Jawa TengahSemarang

Hysteria Gelar Kolegatif II Bareng 24 Seniman Visual

Semarang – Ujanan Penaka ujaran kembali ke marwah, Kolektif Hysteria melalui Platform Pekakota, kembali gandeng 24 seniman visual dalam gelaran Kolegatif II.

Gelaran acara yang ditaja di Collabox, Jl. Indraprasta No.74, Pendrikan Kidul, Kecamatan Semarang Tengah, Kota Semarang, penggal akhir pekan lalu. Yang tak kurang dihadiri ratusan pengunjung.

Hal itu diungkap Ketua Project Kolegatif II, Winatra Wicaksana yang juga merupakan mantan peserta PekaKota Institute 2024 yang diselenggarakan oleh Kolektif Hysteria, beberapa bulan terakhir.

Mahasiswa Seni Rupa, Konsentrasi Desain Komunikasi Visual Unnes tersebut mengatakan bahwa Kolegatif II, mencoba mengkaji ulang ikon Bandeng yang digunakan oleh Kolektif Hysteria sebagai simbol perjalanan kolektivisme pada ulang tahun ke-20 di bulan Agustus 2024, mendatang.

Wicak, begitu ia kerap disapa, menjelaskan bahwa Tim Kolegatif II lantas melakukan riset lapangan untuk mendapatkan informasi yang valid mengenai nilai-nilai manifesto Tulang Lunak Bandeng Juwana, yang dianggap cukup relevan terhadap kondisi kesenian di Kota Semarang.

Hasil riset mereka lantas diabadikan dalam bentuk karya visual melalui kolaborasi bersama 24 seniman membuat mural, pameran ilustrasi, bahkan dalam bentuk zine.

“Selain itu ada sketch jamming, live mural, fun ride dan forum,” ungkap Wicak.

Diakuinya, bahwa ada benang merah antara manifesto Tulang Lunak Bandeng Juwana dengan kondisi kesenian di Kota Semarang, khususnya jika membicarakan perihal gerakan kolektif seni visual.

“Sesuai dengan manifesto itu, bahwa kita seperti Bandeng Presto. Mau tidak mau tulangnya itu melunak, terhadap kondisi kekinian,” kata Wicak.

Padahal, ia sepakat terhadap prinsip dari PekaKota yang menegaskan bahwa kota ideal adalah kota yang dibangun bersama-sama oleh semua pihak, termasuk seni-budaya hingga makanan.

Identitas itu pula yang mencoba dimunculkan oleh Kolegatif II, saat menelurkan ikon Bandeng Presto melalui pendekatan kolaborasi dari berbagai komunitas dan kolektif.

“Seperti kita tahu, bahwa bagaimanapun Hysteria berawal dari kumpulan anak-anak yang membuat kolektif untuk menuangkan kreativitasnya melalui berbagai macam media. Sampai pada saat ini, salah satu media yang sering digunakan adalah seni visual,” jelas Wicak.

Menurut Wicak kolaborasi dengan komunitas atau kolektif lain, jadi semacam gerakan kembali ke masa lalu, tentu dengan wacana dan bentuk yang berbeda. Namun, semangat kebersamaan yang terangkai dari masing-masing latar belakang kolektif itu yang penting.

Berkaitan dengan hal tersebut, Wicak menggarisbawahi bahwasannya PekaKota Forum bertajuk “Merawat Komunitas Kota” yang masuk dalam segmen acara, menjadi bagian yang penting bagi prototip kali ini.

Adanya PekaKota Forum dengan tajuk ‘Merawat Komunitas Kota’, seolah menjadi penegas bahwa keberadaan komunitas atau kolektif-kolektif seni di Kota Semarang khususnya, penting memiliki daya ‘kelunakan’ duri bandeng presto dalam menghadapi segala kemungkinan ke depan.

“Sehingga, diharapkan bisa memiliki umur panjang, seperti halnya Kolektif Hysteria saat ini. Dan nantinya bisa ikut serta membangun kota yang ideal bagi seluruh penghuninya,” tegas Wicak.

Agenda Kolegatif II, merupakan salah satu rangkaian menuju ulang tahun Kolektif Hysteria yang ke-20 tahun. Sekaligus masuk dalam Event Strategis Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek) RI, melalui Program Dana Indonesiana.( Heru Saputro)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *