahkan yang lebih miris lagi Tim Independen Gabungan Pencari Fakta (TIGF) Pimpinan Mahfud MD yang notabene Menteri Koordinator Politik Hukum dan Keamanan telah memberikan hasil temuan di lapangan bersama dengan Komnas HAM ke Presiden dan Kapolri.
Hasilnya telah di tetapkannya para tersangka, namun hingga kini belum ada penahanan terhadap para tersangka.
Ditengah rasa cemas dan harapan dari keluarga korban, penulis yang baru saja mengunjungi Kota Malang dalam rangka mengikuti Porwanas Ke-XIII (19 – 27 November) sempat mampir ke Kabupaten Malang dimana letak Stadion Kanjuruhan berada.
Secara kasat mata nampak jelas bangkai syal, papan bunga, sepatu sandal dan ucapan duka cita ditujukan kepada ‘Aremania dan Aremanita’ yang gugur sebagai perisai pahlawan sepakbola Indonesia (menurut penulis) yang diletakkan di setiap sudut pintu gerbang (pintu 13) dan prasasti ‘Singo Edan’ di depan Stadion Kanjuruhan pertanda rasa simpati sesama insan sepakbola yang menghargai nyawa melebihi segalanya.
Setiap sudut Kabupaten Malang dihiasi dengan spanduk uraian kata-kata ‘Usut Tuntas Tragedi Kanjuruhan, Gas Airmata Tidak Sebanding Dengan Air Susu Ibu’ memawarkan dan menawarkan rasa iba dan keadilan yang hakiki.
Lebih mencengangkan lagi, selama ada di Kabupaten Malang, tidak ada satu pun aparat kepolisian yang berjaga dan turun mengatur hiruk pikuknya kendaraan ditengah sibuknya roda kehidupan. Pertanda apa penulispun hingga kini masih belum mendapat jawaban yang logika.
Tepat pada tanggal 10 November 2022 pergelaran Piala Dunia Qatar 2022 dimulai. Ajang olahraga sepakbola tanpa mengenal kasta ini selalu dinanti-nanti oleh hampir suruh penjuru dunia. Getarannya hingga pelosok negeri pun terasa. Euforia sorak dan tepuk tangan menyaksikan bintang idolanya terus menggelora.
Ada Leonel Messi (Argentina) Ronaldo (Portugal) Valverde (Uruguay) Vinicius Yunior (Brazil) dan lain-lain menari-nari didepan televisi dan Android kita. Ini sangat kontradiksi dengan kejadian yang menimpa saudara kita di Stadion Kanjuruhan.
Dalam pesan terakhir penulis yang juga pecinta sepakbola dan pecinta kedamaian memohoan kepada pemangku kepentingan agar kiranya proses penegakan hukum yang berkeadilan sosial dan sangat manusiawi segera terwujud. Toh, yang meninggal itu adalah saudara kita yang pada saat itu sedang menikmati sebuah tontonan yang menarik. Adrenalin dan semangat fanatisme dapat dilepaskan sewaktu menyaksikan pertandingan antara Arema Vs Persebaya.
Dengan kata akhir penulis sempat memberi doa bagi para Aremania dan Aremanita ditugu ‘Singo Edan’ yang telah gugur mendahului kita.
“Selamat jalan saudara ku. Salam Satu Jiwa”. (Sony Eriko/One’)