Jawa Barat

HKTI Bisa Berperan Memperkuat Ketahanan Pangan

Bogor – Seminar Reforma Agraria Untuk Mengembangkan PAJALE guna memperkuat ketahanan pangan dilaksakan di Universitas Nusa Bangsa, Bogor, Jawa Barat, Selasa 14 Februari 2023. Kegiatan ini merupakan kerjasama Dirjen Tanaman Pangan Kementerian Pertanian RI bersama ISWI dan Universitas Nusa Bangsa. Kegiatan ini dilaksana dalam rangka memperkuat ketahanan pangan.
Dalam sambutannya sebagai Keynote Speech, Ir. Doddy Imron Cholid selaku Wakil Ketua Umum DPP Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) mengatakan bahwa Reforma Agraria merupakan amanat TAP MPR RI No. 9 tahun 2001 serta UU Pokok Agraria, peraturan perundangan lain serta dibuatnya Pertaruran Pemeritah No. 86 tahun 2018 tentang Reforma Agraria.

“Reforma Agraria sendiri adalah penataan kembali struktur penguasaan , pemilikan dan penggunaan serta pemanfatan tanah yang lebih berkeadilan melalui penataan aset untuk memakmurkan rakyat. Artinya bahwa pada saat ini terjadi ketimpangan struktur penguasaan tanah, kemudian berkaitan dengan akses reform atau penataan akses adalah memberikan kesempatan akses permodalan maupun bantuan lainnya kepada subjek reforma agraria dalam rangka meningkatkan kesejahteraan rakyat yang berbasis pemanfaatan tanah yang disebut pemberdayaan masyarakat,”ujar Doddy
Maka dengan demikian, lanjut Doddy, reforma agraria harus bisa menyelesaikan beberapa persoalan agraria antara lain masalah ketimpangan struktur penguasaan tanah, jadi seperti kita ketahui bahwa saat ini ada badan hukum yang menguasai jutaan hektar tanah dimana badan usaha tersebut menguasai HGU untuk perkebunan, menguasai hak penggunaan hutan tanaman industri (HPHTI) , memiliki HGU untuk perumahan, perhotelan, apartemen kawasan industri danlain-lainnya.

Sementara di lain pihak banyak petani yang tidak memiliki tanah, dan juga petani yang mengusai tanah kurang dari 3000 meter menurut catatan BPS saat ini ada 15 juta orang.
“Tentu ketimpangan penguasaan tanah ini harus segera diselesaikan. Dari mana tanah yang bisa diberikan kepada petani. Pertama dari tanah negara bekas tanah terlantar, kedua, tanah yang sudah habis hak HGU, kemudian dari kewajiban perusahaan untuk memberikan 20 persen pada saat permohonan perpanjangan hak,kemudian dari dari tanah pelepasan kawasan hutan seluas 4,1 juta hektar, juga dari tanah bekas tambang dan lain sebagainya,”tegas Doddy.

Selain itu, Doddy menjelaskan bahwa reforma agraria juga harus bisa menyelesaikan konflik pertanahan yang melibatkan kelompok masyarakat yang jumlahnya cukup banyak, kemudian jumlah petaninya juga banyak , serta luas tanah yang dijadikan konflik itu mencapai ribuan hektar. Konflik itu bisa terjadi antara petani dengan perkebunan, petani dengan hutan, petani dengan pertanian, petani dengan properti dan lain sebagainya. Ini harus diselesaikan kalau kita ingin memperkuat ketahanan pangan.
“Masalah yang lain adalah berkurangnya luas sawah. Pada saat ini kita melihat bahwa banyak konversi penggunaan sawah ke non sawah seperti untuk perumahan dan industri. Ini harus dicegah untuk memperbaiki ketahan pangan.

Disamping itu juga kita sering mengalami sulitnya mencari pupuk, bibit dan obat obatan serta masih banyak infrastruktur yang tidak baik, dan petani saat ini selalu kekurangan modal. Jadi ini catatan penting untuk menyelesaikan ketahanan pangan,”pungkasnya.
Dalam seminar ini ada tiga nara sumber yang menyampaikan materi mengenai penguatan ketahanan pangan. Narasumber pertama Direktur Aneka Kacang dan Umbi Ir. Yuris Tiyanto, MM yang mebawakan materi Strategi Membangkitkan Hasrat dan Semangat Generasi Milenial Untuk Mengimplementasikan Program Kedelai Bangkit Guna Mengurangi Import.

Disampaikan oleh Yuris Tiyanto bahwa kondisi kedelai nasional saat ini kedelai merupakan sumber protein nabati yang murah sedangkan kebutuhan kedelai dalam negeri mencapai 3,2 juta ton, selama 5 tahun terakhir produksi kedelai selalu menurun, sebanyak 86 persen kebutuhan kedelai dalam negeri masih diimport karena petani kurang terarik menanam kedelai, kemudian penanganan pasca panen juga belum memadai.
Untuk itu Yuris Tiyanto mengajak HKTI pusat dan daerah untuk bekerjasama dalam rangka meningkatkan produksi kedelai. Jika HKTI di daerah bersedia maka tentu kerjasama ini akan memberikan keuntungan bagi petani dan HKTI ikut serta membantu ketahanan pangan nasional kita.

“Adapun manfaat pengembangan kawasan kedelai ini antara lain, bisa meningkatkan produksi kedelai untu meningkatkan pendapatan petani, terbukanya kesempatan kerja di kawasan perkebunan kedelai, meningkatkan PAD, memperbaiki gizi buruk, meningkatkan kesejahteraan petani,” ujar Yuris menjelaskan.
Menururt Yuris, strategi peningkatan produksi kedelai di Indonesia tahun 2022 adalah konsolidasi produksi 1 juta ton, kemudian tahun 2023 adalah transformasi produksi ditingkat menjadi 1,41 juta ton, tahun 2024 akselarasi 1, 85 juta ton, tahun 2025 produksi 2,46 juta ton dan pada tahun 2026 produksi sebanyak 2,92 juta ton. Kalau ini bisa dtunjang oleh HKTI maka diharapkan kekurangan produksi kedelai bisa diatasi .

“Maka dihimbau agar HKTI di daerah untuk bekerjasama dan bibit akan disiapkan oleh Kementerian Pertanian. Bila ke depan petani kesulitan menjual hasil pertanian maka Kementerian Pertanian sudah menunjuk beberapa perusahaan untuk menjadi off taker yang akan membeli hasil hasil-hasil produksi petani,” tandasnya.
Rencana kawasan kedelai tahun 2023 sebesar 250 ribu hektar, dimana alokasi pusat seluas 167 ribu hektar dan alokasi di provinsi sebesar 83 ribu hektar yang tersebar di Sumatera, Jawa, Bali, NTT, Sulawesi, Kalimantan Selatan dan Maluku. Sehingga HKTI di daerah daerah tersebut bisa terlibat membangun kawasan kedelai untuk mengatasi ketahanan pangan di Indonesia.

Sementara itu Nara Sumber kedua oleh Rektor Universitas Nusa Bangsa Bogor Dr Yunus Arifien yang memberikan materi dengan topik Strategi Penyediaan Bahan Pangan Pokok, Secara Berkelanjutan Untuk Menjaga Stabilitas Ketahanan Pangan Nasional yang dilakukan dengan teori Model Optimalisasi Pendayagunaan Lahan Untuk Budidaya dan Peningkatan Produksi PAJALE melalui penerapan konsep Smart Farming 4.0.
Nara Sumber ketiga Prof Dr Ir Ali Zum Mashar membawakan materi berjudul Penerapan Benih Unggul Hasil Inovasi Pemuliaan dan Penerapan Bioteknologi Migo Untuk Mewujudkan Lumbung Pangan Dunia di Indonesia. Ali Zum Mashar adalah seorang peneliti yang juga seorang inventor migo, Kedelai Raksasa, Kedelai Migo dan Padi Trisakti.

Ali Zum Mashar yang juga anggota Dewan Pakar HKTI menyampaikan bahwa saat ini dirinya telah menghasilkan bibit unggul untuk kedelai yang buahnya luar biasa , Jagung dan Padi Trisakti.
Seminar ini dilaksanakan di Universitas Nusa Bangsa Bogor yang berada dibawah naungan Yayasan Peningkatan Keterampilan Untuk Kehidupan yang dipimpin oleh Ir. Doddy Imron Cholid yang juga sekaligus sebagai Wakil Ketua Umum DPP HKTI sehingga Doddy diberikan kesempatan menjadi Keynote Speech dalam seminar ini terkait dengan Reforma Agraria. (Amr)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *