Sumatera Utara

Terkulai Takberdaya, Sudah 9 Tahun Santanam Hidup dalam Kelumpuhan

Onlinekoe.com | Sergai, Sumatera Utara – Remaja Berusia 17 tahun dengan bernama Santanam Dewantara, putra ketiga dari keluarga Bapak Turman (52) dan ibu Basariah (51) warga Dusun IX Kampung Ibus, Desa Sei Rampah, Kecamatan Sei Rampah, Kabupaten Serdang Bedagai, Sumatera Utara, sedang terbujur dan masih terbaring dirumahnya tidak bisa berjalan karena sakit.

Awalnya, Santanam sejak lahir hingga berusia 8 tahun hidup normal sering bermain dan sekolah bersama rekan-rekan seusianya.

Namun, sejak beranjak usia sembilan tahun, Santanam perlahan-lahan tidak bisa berdiri bahkan berjalan dan mengalami kelumpuhan.

Basariah Ibu Santanam didampingi Suaminya Turman, kepada wartawan, Selasa (04/01/22) siang mengatakan, sudah sembilan tahun anaknya mengalami sakit dan tidak bisa berjalan.

Santanam Dewantara atau yang sering disapa Supri ini, awalnya hidup normal seperti rekan-rekan seusianya.

Namun, melihat kondisi sakit anaknya semakin parah, Kedua orang tuanya pernah membawa Santanam berobat ke RSUD Sultan Sulaiman Sei Rampah, Kabupaten Sergai.

“Kami pernah bawa Santanam berobat ke RSUD Sultan Sulaiman pada saat berusia delapan tahun yakni pada tahun 2012 yang lalu. Tapi sesampainya di RSUD Sultan Sulaiman, pihak rumah sakit pada saat itu mengatakan di RSUD ini kurang peralatan medis,” ucap Basariah menirukan salah satu dokter yang menangani anaknya.

Sehingga dari pihak RSUD Sultan Sulaiman merujuk Santanam untuk berobat ke Rumah Sakit Adam Malik Medan pada tahun yang sama. Sempat beberapa hari dirawat di RS Adam Malik Medan, akhirnya Santanam dibawa pulang oleh orangtuanya karena keterbatasan biaya.

Membawa Santanam beberapa kali berobat terapi, namun penyakit anaknya hingga saat ini belum juga sembuh.

Kini, Santanam sudah berusia 17 tahun namun kelumpuhan yang dideritanya masih menggerogoti dalam fikiran Santanam dan sering berkata kepada kedua orangtuanya, “Ibu, Ayah, apakah penyakit yang ku derita ini tidak bisa disembuhkan lagi,” kata Sabariah menirukan ucapan anaknya sambil menangis.

Disinggung, apakah mereka memiliki kartu BPJS, mereka tidak memiliki kartu BPJS dan bantuan apapun dari Pemerintah, mereka tidak pernah menerimanya.

Untuk menyambung kehidupan kami sehari-hari, ibunya berjualan sosis keliling dan suami kerja sebagai buruh tani.

“Kami sangat berharap kepada Pemerintah dan orang dermawan dapat mengurangi sedikit beban hidup yang kami alami,” ucap Kedua orang tua Santanam mengakhiri. (Js.01)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *