Lima Negara Ikuti Seminar Internasional IIB Darmajaya
Onlinekoe.com, BANDARLAMPUNG – Institut Informatika dan Bisnis (IIB) Darmajaya sukses menggelar 5th International Conference on Information Technology and Business (ICITB) 2019 Empowering Business with Technology and Challenges in Big Data di Ballroom Hotel Emersia, Rabu, (11/12/19).
ICITB 2019 menghadirkan pembicara Ilyas Ozer, M.Sc., Ph.D. selaku Vice-dean Faculty of Engineering and Natural Sciences Bandirma Onyedi Eylul University Balikesir, Turkey; Akhmad Unggul P., Ph.D. selaku Postgraduate Lecturer IBI Darmajaya; dan Dr. RZ Abdul Aziz, S.T., M.T. selaku Vice Rector I IBI Darmajaya
Ketua Pelaksana ICITB 2019, Joko Triloka, Ph.D., mengucapkan terima kasih atas support institusi atas terselenggaranya International Conference. “Ini juga didukung oleh STMIK Pringsewu Lampung yang bertindak sebagai co host. ICITB bertujuan untuk memperluas disiplin ilmu dari big data dan analisis bisnis berdasarkan pandangan ahli dan peneliti,” ungkapnya.
Peserta dalam ICITB 2019 diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuannya dari pembicara yang telah hadir. “ICITB 2019 diikuti oleh 63 pemakalah dan 100 peserta non pemakalah. Peserta yang berasal dari luar negeri terdiri dari Malaysia, Rusia, Thailand, Uganda, dan Kenya,” bebernya.
Rektor IIB Darmajaya Ir. Firmansyah YA, M.B.A., M.Sc., yang diwakili Wakil Rektor IV IIB Darmajaya, Prof. Dr. Ir. RA Bustomi Rosadi, M.S., mengatakan Era Revolusi Industri 4.0, pemanfaatan teknologi kian menjadi kebutuhan yang sangat penting. Perusahaan mapan sekalipun mau tidak mau harus menjadikan teknologi digital untuk menjamin eksistensi bisnisnya. “Bila hanya mengandalkan model bisnis lama bukan tidak mungkin bisnisnya akan terpuruk. Apalagi, saat ini, disrupsi digital sudah menggerus berbagai sektor, seperti transportasi, ritel, keuangan, logistik dan sektor lainnya,” ungkapnya.
Bisnis berbasis digital adalah masa depan pembangunan Indonesia. Hal ini bukan sekedar jargon. “Mengingat, data statistik pun mengonfirmasi kian masifnya ekonomi digital di Indonesia dalam beberapa tahun ke depan. Bahkan, saat ini, kita sudah berada pada fase III yang dikenal dengan fase extracting, yaitu fase yang sudah terjadi sejak 2010-2025. Proses ini memiliki peran penting dalam proses penggabungan teknologi dengan manusia,” bebernya.
Dengan fase tersebut, lanjut Prof, model bisnis yang terjadi sebagian besar sudah ada dalam flatform informasi teknologi seperti kegiatan wirausaha berbasis teknologi (startup), industri keuangan berbasis teknologi (fintech), media bayar berbasis teknologi yang terdapat pada industri keuangan (digital payment), industry pertanian dan perkebunan berbasis teknologi (agritech), pemasaran dan penjualan berbasis teknologi (e-commerce), pengelolaan aktivitas bisnis tersistem berbasis teknologi (e-business).
“Untuk itu, perguruan tinggi sebagai salah satu institusi yang banyak memberikan masukan dalam bidang akademik bagi berbagai sektor juga harus mempersiapkan diri menghadapi perubahan di era digital disruption, yaitu sebuah era lompatan dengan teknologi digital. Namun, semua itu harus didukung oleh peran pemerintah dengan cara menyiapkan regulasi. Mengingat, jika tidak melakukan perubahan dengan cepat ke era digital maka lambat laun perguruan tinggi tersebut akan tertinggal jauh,” tutupnya. (**)