Lapas Suliki Apungkan Budidaya Maggot BSF Jadi Sebuah Inovasi Terkini
Onlinekoe.com | Lima Puluh Kota – Hampir setiap hari limbah organik atau sampah rumah tangga dari sisa makanan dan sayuran dihasilkan di area Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) kelas III Suliki.
Atas hal itulah solusi pemanfaatan limbah di dalam area lapas mengembangkan sebuah inovasi terkini, yakni melakukan budidaya maggot BSF (Black Soldier Fly).
Pembudidayaan Maggot BSF ini sebagai sarana pembinaan kemandirian di Lapas Suliki. Sampah organik yang ada di area lapas bisa terurai secara alami oleh Maggot BSF (Black Soldier Fly).
Kepala Lapas Kelas III Suliki Kamesworo mengatakan, Budidaya Maggot kali ini yang pertama selama kurang lebih 25 hari dari penetasan telur baby maggot dan menjadi larva dewasa bisa mengurai sampah organik, dan sudah bisa dipanen sebagai pakan ternak dan ikan yang memiliki banyak protein.
“Fokus saat ini yakni pembinaan kemandirian budidaya pengolahan maggot BSF. Hal Ini menjadi solusi pemanfaatan limbah dalam lingkungan Lapas Kelas III Suliki,” kata Kames, Senin (4/12/2023).
Ia menjelaskan, setiap harinya selalu ada sampah organik yang dihasilkan, Namun, saat ini sudah ada budidaya maggot yang bisa menjadi solusi untuk pengurangan sampah di Lapas Suliki.
“Panen perdana kita setelah 25 hari, ada kurang lebih 10 kg maggot yang siap dijual, sebagian kita manfaatkan untuk pakan ikan di kolam area Lapas Suliki, produk maggot BSF di lapas menjadi dua varian, yakni maggot kering dan maggot basah,” jelas Kames.
Sementara itu, Pando selaku Warga Binaan Lapas Suliki yang ikut serta dalam mengikuti pembinaan kemandirian di Lapas Suliki menjelaskan, dalam proses pembudidayaan maggot harus ekstra teliti dan menjaga telur sampai menjadi larva dan maggot dewasa.
“Harus teliti dan setiap hari kita lihat karena ada saja serangga seperti semut yang bisa mengganggu, kita kontrol dari serangga maupun hama dan kita kasih makan sisa sampah sayuran sampai jadi maggot dewasa,” katanya.
Pando sebut, untuk maggot kering ada beberapa proses yaitu proses pemisahan magot di dalam ember atau media budidaya untuk di rebus dan dikeringkan agar kadar airnya berkurang.
“Ya, sedangkan maggot BSF basah bisa langsung kita packing dengan botol dan diberi lubang udara,” tuturnya.
Pando menambahkan, Budidaya maggot di Lapas Suliki menjadikan warga binaan dapat memiliki Ilmu dan pengalaman kelak setelah bebas nanti. Dan juga dapat memanfaatkan sampah menggunakan maggot BSF sebagai larva dalam mengurai sampah organick dan menjadi nilai jual untuk pakan ikan dan ternak.
“Maggot BSF kering dijual seharga Rp15 ribu per psc dan maggot basah dijual sekitar Rp10 ribu per psc,” imbuhnya. (Warman)