Kick Off 2 Dekade Kolektif Hysteria Rilis Mural Ikon Kota Semarang
Semarang – Sebuah lembaga pngembangan seni budaya yang bermarkas di Kota Semarang –Kolekteif Hysteria—berkreasi melukis dinding lorong underpass fly over Jatingaleh, Aksi mural yang mengusung tajuk Tulang Lunak Bandeng Juwana “20 Tahun Di Presto Ekosistem” dilaksanakan Minggu (16/06/2024).
Lorong tembok underpass flyover sepanjang 16 meter digarap pemural dari tim artistik Hysteria semalam suntuk. Kini mural berupa gambar-gambar ikon Kota semarang ini bisa dinikmati warga kota.
Diharapkan mural ini akan jadi pemantik warga kota untuk menumbuhkan ide-ide tentang kota. Pasalnya, Kolektif Hysteria meyakini bahwa kota yang ideal adalah kota yang dibangun oleh semua warga kota.
Menurut founder Kolekteif Hysteria A Khairudin kegiatan ini merupakan salah satu rangkaian panjang menjelang ulang tahun Kolektif Hysteria yang ke-20 pada bulan September 2024 mendatang. Sedangkan tajuk “Tulang Lunak Bandeng Juwana” merupakan tema utama dari seluruh rangkaian panjang yang sudah diluncurkan mulai Januari 2024 lalu.
“Tema ini pada dasarnya merupakan kritik terhadap ekosistem seni dan budaya di Kota Semarang yang cenderung stagnan,” terang Direktur Hysteria Project A Khairudin yang akrab Adin.
Adin menambahkan bagi Kolektif Hysteria, seni mural sendiri sebagai bentuk seni lukis yang menghiasi tembok jalanan, telah menjadi medium yang kuat untuk menyuarakan ide dan kritik sosial dalam masyarakat.
“Meskipun sering dianggap kontroversial dan bahkan ilegal dalam beberapa konteks, mural mampu menghadirkan pengaruh dan gejolak emosi dan ungkapan yang mendalam melalui warna-warni yang memukau. Sayangnya, stigma negatif yang melekat padanya sebagai perusak fasilitas umum masih sering menghalangi pengakuan dan penerimaan luas terhadap nilai seninya,” ungkap Adin.
Dalam praktiknya, tandas Adin, mural sering kali menjadi simbol perlawanan terhadap ketidakadilan sosial. Para pelukis mural menggunakan karya mereka sebagai sarana untuk membangkitkan kesadaran masyarakat akan isu-isu penting yang mungkin terabaikan atau diabaikan.
Dengan menempatkan kritik sosial secara visual di ruang publik, mural tidak hanya mempercantik lingkungan, tetapi juga menyediakan platform bagi perdebatan dan refleksi yang mendalam.
“Mereka tidak hanya menghiasi tembok-tembok kota dengan berbagai corak warna, tetapi juga mendorong pembuatnya untuk menjelajahi tema-tema yang relevan dengan realitas sosial dan politik saat ini. Dengan demikian, mural bukan hanya sekadar medium estetika, tetapi juga alat untuk memicu dialog dan perubahan dalam masyarakat,” beber Adin mengungkap estetika mural.
Ditambahkannya dalam konteks global yang semakin terhubung melalui media sosial dan teknologi, mural memainkan peran krusial dalam menyampaikan pesan-pesan penting secara visual kepada khalayak yang lebih luas.
Mereka tidak hanya mencerminkan seni individu, tetapi juga menggambarkan aspirasi kolektif untuk keadilan sosial dan kesadaran akan berbagai isu kota yang mempengaruhi semua.
“Dengan demikian, kehadiran mural tidak hanya menjadi ekspresi kreatif, tetapi juga sebuah panggilan untuk bertindak dan merenung atas tantangan-tantangan yang dihadapi oleh masyarakat modern,” tandas Adin.
Kick Off Ultah ke 20 Hysteria
Memasuki usia ke 20, Kolektif Hysteria, kelompok seniman Semarang, memasuki dua decade kiprahnya membuat mural sekira 64 meter persegi berupa gambar bandeng dan ikon Semarang lainnya seperti; Mahesa Jenar, Oey Tiong Ham, Loenpia, dan Penari Gambang Semarang. Mural yang digarap para seniman Hysteria ini berlokasi di di bawah jembatan flyover Jatingaleh.
A Khairudin alias atau Adin, selaku Direktur Hysteria Project mengatakan ini merupakan rangkaian panjang yang disiapkan sejak 2022. Dimulai dari keliling 100 titik di Jawa, Bali, dan Lampung,disusul 40 project seni di 40 kota, pameran Ditampart keliling di 17 kabupaten di Jawa Tengah, dan sekarang pelaksanaan purwarupa pekakota.
“Kami ingin kasih tunjuk pada publik apa saja yang pernah kami lakukan untuk memberi inspirasi pada kota,” ujar Adin pada awak media.
Sebagai informasi Kolektif Hysteria telah memulai aktivitasnya sejak 11 September 2004 dari kos-kosan ini telah menorehkan prestasi nasional dan internasional. Pada tahun2017 Hysteria berhasil memboyong memboyong “Trubus Kusala Award” di Jakarta kategori Pendidikan Alternatif Perkotaan. Kemudian pada tahun 2020 Hysteria berhasil memenangi Youfab Global Award di Shibuya, Tokyo, Jepang.
“Namun itu semua capaian itu belum membuat Hysteria dikenal publik Semarang. Makanya dalam momentum dua dekade Hysteria secara massif menghelat berbagai acara, salah satunya kelas Pekakota Institute yang bulan depan mulai membuat proyek purwarupa,” tandas Adin.
Sementara itu, Kepala Sekolah Pekakota Institute Nella Siregar menambahkan Hyateria bakal menaja 10 festival publik yang digelar sepanjang Juni- Juli 2024 mendatang.
“Kegiatan 9 Festival ditaja di Semarang dan 1 Festival di Kabupaten Rembang. Tujuh di antaranya merupakan festival kampung dan sisanya acara dengan komunitas,” rincinya.
Nella menambahkan acara ini mempunyai keragaman tema dan cakupan wilayah. Selain melibatkan warga, Kolektif Hysteria juga mengajak puluhan seniman terlibat dalam kick off perayaan ulang tahun 2 dekade Hysteria.
“Harapannya semakin banyak orang peduli pada isu kota dan kebudayaan itu sendiri,Tentunya juga tahu kiprah dan gerakan yang pernah dan akan dikembangkan Hysteria ke depan, ” ujar Nella mengunci perbincangan. (Heru Saputro).