Beranda Advertorial Laskar Muda Ngesti Pandawa Pentaskan Lakon : “Kidung Sudamala”

Laskar Muda Ngesti Pandawa Pentaskan Lakon : “Kidung Sudamala”

SumateraPost, Semarang – Pagebluk pandemic Coviid-19 belum usai, tetapi kreativitas tak harus terhenti. Diinisiasi Dinas Komunikasi dan Informatika (Kominfo) Provinsi Jawa Tengah Wayang Orang Laskar Muda Ngesti Pandawa menggelar pentas di Gedung Ki Narto Sabdo, Taman Budaya Raden Saleh (TBRS), Semarang, Senin (16/11) lalu. Pentas live streaming via akun Youtube KPCPN Pentura Jawa Tengah ini mengusung lakon :” Kidung Sudamala” disutradarai oleh Muhammad Harial Al Zafar.

Kepala Dinas Komunikasi dan Informatika Provinsi Jawa Tengah Riena Retnaningrum, SH, dalam sambutannya, ketika membuka pergelaran ini mengatakan, pentas seni wayang orang Laskar Muda Ngesti Pandawa melalui live streaming dalam rangka diseminasi informasi dan komunikasi publik penanganan Covid-19 dan pemulihan ekonomi nasioanal.

Covid – 19 yang mengintai sejak Maret 2020 di Indonesia, lanjut Riena, sampai saat ini menjadi sebuah fenomena yang harus disikapi dengan bijak. “Pemahaman dan kesadaran masyarakat adalah kunci utama keberhasilan menekan dampak pandemic Covid-19. Oleh sebab itu beragam media digunakan untuk sosialisasi. Salah satu yang menarik adalah penampilan Wayang Orang secar live streaming,” ujar Riena.

Lebih lanjut, Riena menambahkan, kita tahu semua pihak terdampak karena pandemic, termasuk para penggiat seni peanmpilan wayang orang ini menjadi wahana ekspresi seni bagi para pegiat seni di Jateng seperti Laskar Muda Ngesti Pandawa. Di masa pandemic kerumuman dibatasi, maka live streaming menjadi pilahan alat utama. Bahkan visualisasi secara streaming justru menjadi media hiburan dan informasi yang bisa diakses masyarakat lebih luas. “Suatu hal yang perlu diingat, meski pun media massa berkembang pesat dengan adanya internet dan media sosial, tetap seni budaya sebagai media informasi tak boleh hilang. Selain nguri-nguri budaya seni seperti wayang orang ini memiliki tempat tersendiri bagi masyarakat Jawa Tengah. Secara demokgrafis, sebagian masyarakat kita lebih menyukai informasi yang dibalut dengan seni tradisional, “ ujarnya mengingatkan.

Diterangkannya, pemilihan lakon “Kidung Sudamala” karena secara filosofi memberikan pemahaman pentingnya instropeksi melalui ruwatan untuk menghindari sengkala. “Jadi harapannya, penampilan Laskar Muda Ngesti Pandawa kali ini memuat konten dan filosofi informasi yang bijak terkait fenomena pandemic, sehingga lebih bisa diterima masyarakat,” tandas Riena.

Hakekat Kebenaran dan Penyucian Diri

Pertunjukan Kidung Sudamala yang berlangsung sekira 120 menit ini berlangsung dengan gayeng. Ditangan sutradara muda Hariel pertunjukan wayang menjadi lebih menarik.Koreografi dan tata busana juga menjadi perhatiannya. Berbagai kretivitas dan inovasi menjadikan pertunjukan wayang orang tak lagi monoton dan “itu=itu” saja. Banyak hal baru yang ditawarkan. Ini tentunya sebuah harapan yang bagus agar pertunjukan wayang orang bisa merebut perhatian audiens terrmasuk kaum milenial.

Hariel mengatakan, Kidung Sudamala, merupakan kisah yang sarat filosofi, rangkaian untaian rasa yang menjelma dalam karsa, rangkaian asa yang menjelma tekad. Bagaikan kidung kang kekuwungngumandhang ing awang-awang mayang mayang uwung-uwung. Kang kekuwunge hanelahi nara basaning rasa jati, ambabar waluyaningmbumi. Sungguh-sungguh kala singga. Pan sumingga durga kala sumingkira.

“Jadi dari kisah Kidung Sudamala kita bisa banyak belajar kakekat kebenaran dan penyucian diri apalagi di era pagebluk Covid-19 ini. Kita harus bisa “meruwat” diri agar kalis dari sengkala Covid-19 ini,” ujar sutradara yang masih menempuh pendidikan di Jurusan Tari ISI Yogyakarta ini. Pementasan Laskar Muda Ngesti Pandowo kali ini selain melibatkan puluhan seniman muda juga didukung para senior dari WO Ngesti Pandowo.

Muhammad Harial Al Zafar yang akrab disapa Hariel ini berharap, ke depan dengan adanya anak-anak muda yang mencintai wayang dan tergabung dalam Wayang Orang Laskar Muda Ngesti Pandawa bisa menggugah semangat dan selera kebudayaan kawula muda milenial. “Kesenian tradisi khususnya wayang orang itu tidak kuno. Sebenarnya cerita dan dramanya bisa seasik Drakor (drama Korea). Kita seniman yang berhenti berekspresi, berinovasi dan kreatif, ” ujar Hariel serius. (Christaian Saputro)h

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini