Ragam

Kelangkaan Mesin Bajak di Bireuen, Harus Pakai Tenaga Manusia

Onlinekoe.com, Bireuen-Akibat kelangkaan mesin bajak tanah sawah,untuk tanam padi musim rendengan tahun 2019,harus pakai tenaga manusia,untuk meratakan tanah sawah mareka, agar bisa memindahkan bibit padi yang berumur delapan belas hari,kelahan sawah petani.

Hal ini, sebagai mana direkam media ini, Selasa Sore (25/06) pada sejumlah gampong di Kecamatan Kota Juang Kabupaten Bireuen,petani kini sedang disibukkan dengan tanaman padi musim rendengan,di lahan sawah masing masing, setiap pagi dan sore petani pergi kesawah untuk mempersiapkan lahan agar bisa menanam padi,yang bibit sudah berusia delapan belas hari.
Untuk pemindahan bibit tersebut ketempat lahan sawah, memerlukan pemerataan tanah pakai mesin bajak perata tanah (dijreuh), karena langka dan ongkos terlalu tinggi,petani melakukan kerja sendiri,hanya memodalkan pohon batang pisang dan pakai tali nilon,lalu ditarik pakai tenaga manusia,hal ini,banyak terlihat, pada sejumlah lahan sawah di sejumlah kecamatan dalam Kabupaten Bireuen.
Batang pisang,ditarik itu, diletakkan di tanah lahan sawah,yang sudah dibajak olah traktor besar dan tangan,disebabkan bibit atau benih sudah bisa ditanami atau dipindahkan, mesin bajak perata tanah kurang,petani terus kerja sendiri selain hemat biaya juga tanah cukup rata,ujar Hamdani Ali, seorang petani di Gampong Geulanggang Tengah Kecamatan Kota Juang Kabupaten Bireuen.
Ada juga petani meratakan tanah sawah licin,untuk tanaman padi pakai cangkul dan mencabut rumput,pakai tenaga manusia,untuk persiapan tanaman padi (seumula),dan hemat biaya,kini Ongkos Seumula enam puluh ribu rupiah sampai tujuh puluh ribu rupiah per hari,dua kali kita kasih minum dan makanan ringan, kepada ibu ibu atau emak emak,yang melakukannya upah nanam padi itu, tambah, Iskandar bersama istrinya Raudah,saat sedang mencabut bibit padi untuk dipindahkan ke lahan sawah yang telah disiapkan.
Setiap musim tanam padi,di Bireuen, tetap, kelangkaan tenaga kerja tanaman padi dari kaum emak emak secara turun temurun,bila tidak mau emak emak, generasi muda atau anak gadis tidak mau tanam padi, selain kotor berlumpur juga diterpa panas terik matahari,maka, anak gadis,sama sekali tak mau,walaupun kita upah lebih tinggi.
Kesibukan petani setiap pagi dan sore, pada lahan sawah mareka,untuk tanam padi,sudah menjadi kebiasaan mengingat bibit padi sudah berumur, sehingga tenaga kerja harus dicari dari luar daerah,maka, ongkos seumula cukup tinggi,tambah, Tgk Abdul Rahman, warga Gampong Kreung Juli, Kecamatan Kuala Kabupaten Bireuen.
Dahulu,bila turun kesawah pakai bajak tanah sawah pakai tenaga sapi dan kerbau,diterik boh langai secara tradisional,bagjan untuk meratakan tanah ,setelah tekhnologi serba canggih sudah ada mesin traktor tangan dan traktor besar,yang belum sampai kepada kami petani di sini, tanam padi pakai mesin?,masih tenaga manusia,ujar Tgk haji Karim, petani tempo dulu,warga Gampong,JuliĀ  Tambo Tanjong,Kecamatan Juli Kabupaten Bireuen sawah (r.jibro).

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *