Siapkan Mahasiswa ITS Hadapi Industri 4.0 dengan Kemampuan TIK
Sumaterapost, Surabaya – Transformasi digital telah menjadi sebuah proses pasti yang sedang dialami masyarakat dunia. Kebutuhan perusahaan akan tenaga ahli Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) kian meningkat. Untuk mempersiapkan mahasiswa menghadapi dunia kerja, perusahaan global teknologi informasi Huawei menggandeng Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) menggelar ITS TechDay 2018, Selasa (31/10).
Perusahaan asal Tiongkok ini kembali jalankan program pemberdayaan sumber daya manusia (SDM). Dengan mengusung program Smartgen 2018, Huawei ingin mengembangkan talenta-talenta muda dari kalangan mahasiswa di bidang TIK. Program ini bermula dari adanya kekhawatiran pasokan tenaga kerja dari sisi akademis tidak sesuai dengan kualifikasi yang diperlukan oleh perusahaan.
Human Resource Director PT Huawei Tech Investment, Ir Dani K Ristandi MBA, mengungkapkan bahwa dalam pelaksanaannya, Smartgen yang merupakan inisiasi Huawei ini melibatkan kerjasama dengan beberapa perguruan tinggi. “Berbeda dengan tahun lalu yang hanya menggandeng tujuh perguruan tinggi, tahun ini sebanyak delapan perguruan tinggi ternama di Indonesia menjadi bidikan utama Huawei,” jelasnya. Pada tahun ini, ITS tetap menjadi bagian dari kerjasama Smartgen 2018.
Menurut Dani, terdapat beberapa program utama dalam Smartgen tahun ini, salah satunya adalah TechDay 2018 ini. Beragam topik yang diangkat di antaranya Teknologi Terdepan Internet of Thing (IoT), Solusi Digital, Gaya Hidup dan Tren Masa Depan. IoT sendiri merupakan konsep suatu objek yang memiliki kemampuan mentransfer data melalui jaringan tanpa interaksi manusia. Konsep ini menjadi bahan kajian utama di era digital ini.
Sejalan dengan karakter mahasiswa yang selalu dituntut aktif, seminar ini bertujuan mendorong mahasiswa untuk memahami tren-tren masa depan. Banyak wawasan baru dalam dunia TIK yang tidak didapatkan mahasiswa di kelas, namun akan jadi kualifikasi khusus nantinya saat berada di dunia kerja.
PR Manager of Public Affairs and Communcation PT Huawei Tech Invesment, Panji Pratama, menjelaskan bahwa Huawei juga menyediakan program sertifikasi dalam kerangka Huawei Information Network Academy (HAINA) yang bertujuan agar mahasiswa memiliki kompetensi lebih untuk dapat dikembangkan lebih lanjut. Huawei memandang kemampuan dasar TIK seperti halnya networking sangat dibutuhkan oleh perusahaan. “Dikarenakan pada era ini seluruh lembaga, instansi dan perusahaan nonteknologi pun sudah membutuhkan tenaga ahli di bidang tersebut,” tukasnya.
Pada kesempatan ini, Huawei juga memperkenalkan kepada para mahasiswa tentang ICT Competition setingkat mahasiswa S1. Kompetisi ini akan menarik dua tim untuk setiap perguruan tinggi dengan peserta enam mahasiswa dan dua pembimbing, yang kemudian akan dilombakan pada tingkat nasional. Setingkat di atasnya, ICT Competition akan berlanjut di tingkat regional, kemudian di tingkat internasional. Dengan kompetisi ini, diharap semangat mahasiswa untuk mengembangkan kemampuan di bidang TIK semakin terpacu, sehingga akan lebih siap menghadapi segala kemungkinan di dunia kerja nantinya.
Program lain sebagai wujud pemberdayaan manusia ialah Seeds for Future, di mana akan diambil 10 orang terbaik untuk diberangkatkan ke perusahaan Huawei pusat. Dalam program ini, mereka akan belajar teknologi terkini di Lab Huawei, Tiongkok selama dua minggu. Program ini akan terus dilanjutkan pada periode berikutnya, mengingat tahun ini adalah tahun ke-6 pelaksanaan program ini.
Potensi kompetensi mahasiswa di bidang TIK sangatlah tinggi. Oleh karenanya, program ini merupakan wadah yang bagus bagi mahasiswa untuk mengembangkan kemampuannya. “Dengan adanya program ini, diharapkan perbedaan kualifikasi perusahaan dengan tenaga kerja akademis semakin kecil,” tutur Dani.
Pada kesempatan ini, dihadirkan juga guru besar Teknik Elektro ITS Prof Dr Mochamad Ashari sebagai pembicara dengan mengusung materi bertajuk Mempersiapkan SDM ICT untuk Industri 4.0. Dalam paparannya, pria yang kerap disapa Ashari ini menjelaskan bahwa di era industri 4.0 ini kebutuhan SDM industri berubah.
Bidang operator akan semakin berkurang dan tidak dibutuhkan kembali. “Sumber daya yang akan dibutuhkan di Industri 4.0 adalah yang memiliki kemampuan leadership matang, High Order Thinking (HOTS) dan berjiwa kreatif di setiap kondisi,” tutur Rektor Telkom University periode 2013 – 2018 ini.
Namun, Ashari mengingatkan bahwa secanggih apapun teknologi yang digunakan, manusia tetap menjadi inti dari Industri 4.0. Mesin (things) harus tetap dalam kendali manusia. Ashari menjelaskan, untuk menjadi mahasiswa yang terampil sesuai kualifikasi perusahaan dan masa mendatang, di era education 4.0 mahasiswa dituntut memberikan ide-ide baru untuk setiap permasalahan. “Di Industri 4.0 tidak harus membuat sesuatu yang baru, namun memamfaatkan alat-alat yang ada dengan cara yang kreatif dan inovatif,” ujar peraih Widyapadi (Innovation) Award itu.
Ashari juga mengungkapkan bahwa ITS pun telah menyiapkan 10 langkah strategi dalam menghadapi industri 4.0, yakni dengan strategi ITS 4.0. Antara lain Digital preneurship, Distance Learning, IT Infrastructure/E-services/Smart Campus, Lifelong Learning, Global Network for Academic, Research and Innovation, IOT/Big Data/Intelligence Machine, Character Building 4.0, Teaching Industry, Alignment to Industry and Public Needs, dan Adaptive Environment.
Sementara itu, Dekan Fakultas Teknologi Elektro (FTE) ITS, Dr Tri Arief Sardjono ST MT menjelaskan, selain kompetensi TIK, mahasiswa juga harus tetap menjunjung tinggi nilai-nilai perilaku dan sikap. Sebab, poin penting ini tidak dapat dipelajari di manapun. “Teknologi bagaimana pun yang dihasilkan, semua oke. Namun, yang tetap penting adalah sikap mahasiswa dalam menjalani kesemuanya,” tandas pria kelahiran 1970 itu mengingatkan. (Christian Saputro)