Premiere Solo Recital Dylan Maurice “Summer Melodies” di Maxi Brain Hall Semarang
Semarang – Bicara musik klasik di kota Semarang Maxi Brain Academy adalah biangnya. Maxi Brain Academy yang dimotori Pauline Wonoadi ini selalu mengahadirkan konser-konser maupun recital tak hanya menampilkan artis music kamar dari Indonesia tetapi juga dari mancanegara.
Bahkan ditahun 2024 ini Maxi Brain Academy menggelar seri konser bertajuk : “Echoes of Life”.
Kali ini bertepatan dengan perayaan 17 Agustus 2024 Maxi Brain Academy menggelar Premiere Solo Recital Dylan Maurice.
Recital bertajuk “Summer Melodies” ini akan dipagelarkan di Maxi Brain Academy Hall, Jalan Rinjani 18 Semarang, Sabtu (17/08/2024).
Dylan Maurice Christanto pianis kelahiran Kebumen 7 Agustus 2005 ini dalam Premiere Solo Recital bertajuk Summer Melodies” akan menampilkan karya-karya komposer D Scarlatti, S.Rahmaninov, F Chopin, W.A Mozart, F. Liszt dan J.S Bach.
Dylan pehobi music ini sejak kecil suka mendengarkan dan bermain music terutama piano. Dylan sejak kecil sering tampil diacara resmi dan pernikahan. Dylan juga bergabung ke grup orchestra Viollisa Strings sebagai pianis.
Karena dulu Dylan tidak bisa membaca not balok bergabunglah les piano di International Brain Academy (MaxiBrain) Semarang.
Dari Maxi Brain inilah belajar Dylan membaca partitur not balok dengan metode Snowman Dream yang juga berguna untuk melatih otaknya. Dylan bertumbuh kembang menjadi talent yang berbakat dan sering mengikuti kompetisi-kompetisi nasional maupun internasional.
Dylan dengan kemampuannya yang terus terasah dengan piawai memainkan berbagai lagu dari komposer-komposer kelas dunia seperti; Bach, Mozart, Beethoven, Chopin, Liszt, Rachmaninoff, dan lain-lain.
Dylan mengaku punya komposer favorit tak lain Frederic Chopin dari Polandia. Dylan suka sekali memainkan karya Chopin seperti; Ballade, Waltz, Mazurka, Polonaise, Etude, dan Prelude.
Kiprah Dylan terus berkembang, Dylan pernah menyabet juara 3 dalam sebuah kompetisiti piano di Malaysia. Saat itu Dylan memainkan salah satu komposisi Chopin yaitu Polonaise.
Untuk terus mengejar cita-citanya jadi pianis handal Dylan memperdalam studynya di Chengdu University College of Chinese and Asean Arts dengan jurusan Piano Klasik. Kerennya Dylan mendapat Schoolarship alias bea siswa.
Sementara itu, Ownwer sekaligus guru di Maxi Brain Academy Pauline Wonoadi mengatakan, ikut bangga muridnya sebagai pianism akin piawai dan juga meraih scholarship.
Pauline membeberkan tentang metode Snowman’s Dream. Metode piano Snowman’s Dream khusus yang dikembangkan untuk mengoptimalkan fungsi otak murid-muridnya, dengan media piano.
“Musik ada di otak kanan: ritme ada di otak kiri; bermain presisi membutuhkan fungsi otak kecil yang baik; bermain cepat membutuhkan sistem syaraf, dan musik menjadi “hidup” melalui sumsum tulang belakang,” beber Pauline.
Selain mengoptimalkan fungsi otak di atas, lanjut Pauline, tujuan metode Snowman’s Dream adalah untuk membuat mereka bekerja secara networked (dalam jaringan). Menjadi pandai bermain piano sebenarnya adalah hasil samping (side effect).
“Sewaktu pertama kali datang ke Semarang untuk belajar, Dylan tidak bisa membaca not balok, ritem juga tidak paham – tetapi, hearing-nya (pendengaran) sangat kuat: artinya, kerja otak kanan Dylan sangat bagus. Seiring berjalannya waktu belajar dengan metode Snowman’s Dream, Dylan mengalami kemajuan yang cukup signifikan,” imbuh Pauline.
Karena Dylan bertempat tinggal di Gombong, imbuh Pauline, kota yang cukup jauh dari Semarang, jarak menjadi kendala utama untuk bisa belajar secara rutin.
Awalnya, Dylan mengalami perkembangan pesat, karena dukungan orang tua yang selalu mengantar ketika ada waktu libur. Seiring dengan berkembangnya teknologi, Dylan mulai bisa rutin belajar secara online.
Pauline menambahkan Dylan sering mengikuti kompetisi dan pada tahun lalu, mendapatkan beasiswa di Chengdu University College of Chinese and Asean Arts, untuk jurusan piano klasik.
“Ini jelas membanggakan bukan hanya bagi Dylan, tetapi juga bagi Maxi Brain Academy,” tandas Pauline.
Menurut Pauline pencapaian Dylan, bukan hanya karena metodenya saja. Bisa diumpamakan seperti 3 orang yang jalan bergandengan. Kalau ada satu saja orang yang timpang, atau melambat, maka semuanya otomatis terhambat.
“Jadi keberhasilan dan pencapaian itu buah dari kerjaan sama Dylan, Orang tua dan gurunya,” ujar Pauline mengunci perbincangan.
(Onlinekoe/Heru Saputro)