Komunitas Perupa Kota Tua Gelar Pameran Bertajuk Rupa Rasa
Sleman – Komunitas Perupa Kota Tua (Kota) menggelar pameran lukisan di Lemar Art House, Purwomartani, Sleman, Yogyakarta. Pameran bertajuk “Rupa Rasa” menyajikan 53 karya yang diikuti 26 perupa dibuka Hajar Pamadhi MA dan Mikke Susanto, Sabtu (10/09/2022).
Ketua Kota R Sigit Wicaksono, dalam sambutannya mengatakan, Yogyakarta merupakan kota wisata dengan segala yang berbeda dan mempesona budayanya. Yogyakarta sebagai destinasi wiasata yang istimewa inilah yang jadi alasan para perupa yang tergabung dalam wadah Kota untuk berwisata sekaligus berpameran di Leman Art House.
“Walaupun Kota dari Jakarta, tetapi dalam pameran ini banyak perupa yang kembali dari Jakarta berkiprah di daerahnya. Maka dalam pameran Rupa Rasa ini pesertanya ada dari Jakarta, Depok, Bogor, Garut, Salatiga, Bengkalis, Salatiga, Magelang, Tuban dan Surabaya,” ujar Sigit.
Sedangkan karya-karya yang dipamerkan, lanjut Sigit, dari 26 perupa yaitu R Sigit Wicaksono, Asep Caherulloh, Casjiwiwanto, Mardi Raharjo, Rujito, Sahuri, Esti S Ardian, Agus Muhtaji, Alamsyah, Wisnu, Suratmini, Syamil Intergrity NAR, Ponco SA, Robby Hendrawan, Baem Ibrahim, Agustina Susanti Djaya, Deden Hamdani, Denok Retno Endah, Atoen Sugiyati, Susi Necklin, Supriyanto, Marwan, Aman Janoes, Tri Sabariman, Tutiasri Rachma, dan AS Adi ini lukisannya dari beragam gaya dan corak dengan ekspresi yang beda satu sama lainnya.
“Mudah-mudahan pameran Kota ini disambut hangat publik Yogyakarta. Pameran ini merupakan bagian dari visi Kota, dalam upaya perannya dalam mengembangkan kesenian dan budaya,” imbuh Sigit.
Pengelola Leman Art House, Maji, menyambut baik dan mengapresiasi para pelukis yang tergabung dalam Komunitas Perupa Kota Tua berpameran di Leman Art House. “Semoga kawan-kawan pelukis KOTA bisa menikmati waktu pameran dan berbagi dengan apresian Yogyakarta,” ujar Maji.
Pelukis Punya Banyak Peran
Sementara pengamat seni rupa Mikke Susanto dalam sambutannya, mengatakan, sangat mengapresiasi para pelukis KOTA yang berpameran di Yogyakarta. Menurut Mikke yang juga sering menjadi curator pameran ini Yogyakarta memang beda dengan kota-kota lainnya.
“Setidaknya di kota Yogyakarta tercatat ada sekitar 60 an galleri tau art space, juga ada 45 museum yang terdaftar dalam asosiasi museum. Ini merupakan data dari penelitian saya dan mahasiswa sekira setahun lalu. Dan kini di kawasan Yogya Timur ini mulai bermunculan galeri dan art space salah satunya Leman Art House yang bagus,” ujar Mikke.
Ketika bicara soal pameran “Rupa Rasa” yang digelar KOTA, menyayangkan, karya-karya yang ditaja dalam pameran ini obyek lukisannya biasa seperti pameran-pameran lainnya.
“Padahal para perupa anggota KOTA ini bisa mengusung lokalitas tiap kota. Pelukis bisa berperan sebagai pewarta dan juga dokumentator tentang kotanya. Jadi tidak seperti pelukis dulu yang melukis supaya laku. Tetapi kalua laku bukan karena kanvasnya, bukan karena lukisannya tetapi karena pesan-pesanya,” ujar Mikke Susanto yang mengajar di Fakultas Seni Rupa ISI Yogyakarta.
Puisi Visual Perupa KOTA
Sementara Hajar Pamadhi MA mengatakan, Rupa Rasa yang dijadikan tajuk pameran ini merupakan gerakan kebutuhan bersama akan pentingnya ekspresi. Serpihan ekspresi estetik “rupa” yang berlantaikan rasa diharapkan mampu membangkitkan kebersamaan raos. (bahasa jawa—red). Raos adalah sebuah antenna perasaan yang sangat halus dalam menangkap sinyal objek dalam posisi metafisisnya seseorang.
“Oleh karena itu Picasso memberikan kuotasi seni (Art Quates). Seni membasuh dari jiwa debu kehidupan sehari-hari,” ujar Hajar Pamdhi.
Lebih lanjut, dikatakannya, beberapa karya perupa KOTA mengangkat rasa pribadi dengan tahapan kramadangsa (ctt. Ki Ageng Suryamentaram) di mana perupa melepas visi kemanusian atau sosial yang diangkat dari objektivitasnya terhadap lingkungan sekitar.
Menurut Hajar variasi artistic yang dimunculkan berdalih ‘nonrepresentatitional art dan representational art’ kesemuannya mampu memberi citra rasa estetik.
“Karya yang dipamerkan perupa KOTA telah berada pada tahap berpuisi. Di mana melukis bukan hanya memotret dan menunjukkan bentuk, melainkan sebuh puisi yang terkihat dan dirasakan. Seperti yang dikatakan Leonardo da Vinci puisi adalah lukisan yang dirasakan daripada dilihat,” pungkas Hajar Pamadhi.
Di tempat terpisah, owner Leman Art House, Barda Haryana, mengatakan, mendirikan galeri ini tujuannya untuk memberi ruang kepada seniman-seniman (perupa) yang masih sangat jarang di kawasan Yogyakarta timur.
“Harapannya para seniman punya ruang seni alternatif berekspresi dan menggelar karya kreatifnya dalam pameran. Sedangkan bagi saya ini merupakan sebuah kegiatan baru dan juga hiburan,“ ujar pensiunan sebuah BUMN ini membeberkan.
(Heru Saputro)