Penertiban Pedagang Kaki Lima Sempat Memicu Kericuhan
Onlinekoe.com | Bandar Lampung – Bongkar paksa Pedagang Kaki Lima (PKL) yang ada di sepanjang Jalan Bukit Tinggi dilakukan oleh Pemerintah Kota Bandar Lampung, Kamis, 30 Desember 2021.
Ketika kejadian pembongkaran dilaksanakan, para pedagang kaki lima sempat terjadi kericuhan antara dengan Satpol-PP Kota Bandar Lampung di lapangan. Tetapi hal tersebut tidak menghalangi pembongkaran terhadap PKL.
Kurang lebih 46 Lapak kosong dibongkar di Jalan Bukit Tinggi. Tetapi pada 46 Lapak yang kosong tersebut ada beberapa pedagang yang coba-coba membuka lapaknya.
Lanjutnya dalam hal tersebut, Asisten 2 Sukarma membenarkan bahwa ada Pedagang Kaki Lima yang coba-coba membuka Lapaknya.
”Dari 46 Lapak ternyata memang ada 3 pedagang yang coba-coba membuka lapaknya,” ujar Sukarma.
Kemudian, kegiatan ini bertujuan untuk kebaikan Kota Bandar Lampung yang menjadi etalase Provinsi Lampung dan Walikota Bandar Lampung. Bersama rekan pengembangan sudah memberikan kesempatan kepada pedagang untuk memindahkan dagangannya ke lantai 2.
“Pedagang yang di pindahkan kelantai 2 akan diberikan subsidi sewa ruko selama 6 bulan itu gratis tidak dipungut retribusi dan apabila mereka tidak pas di lantai 2 tersebut, maka pengembangan memberikan penawaran untuk pindah ke pasar SMEP,” ujarnya.
Dewi Ayu (30) selaku pedagang kaki lima, mengatakan kecewa terhadap Pemerintah Kota (Pemkot) Bandar Lampung yang secara paksa membongkar lapak dagang mereka.
Dewi juga mengungkapkan bahwa pedagang harus membayar uang salar dengan total sejumlah Rp.7000 hingga Rp.8000 perharinya.
“Yang narik uang salar itu setiap harinya dari pihak pengembang, security (keamanan) ada, dari Dinas Pasar ada, dan sampah. Masing-masing harus bayar sebesar Rp.2000, jadi totalnya Rp.8000/hari,” ungkap Dewi.
Menurutnya, setelah dilakukan pembongkaran ini mereka akan tetap melakukan kucing-kucingan dengan Pemerintahan Kota dan tetap membuka lapak di lahan yang sudah dibersihkan.
“Kita dipindahkan ke atas, tapi kita tidak bersedia bayar. Waktu Tahun 2017 juga kita pernah dipindahkan ke atas. Tiga bulan kami turun lagi ke bawah, karena di atas (lantai 3) kami tidak mendapatkan hasil. Kami pingin kucing-kucingan lagi seperti Tahun 2017. Kami akan tetap bertahan disini, mengulang lagi meskipun harus pakai asongan. Karena ini merupakan tempat kami mencari rezeki, tempat kami mencari sesuap nasi untuk membina anak kami, serta membiayai pendidikan anak dan cucu kami,” tegasnya.