Ragam

SKK Migas dan Inpex Pertegas Peran ITS Dalam Proyek Blok Masela

Onlinekoe.com, Surabaya – Seiring berjalannya waktu, proyek pemberdayaan kekayaan alam Indonesia kian berkembang, salah satunya proyek pengembangan lapangan hulu minyak dan gas (migas) abadi Blok Masela di Laut Arafuru, Maluku. Sebagai proyek raksasa, Inpex Corporation sebagai perusahaan operator proyek ini turut menyertakan peran berbagai pihak yang dibuktikan melalui adanya Focus Group Discussion (FGD) di Gedung Pusat Riset Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS), Kamis (29/8).

Bertajuk Peningkatan Kapasitas Penguasaan Teknologi Laut Dalam Melalui Pengembangan Lapangan Gas Abadi Masela, FGD ini dihadiri oleh berbagai pihak yang menjadi partner Inpex dalam proyek Blok Masela ini. Di antaranya Kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas), Direktur Utama PT PAL Indonesia, serta para dosen dari ITS dan Universitas Pattimura (Unpatti) Maluku.

FGD ini merupakan sebuah wujud diskusi terbuka antara Inpex dan partner-partner lain yang terlibat dalam proyek ini. Nantinya, hasil FGD ini akan menjadi kelanjutan langkah teknis berikutnya setelah disetujuinya Plan of Development (FoD) atau revisi rencana pengembangan oleh Presiden Republik Indonesia (RI), Juli lalu.

Vice President Corporate Services Inpex Masela Ltd, Nico Muhyiddin mengatakan bahwa semenjak proyek ini dimulai pada 1999 hingga saat ini, telah banyak peran pihak lain yang turut membantu kelancaran proyek ini, salah satunya adalah ITS dalam proses pengembangan dan Unpatti dalam pelaksanaan kesehariannya. Sebab Unpatti-lah satu-satunya perguruan tinggi dengan lokasi terdekat dengan proyek Blok Masela ini.

“Peran dan keterlibatan vendor bagi kami (Inpex, red) sebagai penyedia jasa dan teknologi, sedangkan perguruan tinggi memang sebagai penyedia sumber daya manusia yang mumpuni,” papar pria yang kerab disapa Nico ini.

Nico juga menjelaskan bahwa ini merupakan proyek yang dilakukan dengan sistem kombinasi darat (onshore) dan laut (offshore). Melalui pengeboran dasar laut dengan kedalaman 600 meter serta kedalaman sumur 4.000 meter, gas yang didapat akan diolah dalam bangunan apung bernama Floating Production, Storage and Offloading (FPSO) untuk dimurnikan dari kandungan zat lain.

“Sehingga dapat disalurkan menuju kilang gas alam cair atau Liquefied Natural Gas (LNG) yang ada di darat melalui pipa bernama Gass Export Pipeline (GEP) yang berjarak 175 kilometer serta melalui palung-palung laut,” terang Nico lagi.

Sejalan dengan Nico, Rektor ITS Prof Dr Ir Mochamad Ashari MEng menyebutkan bahwa hal ini merupakan salah satu bentuk kewajiban bersama untuk ditangani secara gotong-royong, sebab proyek ini telah ditargetkan oleh SKK Migas untuk dapat dieksplorasi dalam waktu yang sangat panjang, yakni hingga tahun 2055.

Terutama bagi ITS, Ashari menyatakan siap untuk dapat bekerja sama dengan baik dalam proyek ini. “Kami (ITS, red) siap di berbagai bidang, banyak fasilitas kita yang dapat dimanfaatkan, seperti 10 fakultas, delapan pusat riset, dan juga empat klaster Technopark yang salah satunya fokus dalam bidang kemaritiman,” ungkap pria kelahiran Sidoarjo ini.

Sementara itu, Kepala SKK Migas Dr Ir Dwi Soetjipto MM menjelaskan, dalam proses pelaksanaan proyek ini terdapat dua hal yang menjadi pesan utama Presiden RI, yakni Tingkat Kandungan Dalam Negeri (TKDN) yang harus terus meningkat dan pemberdayaan masyarakat sekitar. Peningkatan TKDN ini sesuai dengan pandangan pemerintah dalam prioritas pembangunan yang tercantum dalam Agenda Nawacita.

“Selain TKDN yang biayanya kompetitif, peran perguruan tinggi seperti ITS ini harus tetap pro-aktif dalam persiapan SDM (Sumber Daya Manusia, red) nya, karena untuk saat ini waktunya sudah mepet sekali,” jelas mantan Direktur Utama PT Pertamina (Persero) ini.

Menyambut baik harapan SKK Migas dan Inpex, salah satu dosen yang juga peneliti kemaritiman dari ITS Prof Dr Ketut Buda Artana ST MSc melalui pemaparannya menjelaskan, terdapat banyak sekali keterkaitan bidang-bidang studi di ITS dengan proyek Blok Masela ini.

Menurut mantan Wakil Rektor IV ITS ini, ITS dapat menempati berbagai tempat dalam persiapan proyek ini secara SDM, yakni seperti dalam perancangan FPSO pada bagian atas, lambung, fasilitas tambatan bawah air, pipa bawah air, ataupun fasilitas terminal (port). “Hampir semua departemen dapat masuk ke dalam proyek ini, dari penaksiran keselamatan dan iesiko, support logistik, analisis tanah, hingga penyediaan tenaga listrik di terminal,” beber guru besar Teknik Sistem Perkapalan ini. (Christian Saputro)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *