Pameran Duet ABS dan Ditya “STORY.LO.GUE.” Ramaikan Dunia Seni Rupa Semarang
Semarang – Pembukaan pameran lukisan Agus Budi Santoso (ABS) dan Ditya Naumila bertajuk: STORY.LO.GUE yang merupakan bagian dari Arisan Art Exhibition Series yang diinisiasi Semarang Scetchwalk di TAN Artspace, Semarang, Minggu, (19/03/2023) berlangsung semarak.
TAN Artspace yang berlokasi di Jalan Papandayan 11 dari sore hingga malam disesaki tamu undangan dan sahabat kedua pelukis. Pameran yang dibuka sesepuh SSW dan KOLCAI Semarang Aryo Sunaryo ini akan berlangsung hingga 31 Maret 2023,
Dalam pameran STORY.LO.GUE. ini ABSdan Ditya menggelar 20 karya sketsa dan lukisan bermedia cat air. Kedua pelukis ini berkisah melalui karya visualnya tentang dunia yang digelutinya. Meskipun satu panggung mereka punya kisah dan daya pukau masing-masing dan bahasa sendiri yang terejawantah dalam karyanya.
Menurut Aryo Sunaryo dalam pengantarnya mengatakan, kedua pelukis ini punya kekuatan masing-masing. Keduanya menggambar dengan jujur dan jiwa merdekanya tanpa beban.
Keduanya mengusung obyek-obyek keseharian yang diakrabinya. “Kalau Agus Budi Santoso yang dikenal sebagai fotografer bercerita tentang obyek dunia kesenian (budaya) berupa sosok-sosok kebanyakan wanita dalam sketsa maupun lukisan. Dia terkadang menyelipkan sesuatu pesan jenaka,” ujar mantan Dosen Seni Rupa Unnes membabarkan.
Sedangkan Ditya melukiskan obyek-obyek lingkungan sekitarnya dan juga dunia anak-anak. Lukisan dan judul guru Taman Kanak-kanak ini yang menarik dan lucu-lucu.Lukisan-lukisan naif dan polos. “Ditya memberi judul lukisan-lukisan yang memotret demyut kehidupan lokalitas Semarang dengan bahasa keseharian, misalnya, Papah Ngegendar, Tiyang, Dol Blanjan, dan Bakmi Jowo.Tak seperti kebanyakan pelukis sekarang yang memberi judul karyanya dalam bahasa Inggris,” terang Aryo Sunaryo yang masih aktif nyeket juga,
Hal senada diungkap Christian Heru Cahyo, dalam pameran ini sesuai dengan temanya Agus Budi Santoso dan Ditya Naumila melalui lukisan-lukisanya bercerita tentang lingkungan dan dunia yang digelutinya.
“Meskipun satu panggung mereka punya kisah dan daya pukau masing-masing.Keduanya dengan sederhana berkisah secara visual tentang lokalitas obyek-obyek keseharian yang diakrabinya dengan polos. Menariknya Agus dan Ditya berkisah dengan innocence tanpa beban. Merdeka,” terang Christian.
Menurut Christian pelukis itu tak hanya berperan berkarya menghasilkan lukisan yang indah, Tetapi juga punya peran sebagai dokumentator dan juga pewarta tentang lingkungan kehidupan.
“Kedua pelukis ini Agus dan Ditya setidaknya melalui ekspresi estetiknya juga sudah turut ambil bagian dalam peran ini. Bisa jadi kalau dulu lukisan laku karena gambarnya yang elok. Tetapi era kini lukisan juga laku karena muatan gagasan dan pesan-pesannya,” imbuh Christian .
ABS dan Ditya melalui lukisan-lukisannya juga ikut berperan dalam mendokumentasikan dan mewartakan fenomena dunia urban di Kota Semarang khususnya yang kelak kemudian hari bisa jadi akan menjadi memori kolektif atau kenangan. “Ini yang menjadi nilai plus dari debutan pameran ABS dan Ditya. Harapannya ke depan keduanya tetap konsisten melukis dan ikut mewarnai dunia seni rupa Semarang,” tandasnya, (Christian Saputro)
Pameran Duet ABS dan Ditya “STORY.LO.GUE.” Digelar
Semarang – Pembukaan pameran lukisan Agus Budi Santoso (ABS) dan Ditya Naumila bertajuk: STORY.LO.GUE yang merupakan bagian dari Arisan Art Exhibition Series yang diinisiasi Semarang Sketchwalk di TAN Artspace, Semarang, Minggu, (19/03/2023) berlangsung semarak.
TAN Artspace yang berlokasi di Jalan Papandayan 11 dari sore hingga malam disesaki tamu undangan dan sahabat kedua pelukis. Pameran yang dibuka sesepuh SSW dan KOLCAI Semarang Aryo Sunaryo ini akan berlangsung hingga 31 Maret 2023,
Dalam pameran STORY.LO.GUE. ini ABSdan Ditya menggelar 20 karya sketsa dan lukisan bermedia cat air. Kedua pelukis ini berkisah melalui karya visualnya tentang dunia yang digelutinya. Meskipun satu panggung mereka punya kisah dan daya pukau masing-masing dan bahasa sendiri yang terejawantah dalam karyanya.
Menurut Aryo Sunaryo dalam pengantarnya mengatakan, kedua pelukis ini punya kekuatan masing-masing. Keduanya menggambar dengan jujur dan jiwa merdekanya tanpa beban.
Keduanya mengusung obyek-obyek keseharian yang diakrabinya. “Kalau Agus Budi Santoso yang dikenal sebagai fotografer bercerita tentang obyek dunia kesenian (budaya) berupa sosok-sosok kebanyakan wanita dalam sketsa maupun lukisan. Dia terkadang menyelipkan sesuatu pesan jenaka,” ujar mantan Dosen Seni Rupa Unnes membabarkan.
Sedangkan Ditya melukiskan obyek-obyek lingkungan sekitarnya dan juga dunia anak-anak. Lukisan dan judul guru Taman Kanak-kanak ini yang menarik dan lucu-lucu.Lukisan-lukisan naif dan polos. “Ditya memberi judul lukisan-lukisan yang memotret demyut kehidupan lokalitas Semarang dengan bahasa keseharian, misalnya, Papah Ngegendar, Tiyang, Dol Blanjan, dan Bakmi Jowo.Tak seperti kebanyakan pelukis sekarang yang memberi judul karyanya dalam bahasa Inggris,” terang Aryo Sunaryo yang masih aktif nyeket juga,
Hal senada diungkap Christian Heru Cahyo, dalam pameran ini sesuai dengan temanya Agus Budi Santoso dan Ditya Naumila melalui lukisan-lukisanya bercerita tentang lingkungan dan dunia yang digelutinya.
“Meskipun satu panggung mereka punya kisah dan daya pukau masing-masing.Keduanya dengan sederhana berkisah secara visual tentang lokalitas obyek-obyek keseharian yang diakrabinya dengan polos. Menariknya Agus dan Ditya berkisah dengan innocence tanpa beban. Merdeka,” terang Christian.
Menurut Christian pelukis itu tak hanya berperan berkarya menghasilkan lukisan yang indah, Tetapi juga punya peran sebagai dokumentator dan juga pewarta tentang lingkungan kehidupan.
“Kedua pelukis ini Agus dan Ditya setidaknya melalui ekspresi estetiknya juga sudah turut ambil bagian dalam peran ini. Bisa jadi kalau dulu lukisan laku karena gambarnya yang elok. Tetapi era kini lukisan juga laku karena muatan gagasan dan pesan-pesannya,” imbuh Christian .
ABS dan Ditya melalui lukisan-lukisannya juga ikut berperan dalam mendokumentasikan dan mewartakan fenomena dunia urban di Kota Semarang khususnya yang kelak kemudian hari bisa jadi akan menjadi memori kolektif atau kenangan.
“Ini yang menjadi nilai plus dari debutan pameran ABS dan Ditya. Harapannya ke depan keduanya tetap konsisten melukis dan ikut mewarnai dunia seni rupa Semarang,” tandasnya, (Heru Saputro)