Pagelaran Wayang HUT ke-103, Sobokartti Usung Lakon “Pandu Swarga”
Semarang – Perkumpulan Seni Budaya Sobokartti (Sanggar Seni Sobokartti) akan menghelat pagelaran wayang kulit dengan kolaborasi tiga dalangi Ki Nova Octavianto, Nova Adhi Hermawan dan Mohammdan Asy’ani mengusung lakon : “Pandu Swarga”.
Perhelatan dalam rangka HUT Ke – 103 Sobokartti yang akan digelar di Gedung Sobokartti, Jalan Dokter Cipto 31-33 Semarang, Kamis mulai Pukul 20.00 WIB – Selesai.
RT. Suradji Hadi Kusumo Projo Dipuro didampingi dr. Agung sudarmanto, M.M selaku inisiator perhelatan mengatakan, pergelaran wayang ini juga akan dimeriahkan dengan penampilan Karawitan Sindoro Raras dari (Yayasan Jantung Sehat Cabang Provinsi Jawa Tengah) yang dipimpin Hj Sri Lestari Soediro, SH, MH. Dan juga persembahan tari Gambyong Pareanom dari Sanggar Sobokartti pimpinan Darmadi.
Ki Suraji menambahkan dalam gelar pertunjukan wayang malam Jumat paingan ini sekaligus juga ada doa caos bekti luhur bulan ruwah.
“Menjelang ramadhan ini kita akan bersama-sama mengirim doa untuk para leluhur yang telah mendahului kita, Doa berupa rerepen Asmaradana Santi pamuji slendro manyuro yang akan saya bawakan sendiri,” sambungnya.
Ki Suraji yang juga bertindak selaku penata karawitan dan lakon mengatakan, dalam helat ini menariknya juga akan dibacakn sinopsis cerita dalam bahasa Inggris. Lakon “Pandu Swarga” ini mengisahkan, berawal dari keresahan sang panegak pandawa Raden Ayra Werkudara. yang merasakan kesedihan atas sepeninggal orang tuanya yaitu prabu Pandu Dewanata dan Dewi Madrim. Sebab, kesalahan Prabu Pandu yang berani meminjam lembu Andini, maka dihukumlah Prabu Pandu dan Dewi Madrim di dalam Yomaniloka atau Neraka Jahanam .
Di tengah kegundahan Raden Werkudara dan para Pandawa di panggil para Dewa untuk menerima hukuman. Diutuslah Raden Sadewa untuk melapor kepada sang kakak yaitu Prabu Puntadewa. Mendengar laporan itu Prabu Puntadewa marah. Ia lantas berubah menjadi DEWA AMRAL untuk menyusul adik-adiknya.
Kepergian para Pandawa dirasakan oleh Bhatara Kresna dan menanyakan kebenarannya kepada Dewi Kunth. Mendengar jawaban DewiKunthi Prabu Kresna marah dan berubah menjadi Raksasa BRAHALA SEWU.
Mengamuklah kedua Raksasa tersebut di Kahyangan, di tengah keributan Kahyangan para Dewa sibuk mencari cara untuk melawannya. Akhirnya disarankanlah untuk dihadapkan dengan para Pandawa dengan satu syarat Prabu Pandu harus dinaikan/dimasukkan di Surga .
Ketua Perkumpulan Seni Budaya Sobokatti Djamil Soetrisno Budoyodipuro, mengatakan kegiatan ini pagelaran ini merupakan bentuk apresiasi kepada para sesepuh yang telah mendirikan Perkumpulan Sobokartti. Setiap tahun Sobokartti menggelar perhelatan hari jadinya dua kali.
“Yang pertama setiap bulan Maret untuk memperingati terbentuknya Perkumpulan Sobokartti yang berdiri 5 Maret 1920. Kedua, setiap bulan oktober HUT memperingati berdirinya Gedung Sobobarktti yang didirikan 5 oktober 1929. Tahun ini Perkumpulan Seni Budaya Sobokartti tepat berusia 103 tahun,” terangnya.
Soetrisno membabarkan berdasarkan anggaran dasar Volkskunsvereeneging Sobokartti 5 Maret 1920, Soboraktti diirikan tujuannya adalah mengembangkan kesenian rakyat serta meningkatkan apresiasi penduduk terhadap kesenian rakyat yang dilatarbelakangi oleh adanya gagasan beberapa tokoh kesenian antara lain; K..P.A Prangwedana, Dr Rajiman dan Ir. Thomas Karstsen untuk mendirikan gagasan itu.
Kepengurusan Sobokartti yang pertama adalah R.M Yoesef sebagai Ketua.Volsborg sebagi sekretaris dan Ir.Thomas Karstsen sebagai bendaharanya. Pada mulanya Sobokartti belum mempunyai gedung.
“Kemudian baru pada 5 oktober 1929 memiliki Gedung Kesenian Sobokartti yang dulu terkenal dengan nama Javaasche Wolkeuwburg atau Gedung Pertunjukan Rakyat Jawa. Hingga kini Sobokartti tetap eksis nguri-nguri budaya Jawa di tengah gempuran globalisasi,” tandas Soetrisno.(Heru Saputro)