Pasaman – Kondisi yang tidak biasa sedang dialami oleh Palang Merah Indonesia (PMI) Kabupaten Pasaman Provinsi Sumatera Barat (Sumbar), yaitu stok darah yang ada sejak sepekan terakhir dalam kondisi minus.
“Stok darah di PMI Pasaman sejak sepekan terakhir sedang minus, hanya tiga kantong darah,” ujar Wakil Ketua PMI Pasaman yang juga Ketua Markas PMI Pasaman, Rosben Aguswar di Lubuk Sikaping, Selasa (5/8/2025).
Menurut Rosben, apa yang sedang terjadi bukan kondisi yang biasa karena stok darah di PMI Pasaman selama ini selalu dalam posisi berlebih alias surplus.
Lanjutnya, kondisi itu antara lain dimungkinkan karena masih ada sejumlah pasien atau keluarganya yang belum mengembalikan darah yang dipinjam dari PMI Pasaman.
Rosben mengimbau pasien atau keluarga pasien yang pernah meminjam darah di PMI Pasaman untuk segera mengembalikan kendati bukan dari golongan darah yang sama.
“Kasihan saudara-saudara kita yang membutuhkan,” ucapnya.
Pengembalian darah dari pasien atau keluarganya ke PMI Pasaman merupakan solusi yang bersifat sementara untuk mengatasi situasi kekurangan darah yang dialami PMI Pasaman.
“Untuk solusi jangka panjang PMI Pasaman butuh peralatan unit transfusi darah (UTD),” katanya. Harga peralatan ini, menurut Rosben, antara Rp200 sampai Rp250 juta.
Dikatakan Rosben, kalau alat itu sudah ada, kemungkinan kasus kekurangan stok darah di PMI Pasaman akan bisa diminimalisir. “Karena dengan alat itu memungkinkan kita melakukan penukaran darah dengan PMI lain, ” terangnya.
Rosben menyebut, pihaknya sejak beberapa waktu belakangan intensif melakukan upaya untuk mendapatkan dana untuk pengadaan peralatan UTD tersebut.
“Bahkan kita juga telah menghubungi Pak Benny Utama,” ujarnya. Benny Utama adalah mantan Bupati Pasaman, yang kini menjadi anggota DPR RI dari Dapil Sumbar.
Rosben juga menyebut PMI Pasaman juga ikut kena imbas kebijakan efisiensi anggaran. Bantuan dari APBD Pasaman yang dulunya mencapai Rp500 juta, menurun drastis sampai Rp200 juta.
“Tapi kita tidak akan pernah kendor menghadapi situasi seperti itu,” ungkapnya. “Ini tugas yang sarat dengan nilai-nilai kemanusiaan, dan kita dituntut untuk tidak mengeluh dalam menghadapi kondisi seberat apa pun,” tandanya. (UL)