Pemerintah Seyogyanya Bijak dalam Menangani Kasus Hotel Sultan
Jakarta – Menteri Investasi/ Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal, telah mengeluarkan pernyataan di media yang isinya PT. Indobuildco untuk segera menghentikan pemanfaatan lahan yang izin usaha yang telah dibatalkan sesuai Kesesuaian Kegiatan Pemanfaatan Ruangnya yang merujuk pada usaha hotel berbintang (Hotel The Sultan), Apartmen dan Real Estat yang dioperasikan PT. Indobuildco di atas lahan Hak Guna Bangunan (HGB)26 dan 27. Atas ketiga surat itu, PT Indobuilco belum Pernah menerima secara Resmi.
Saat ini proses sengketa perdata yang sedang berjalan di Pengadilan dan sidang perdana akan digelar di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat pada hari Senin, 23 Oktober 2023 Jam 10.00 wib.
Kuasa Hukum PT.Indobuildco menjelaskan langkah ini diambil atas pertimbangan bahwa PT. Indobuildco masih merupakan pemegang HGB yang sah berdasarkan perundang-undangan yang berlaku.
Secara kronologis ia menguraikan bahwa lahan yang dikenal dengan Blok 15, tersebut telah diberikan kepada PT.Indobuildco melalui HGB yang diterbitkan pada 1973 diatas tanah Negara bebas selama 30 tahun, dan diperpanjang pada tahun 2003 selama 20 tahun di era Pemerintahan Presiden Megawati Soekarnoputri, dan saat ini sedang berproses permohonan Pembaharuan selama 30 tahun.
Atas dasar itu, PPKGKB (Pusat Pengelolaan Kompleks Gelora Bung Karno) yang bertindak atas nama Kementerian Sekretariat Negara memerintahkan pengosongan lahan dengan batas akhir tanggal 29 September 2023.
Padahal, menurut Pontjo Sutowo, pemilik PT. Indobuildco sebagai pemilik Sultan hotel (sebelumnya bernama Hotel Hilton) dan The Sultan Residence di Jl. Gatot Subroto.
Atas tekanan untuk segera mengosongkan lahan itu, Pontjo Sutowo dalam beberapa kesempatan mengatakan sebagai pengusaha yang telah cukup banyak berbuat bagi keharuman nama bangsa merasa dikrimininalisasi.
Apalagi, menurut Pakar Hukum Agraria, Eka Sihombing, kasus PT. Indobuildco menarik untuk dicermati sebagai sebuah pelajaran hukum.
Eka menjelaskan, secara undang-undang, pemegang HBG mempunyai hak selama 30 tahun dengan masa perpanjangan 20 tahun dan pembaruan 30 tahun berikutnya.
Dengan kata lain, pemegang HGB tersebut dilindungi Undang2 selama 80 tahun.
Masalah Komunikasi
Sebuah peristiwa tak elok terjadi pada tanggal 4 Oktober 2023 lalu. Sebuah plang putih dipancangkan di seluruh pintu masuk, hanya menyisahkan satu akses pintu masuk ke kompleks Hotel Sultan. Spanduk- spanduk itu bertuliskan : ‘TANAH INI ASET NEGARA, MILIK PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA’.
Sekitar 200 personel polisi dari Polda Metro Jaya berada di area hotel. Mereka tampak siaga penuh, antisipasi huru hara bakal terjadi.
Meski tidak ada kejadian luar biasa yang terjadi hari itu, Citra hotel yang menyimpan banyak sejarah itu terlanjur jatuh, The Sultan hotel yang berpuluh puluh tahun mengangkat budaya Indonesia dan menaikan citra Indonesia melalui pariwisata mendadak berada di ujung jurang.
“Setelah ada penutupan akses dan pemberitaan yang cenderung negatif, occupancy rate berada di bawah 30%, setelah sebelumnya berada pada kisaran 75 bahkan hingga 100%,” ujar I Nyoman Sarya – VP Operation Hotel Sultan.
Menurutnya menurunnya penghuni, dan penggunaan fasilitas lainnya baik hotel maupun apartemen tidak hanya berpengaruh pada penghasilan The Sultan hotel .
“ Jika okupansi hotel dan apartemen berkurang ini sangat berdampak pada pendapatan para vendor dan supplier yang menggantungkan hidupnya dari kami. Tentu juga berdampak pada pemasukan pajak
untuk negara,” jelasnya.
Mengelola hotel sekelas The Sultan dengan reputasi internasional tentu bukan perkara mudah. Pengalaman berpuluh tahun yang sudah diinvestasikan akan menjadi sia-sia jika kebijakan tidak dibuat dengan cermat.
“ Sebetulnya ini hanya masalah komunikasi. Kita sedang berbicara baik-baik untuk menyelesaikan segala sesuatunya, muncul aksi pasang spanduk dan penutupan akses yang patut disesalkan,” ungkap kuasa hukum PT. Indobuilco Hamdan Zoelva.