Satupena Semarang Bedah Buku “Sentini” dan “Kugores Semua”
Semarang – Sehari setelah dikukuhkan kepengurusannya oleh Walikota Semarang Hevearita Gunaryanti Rahayu Satupena Kota Semarang melakukan gebrakan.
Komunitas Penulis Indonesia Satupena Kota Semarang yang dikomandani Dr Fadjar Setiyo Anggraeni M.Si.Ak menggandeng Dinas Arsip dan Perpustakaan Kota Semarang menaja gelaran bedah buku yang berbarengan dengan Literafest 2024 dan Pameran Kearsipan di Raung Auidio Visual Disarsipus, Banyumanik, Semarang, Kamis (25/04/2024).
Dalam acara yang difasilitasi Disarsipus itu nampak hadir mewakili Kadis Arsipus Kota Semarang SubKoordinator Akuisisi dan Deposit Sapto Nugroho, SE, Ketua Satupena Kota Semarang Dr Fadjar Setiyo Anggraeni M.Si.Ak, sejumlah penulis antaralain Bambang Iss, Didik, Budi Utomo, Agus Budi Santoso, dan undangan lainnya.
Gelaran bedah buku karya Maya Dewi dan Marlin Monas ini menghadirkan narasumber Tita Nursari (Ketua Satupena Kabupaten Semarang) dan Christian Heru Cahyo Saputro (Jurnalis).
Bedah buku yang dipandu dimoderatori Nur Sitha Afrilia (Duta Baca Jawa Tengah) berlangsung gayeng. Pengarang buku Maya dewi bertajuk “Sentini, The Jamu Stories” ini diberi kesempatan mengisahkan proses kreatifnya.
Founder Komunitas Diajeng Semarang yang juga penggerak literasi ini mengudar proses buku ini lahir. Menurut Maya buku ini lahir pas pandemi Covid -19 lalu. Pada saat menulis buku ini Maya juga terkena serangan virus Delta.
“Di tengah kegabutan inilah saya sibukkan dengan menulis Sentini. Saya pikir sambil menghibur diri pilihannya tulisan bergenre Komedi Situasi (Sitkom). Kisahnya penjual Jamu asal Wonogiri yang hijrah ke Jakarta yang terdampar di kontrakan kaum marginal,” beber Maya.
Mengapa pilihan tokoh bakul jamu Sentini, lanjut Maya, karena dirinya bisa mengangkat kearifan lokal yang selama ini dipromosikannya kebaya, jarik, dan juga jamu rempah yang sempat viral saat pandemi Covid 19 melanda.
“Buku ini saya garap selama sebulan. Lewat novela ini saya ingin bebagi kisah dengan komedi, mengedukasi tetapi tidak menggurui tentang kehidupan. Dalam buku ini saya tulis berdasarkan riset kecil-kecilan,” ujar Maya.
Sementara, penulis belia Marlin Monas, yang mengusung bukunya bertajuk “Kugoreskan Semua” ini mengatakan, calon buku ini —begitu dia menyebutkan – merupakan puisi-puisi untuk koleksi pribadinya. Tetapi dirinya siap mengembangkan untuk menjadi buku.
“Puisi-puisi ini merupakan bentuk ekspresi dan rekaman suasana hati saya. Semua apa yang jadi pikiran dan gagasan saya tulis. Maka kumpulan puisi ini beragam tema yang saya tuliskan,” ujar Merlin.
Pada kesempatan pertama, Tirta Nursari mengatakan, sangat mengapresiasi kehadiran Marlin dengan kumpulan tulisannya “Kugoreskan Semua’.
Menurut pengelola Warung Pasinaon, Bergas, Semarang ini, dalam usianya yang belia saat remaja seusinya asik dengan permainan game dan gadget Marlin justru menyodorkan karya literasi berupa kumpulan puisi.
“Saya sangat salut dengan keberanian dan apa yang sudah dilakukan oleh Marlin. Harapannya ke depan Marlin akan bertumbuhkembang menjadi penulis yang berkualitas,” pungkas Tirta.
Sementara pada itu, Christian Saputro mengatakan hal yang sama dengan Tirta Nursari mengapresiasi tekad dan usaha keras Marlin untuk menjadi penulis. Manuskrip betajuk “Kugoreskan Semua” ini merupakan bukti.
“Semua memang membutuhkan proses. Sekira 50 karya puisi yang ada dalam kumpulan ini masih butuh penjeraman, pemlihan diksi yang pas untuk menjadi sebuah puisi yang memesona. Tentu proses, ketekunan, kesungguhan, konsitensi Marlin dan waktu yang akan menjawabnya dengan karya-karya berikutnya,” beber Christian.
Pada kesempatan itu, Christian juga menyoroti bahwa terbitan itu disebut buku tentunya punya kriteria dan persyaratan. Buku yang standar dan representaif setidaknya ber – ISBN 9 international Standar Book Number).
“Persoalan itu penerbit Mayor atau Indie tak jadi persoalan. Sedangkan ISBN ini dengan segala persyaratannya ini bisa diurus ke Perpustakaan Nasional. Jadi bisa buku kita tercatat dalam katalog dalam terbitan (KDT).Tak sekedar dicetak dan dikemas dalam bentuk fisik buku,” pesan Christian.
Sementara itu, secara terpisah Ketua Satupena Kota Semarang, Dr Fadjar Setiyo Anggraeni M.Si.Ak, mengatakan, bedah buku ini luar biasa sungguh di luar ekspektasi saya. Waktu yang mepet bukan jadi alasan asal sumberdayanya siap.
“Saya bangga dan mengapresiasi pengurus Satupena Kota Semarang yang gerak cepat siap menyukseskan acara ini. Saya berterimakasih kepada pengarang buku, pembedah, dan moderator dan semua yang terlibat,” ujar Eni panggilan karib Ketua Satupena Kota Semarang ini.
Tentunya, lanjut Eni, dukungan dan peran Dinarpus selaku penyelenggara Literafest 2024 yang memberi kami tantangan kami untuk melaksanakan kegiatan ini.
“Alhamdulillah kedua buku karya anggota Satupena Kota Semarang Maya Dewi dan Marlin Monas bisa didiskusikan dengan gayeng, melebihi apa yang kami harapkan,” ujar Eni mengunci perbincangan. (Christian Saputro)