Beranda Jawa Tengah Sendratari Mahakarya Legenda Gua Kreo Pukau Penonton

Sendratari Mahakarya Legenda Gua Kreo Pukau Penonton

Semarang – Pagelaran sendratari kolosal Mahakarya Gua Kreo yang ditaja Dinas Budaya dan Pariwisara (Disbudpar) Kota Semarang di Plaza Kandri, Waduk Jatibarang, Gunungpati, Semarang, Jawa Tengah, Jumat (19/04/2024) berlangsung dengsn meriah dan sukses.

Ratusan penonton yang memadati tribun Plaza Kandri terpesona dengan aksi teatrikal puluhan pelakon yang dikemas ciamik oleh Budi Lee dari Tirang Community dengan dukungan tata music dan tata cahaya spektakuler.

Pagelaran tahunan Mahakarya Goa Kreo ini dibuka oleh Asisten Pemerintahan Pemkot Semarang Drs, Mukhamad Khadhik,M,Si dimeriahkan dengan penampilan Grup Musik Campur Sari Dewandaru. Nampak hadir dalam gelaran acara itu Kepala Disbudpar Kota Semarang Wing Wiyarso Poespojoedho, S.Sos, M.Si, Sekretaris Disbudpar Samsul Bahri, SH, MM, Forkompimda, dan tamu undangan lainnya.

Mewakili Walikota Semarang Mukhamad Khadhik dalam sambutannya mengatakan, pergelaran sendratari Mahakarya Legenda Goa Kreo ini dirancang sebagai daya tarik wisata yang menarik minat wisatawan berkunjung ke Objek Wisata Goa Kreo, Kota Semarang. Di samping itu, lanjutnya, untuk menumbuhkembangkan budaya dan tradisi masyarakat setempat.

“Pegelaran Mahakarya Legenda Goa Kreo pada malam hari ini yang kemudian dilanjutkan dengan prosesi Sesaji Rewanda besok pagi menjadi ikon dan daya tarik wisata Desa Wisata Kandri,” ujar Khadhik.

Sendratari Mahakarya Goa Kreo yang disutradarai Budi Lee ini mengisahkan tentang asal muasal Goa Kreo yang menjadi tempat Sunan Kalijogo bersemedi dalam tangka perjalanan Sunan Kalijogo mencari kayu jati untuk pilar utama atau Soko Guru Masjid Agung Demak yang dibangun pada masa kejayaan Kesultanan Islam Demak di bawah kepemimpinan Raden Patah.

Pada saatnya Kanjeng Sunan Kalijogo berhasil mendapatkan kayu jati yang diperlukan, tetapi saat ingin membawanya ke Demak mengalami kendala, pasalnya, kayu tersebut tersangkut di kelokan Sungai Kreo.

Mendengar sebutan Goa Kreo tidak lepas dari sejarah penamaannya. Berawal dari sebutan Mangreho atau ngreho yang diutarakan oleh Sunan Kalijaga kepada empat kera ekor panjang yang berwarna merah, kuning, putih dan hitam.

Setelah mendapat bantuan para kera itu, akhirnya kayu tersebut dapat diambil dan dibawa sampai ke Demak. Pada waktu Sunan Kalijogo dan para santrinya pulang ke Demak para kera ingin ikut, tetapi Sunan memerintahkan mereka untuk tetap tinggal dan merawat kawasan Goa Kreo. Hingga sekarang gerombolan kera itu menghuni Gua Kreo dan menjadi Ikon Desa Wisata Kandri.

Setiap tahunnya masyarakat Desa Kandri menggelar acara sesaji yang dikemas dalam Pagelaran Mahakarya Legenda Goa Kreo dan Prosesi Sesaji Rewanda sebagai bentuk ucapan syukur.

Goa Kreo dan Waduk Jatibarang

Di samping cerita sejarahnya yang menarik, tidak kalah juga kini Goa Kreo menjadi obyek wisata yang menarik sehingga mampu menarik minat para wisatawan untuk mengunjunginya.

Di kawasan tempat Gua Kreo para wisatawan bisa menikmati keindahan bentang alam yang bebas juga bisa melihat ratusan kera ekor panjang liar.

Di kawasan Goa Kreo dan waduk Jatibarang ini juga terdapat fasilitas spot memancing, speedboat, dan berbagai mainan anak-anak seperti papan seluncuran dan ayunan. (Heru Saputro)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini