Pameran Sangkakala Digelar di Tan Artspace Semarang
Semarang – Empat orang yang mendaku karyawan (orang yang berkarya seni—pen) yaitu Rudy Vouller, Djoko Susilo, Soleh Ibnu dan Ari Kinjenk, menggelar pameran bersama mengusung tajuk “Sangkakala”.
Pameran yang digelar di Tan Artspace, Semarang ini dikuratori M. Rahman Athian ini dibuka Tubagus P Svarajati, Minggu (25/09/2022) bakal berlangsung hingga 9 Oktober 2022.
Kehadiran pameran “Sangkakala” ini setidaknya makin bikin berwarnanya musim semi seni rupa Semarang. Merujuk pada tema yang mengusung tema “Sangkakala”, adapun kat! muasalnya menurut Wikipedia sangkakala atau sangka merupakan sejenis alat tiup yang terbuat dari cangkang kerang.
Pada helat pameran “Sangkakala” ini ditaja 20 lukisan karya Rudy Vouller, Djoko Susilo, Soleh Ibnu dan Ari Kinjenk dengan ragam langgam yang berbeda.
Konon alat tiup ini disebut sangkakala karena bernama sangka dan ditiup secara berkala atau dibunyikan secara berkala.
Pada zaman dahulu sangkakala biasa digunakan dalam saat tertentu, seperti untuk meminta perhatian orang banyak atau ketika hendak mulai berperang mengumpulkan prajurit dan banyak lain.
Kalau menilik dari kepercayaan hindu sangkakala sensiri merupakan simbol kemasyhuran dan kemakmuran. Maka dari itu, ia ditiup saat berperang atau saat melangsungkan upacara keagamaan, dalam sastra Hindu kisah Mahabharata sangkakala disebutkan juga sebagai atribut peperangan.
Boleh jadi “Sangkakala” yang diusung ke medan seni rupa bernama pameran ini sebagai penanda empat orang yang mendaku karyawan ini siap untuk berjibaku terus menampilkan karya-karyanya.
Dalam gelaran pertama pameran bersama “Sangkakala” Djoko Susilo menaja lima karya lukisannya berjudul I am The Puppet, Cat Looking The Moon, Angel of Love, Faithfullnes in Love dan Love Song.
Kelima lukisan ini dibesut dengan warna-warna yang cerah yang menggambarkan optimism dengan media Acrylic On Canvas. Djoko Susilo juga dikenal karikaturis dan kartunis, keterampilannya ngartun dan ngarikaturis meninggalkan jejak dalam karya lukisnya, bahkan menjadi kekuatan karakter karya-karya Djoko.
Rudy Vouller yang kesehariannya mengajar melukis di klub Merby menaja lima karyanya bertajuk Hilang, Tanpa Judul, Like My Legend Lagging, Ngaso dan Senar Kecapi. Rudy melukiskan obyek keseharian yang menjadi menarik, karena terjadinya deformasi bentuk. Lukisan-lukisan Vouller panggilan karibnya dengan menggunakan mix media Cat Acrylic &marker on Canvas yang seolah main-main menjadi menggoda untuk dinikmati.
Soleh Ibnu yang kesehariannya bekerja bartender, begitu Djoko Susilo menyebutnya dalam pameran ini membabar lima karya berjudul hanya Kata Ganti Untuk Damai, Intergrasi Rasa, Asimilasi Cinta, Bisikan Rindu Kepadamu dan Menunggumu Pulang. Pilihan Soleh Ibnu media Acrylic & Cardboard sangat tepat dengan gaya dan lukisannya, warna-warna yang diplih Soleh Ibnu juga khas menyatu dengan karakter lukisannya.
Sementara Ari Kinjenk yang kesehariannya dosen ini juga mengusung lima karyanya bertajuk Looking For Bully, Coversation the Mosque, The Egoism of Me, Fake It’s Now dan Talkactive. Ari Kinjenk dengan pilihan media Acrylic on Canvas bermain dengan warna-warna, bentuk dan karakter yang beda dari liyan.
Sangkakala sudah ditiup, gendering perang di medan seni rupa sudah dimulai. Adakah empat karyawan Rudy Vouller, Djoko Susilo,Soleh Ibnu dan Ari Kinjenk menjangka terus langkahnya di jagad seni rupa. Waktu dan konsitensi mereka yang akan menjawabnya. Kita tunggu! (Christian Saputro)