Peluncuran Dan Bedah Buku Goenawan Mohamad “Pigura Tanpa Penjara; Esai-Esai Seni Rupa”
Onlinekoe.com, SEMARANG – Pelukis cum sastrawan Goenawan Mohamad kembali menggebrak Kota Semarang. Kalau pada 15 Jun 2019 lalu bertempat di Semarang Contemporary Art Gallery, Kota Lama, Semarang, Goenawan Mohamad menggelar pameran tunggal senirupa bertajuk : Don Qioxiote dan Hal-hal Yang Belum Sudah yang dikuratori Wahyudin. Kali ini , Jumat 5 Juli 2019, bertempat di Ruang Pameran lukisannya, di Semarang Gallery, Goenawan Mohamad meluncurkan buku tentang seni rupa yang berjudul “Pigura Tanpa Penjara; Esai-Esai Seni Rupa”.
Peluncuran sekaligus bedah buku yang dimoderatori Wahyudin dan pembahas perupa Hendro Wiyanto ini dihadiri Oei Hong Djien (OHD), pengamat senirupa Tubagus Svarajati , Chris Dharmawan dari Semarang Gallery , penerbit “Buku Baik” Dodo Hartoko, perupa Semarang dan warga senirupa lainnya.
Buku yang diterbitkan penerbit Buku Baik kerjasama Shira Media berisi 15 esai-esai senirupa karya Goenawan Mohamad yang bertitimangsa penggarapan dari tahun 2008 hingga 2018 yang pernah dipublikasikan dalam kolom Catatan Pinggir di Majalah Tempo, Rieview Pameran, dan Pengantar Pameran.
Hendro Wiyanto, sangat mengapresiasi kehadiran buku Goenawan Mohama ,Pigura Tanpa Penjara; Esai-Esai Seni Rupa ini ditengah keringnya kritik senirupa dan langkanya buku-buku tentang senirupa. “Pembacaan saya terhadap Goenawan Mohamad tak bisa terlepas dari karya-karya sastranya, baik puisi, esei maupun novel karyanya. Esai yang berupa kritik senirupa terhadap karya-karya perupa tanah air tulisan Goenawan Mohamad pun juga tampil dengan bahasa-bahasa, parafrase dan diksi yang terpilih,” ujar Hendro Wiyanto.
Hendro, berharap, GM tak terlalu asik menggeluti dunia barunya melukis sehingga meninggalkan kebiasaannya menulis kritik senirupa. Pasalnya, dunia senirupa kita kekurangan penulis kritik seni. “Kalau bisa berjalan harmoni keduanya, giat melukis tetapi tetap juga menulis ktirik senirupa,” tandas Hendro.
Pada kesempatan itu, Goenawan Mohamad , menerangkan memaparkan bahwa buku Pigura Tanpa Penjara; Esai-Esai Seni Rupa ditulis olehnya berdasarkan pengalaman .
GM merasa tergugah untuk menuliskritik lantaran melihat fenomena para seniman, khususnya seniman muda yang membutuhkan panduan untuk menuangkan bakatnya. GM juga mengingatkan, para seniman muda jangan takut dengan proses. Karena, proses kreatif dirasakannya merupakan sebuah proses pematangan berfikir.
“Proses itu sebuah pematangan berpikir yang harus terus kita tumbuhkan. Saya mengambil gambaran dari sebuah keadilan yang bisa membawa saya dalam sebuah karya, salah satunya buku yang saya luncurkan ini,” tandasnya.
Momen ini, lanjut Goenawan, merupakan kesempatan yang baik untuk saya pribadi. Saya mengucapkan terima kasih kepada Semarang gallery yang memberi kesempatan kepada saya. ” Pertama memamerkan karya-karya lukisan saya . Dan kali ini diberikan kesempatan meluncurkan buku terbaru saya yang juga juga membahas dunia senirupa,” tandasnya.
Pada kesempatan itu, OHD mengomentari , kehadiran Goenawan Mohamad, di dunia senirupa sangat fenomenal. Setelah berkiprah lama berkiprah di dunia tulis menulis kini hadir di percaturan senirupa. “Saya sangat sulit menangkap makna cerita yang ada dalam karya-karya Goenawan Mohamad,” ujar kolektor lukisan dari Magelang yang secara khusus datang sore itu.
Sementara itu, Dodo Hartoko , peracik daripenerbit Buku Baik, mengatakan , dirinya tak meragukan lagi keahlian penulis senior Goenawan Mohamad (GM). Meskipun buku ini, merupakan kumpulan esai-esai lama yang pernah dipublikasikan , tetapi topik-topik yang diangkat masih relevan dengan keadaan jagad senirupa saat ini yang mulai redup. “GM ini kan sebenarnya orang yang sudah sangat berpengalaman dalam dunia tulis-menulis. Namun dalam buku ini menurut saya berbeda. Hadirnya buku ini di era sekarang berkaitan seni rupa merupakan angin segar untuk para seniman muda,” ujarnya.
“Jika kita flasback di zamannya Goenawan Mohamad (semasa muda), saya rasa hanya beliau yang mampu bertahan sampai sekarang. Hal yang disuguhkan saat ini adalah suatu kejutan. Apalagi beliau (GM) selain seorang sastrawan juga seniman. Karya-karyanya banyak,” imbuh Dodo. (Christian Saputro)