Beranda Jawa Tengah Hysteria Gelar Festival Seni Penta K Labs IV “Malih Dadi Segara”

Hysteria Gelar Festival Seni Penta K Labs IV “Malih Dadi Segara”

Semarang – Kolektif Hysteria menggelar festival dua tahunan di tempat khusus (sites specific art project biennale) berlokasi Kampung Nelayan Tambakrejo, Tanjung Mas, Semarang Utara, Semarang. Helat yang menampilkan 37 Projek Seni Situs Spesifik,10 Musik & Pertunjukan dan 20 pembicara Simposium ditaja mulai 17 – 21 Desember 2022.

Kegiatannya yang melibatkan multistakeholder, seniman residensi dari Kota Semarang luar daerah dan luar negeri ini secara umum terdiri dari 3 acara utama: pameran / art project, paralel event, dan symposium.

Salahuddin Mbuh salah satu founding Hysteria membabarkan emasuki putaran ke empat, Penta Klabs mengusung tajuk “Malih Dadi Segara” (Berubah Menjadi Laut), Tema ini merespon isu perubahan tata ruang akibat manusia beserta interaksinya dengan alam yang membuat beberapa di pantai utara jawa (pantura) terutama terendam air.

“Fenomena ini membuat tanah hunian maupun daratan menjadi bagian lautan yang menyebabkan penghuni perlahan menyingkir dan kehilangan tempat tinggal. Pasalnya, lenyapnya ruang nyaman mereka akibat air yang konsisten hadir menyeruak di halaman-halaman rumah dan lingkungannya,” ujar Adin sapaan akrab pentolan Hysteria ini.

Adin membabarkan Penta Klabs sendiri rutin digelar dengan berbagai isu seperti Narasi kemijen (tentang ketahanan kampung, Kemijen, 2016), Sedulur Banyu (tentang alih fungsi lahan dan ekosistem air, Nongkosawit, 2018), dan Udan Salah Mongso (tentang perubahan lanskap, iklim, dan ekosistem global, 8 kampung di Semarang, 2020). Terkini Penta K Labs IV : Malih Dadi Segara atawa Pantura Lemahe Banjir dengan dukungan Kemendikbud melalui Dana Indonesiana dan LPDP tahun ini bertema Malih Dadi Segara (2022) di Tambakrejo, Semarang.

“Terminologi ini diambil dari nama kelompok sadar perubahan iklim dan lingkungan: Koalisi Maleh Segoro yang terbentuk sejak 2020 di Kota Semarang. Koalisi ini berisikan berbagai NGO, akademisi, komunitas, dan individu, yang peduli perubahan ekstrim terutama di pesisir pantura tersebab kebijakan lokal, global, maupun fenomena alam yang mempercepat proses intrusi laut, penurunan muka tanah, dan juga naiknya permukaan air laut,” jelas Adin.

Ketua Panitia Penta Klabs IV Pujo Nugroho menambahkan, perhelatan seni ini berupaya memotret kompleksitas persoalan pesisir dari perspektif warga setempat yang direspons dari berbagai kalangan. Para partisipan diharapkan tidak melulu melihat persoalan seperti rob dan perumahan yang layak sebagai wacana yang perlu diproduksi terus menerus.

“Tetapi siasat hidup warga (daya resiliense) dan nilai-nilai budaya yang ada di Tambakrejo perlu dimunculkan sebagai salah satu cara melihat kampung sebagai ruang yang hidup.” ujar Pupung panggilan karib Pujo Nugroho

Sementara Kurator pameran A Khairudin menambahkan para seniman ditantang untuk ‘menaklukkan’ ruang-ruang kampung, berbeda dengan galeri mapun ruang pamer yang mapan, mereka akan bernegosiasi dengan pemilik rumah dan warga untuk presentasi karya.

“Kesan yang positif juga ditujukan oleh beberapa seniman yang sudah tinggal disana. Warga juga nampak berinteraksi merespon kegiatan para seniman residensi yang datang mempersiapakn materi pamerannya,” imbuh A Khairudin. (Heru Saputro)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini