Beranda Kepulauan Riau Tanjungpinang Razia Perut Lapar Dicanangkan Bripka Zulhamsyah Menyentuh Kalbu Warga Pulau Penyengat

Razia Perut Lapar Dicanangkan Bripka Zulhamsyah Menyentuh Kalbu Warga Pulau Penyengat

TANJUNGPINANG – Di tengah hiruk-pikuk tugas menjaga keamanan dan menegakkan hukum, hadir sosok inspiratif dari jajaran Polresta Tanjungpinang yang merefleksikan sisi paling mulia dari seragam cokelat kebanggaan Korps Bhayangkara.

Dialah Bripka Zulhamsyah Putra, anggota Sat Intelkam yang telah mengabdikan sebagian besar waktunya bukan hanya untuk menjalankan tugas formal, tetapi juga untuk misi kemanusiaan sejati melalui gerakan sosial bertajuk “Razia Perut Lapar”.

Berlangsung konsisten selama 4 tahun 4 bulan, program ini bukan sekadar aksi karitatif sesaat. Ia merupakan cerminan dari integritas, kepedulian, dan cinta terhadap masyarakat akar rumput.

Bukan razia dalam arti konfrontatif, melainkan “razia kasih” yang menyisir kampung-kampung terpencil, gang-gang sempit, pelantar nelayan, dan perkampungan padat yang sering luput dari perhatian kebijakan formal. Yang dibawa bukan senjata, melainkan sembako, makanan bergizi, dan senyum tulus yang menyembuhkan luka sosial.

Dengan ketulusan dan tekad baja, Bripka Zulhamsyah menjadikan pedagang kaki lima, tukang becak, buruh pelabuhan, pengayuh ojek, janda lanjut usia, hingga anak-anak jalanan sebagai saudara sebangsa yang layak dibahagiakan.

Tidak ada kamera atau panggung sorotan dalam setiap langkahnya—hanya ketulusan yang mendasari semua tindakan. Bahkan, dalam beberapa bulan terakhir, kehadirannya memang jarang muncul di pemberitaan karena ia memilih untuk terus bekerja dalam diam, membuktikan bahwa semangat “Polri Untuk Masyarakat” adalah tindakan nyata, bukan sekadar slogan hampa.

Bripka Zulhamsyah kini menjadi sosok Bhayangkara yang dicintai lintas usia dan status sosial di Tanjungpinang. Bagi masyarakat kecil, ia bukan hanya aparat penegak hukum, tetapi juga sahabat, pelindung, dan penyambung harapan. Dalam sebuah wawancara yang menyentuh, ia berkata dengan mata berkaca, “Tidak semua kejahatan berasal dari niat jahat. Kadang kemiskinan yang mendorong orang berbuat keliru. Di situlah saya merasa, polisi harus hadir—bukan untuk menghukum, tapi memulihkan.”

Mengenai kabar gagalnya ia dalam seleksi Sekolah Perwira Polri tahun ini, Zulhamsyah menanggapi dengan penuh keikhlasan dan jiwa besar. “Saya tidak kecewa. Bila saat ini belum rezeki, mungkin Tuhan sedang menunjukkan bahwa jalan saya untuk membantu rakyat kecil di kota kelahiran ini lebih penting. Tapi jika suatu saat pimpinan mengarahkan saya untuk kembali mengikuti seleksi, saya akan taat. Saya yakin Allah SWT akan memberikan waktu terbaik untuk semuanya,” tuturnya dengan tenang namun mantap.

Dalam rangka memperingati Hari Bhayangkara ke-79, kehadiran Bripka Zulhamsyah adalah gambaran nyata dari wajah Polri yang humanis, empatik, dan membumi. Ia tidak hanya turun ketika krisis terjadi, tetapi hadir bahkan sebelum masyarakat sempat mengetuk pintu permintaan bantuan. Seperti yang diungkapkan seorang penambang pompong di Pulau Penyengat, “Pak Zul itu istimewa. Dia datang bukan hanya karena ada masalah. Dia hadir karena peduli, sebelum kami sempat bersuara.”

Tak lupa, Bripka Zulhamsyah juga menyampaikan apresiasi dan rasa terima kasihnya yang mendalam atas dukungan dan bimbingan para pimpinan, di antaranya Kapolda Kepri Irjen Pol Asep Safrudin, S.I.K., M.H, Kapolresta Tanjungpinang Kombes Pol Hamam Wahyudi, S.H., S.I.K., M.H., serta dukungan media massa yang turut menyuarakan nilai-nilai kebaikan dan kemanusiaan dari program ini.

Dirgahayu Bhayangkara ke-79.

Teruslah menjadi sinar harapan di tengah gelapnya keterpinggiran. Melalui sosok seperti Bripka Zulhamsyah, rakyat percaya bahwa Polri bukan hanya institusi dengan wewenang dan kekuasaan, tapi juga tempat bernaungnya jiwa-jiwa pengasih, pelindung kaum lemah, dan pembawa bahagia bagi mereka yang selama ini hanya berharap dalam diam.

Polisi berhati nurani adalah berkah bagi negeri. Dan Bripka Zulhamsyah adalah bukti bahwa cinta tanah air tidak hanya ditunjukkan dengan senjata, tapi juga dengan sepiring nasi hangat dan pelukan kemanusiaan. (Anwar)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini