TNI AD Launching Aplikasi e-Stuntad dan e-Posyandu
Aplikasi ini untuk memudahkan prajurit TNI AD dan keluarganya, serta masyarakat Indonesia pada umumnya, dalam mengakses layanan kesehatan. Inisiatif ini juga dimaksudkan untuk terus menurunkan angka stunting.
“Lewat aplikasi e-Stuntad ini, kita jadi mudah untuk mengetahui sebaran wilayah stunting. Kita jadi bisa mendeteksi, mengintervensi, dan memantau anak stunting. Jadi ini sangat bermanfaat. Selama ini, dari mulai saya selaku Kasad, hingga Danramil, sudah menjadi Bapak Asuh Anak Stunting (BAAS). Sekarang kita libatkan ibu-ibu Persit di Posyandu yang ada di lingkungan militer untuk membantu BKKBN mengatasi stunting, juga kesehatan ibu dan balita,” terang Kasad, yang berharap temuan (data stunting) di e-Stuntad ini dapat digunakan oleh Posyandu umum yang ada di masyarakat.
Sementara Kepala BKKBN RI Hasto Wardoyo mengatakan bahwa pihaknya sangat berterima kasih kepada TNI AD, dan ia meyakini bahwa aplikasi ini akan menjadi _best practice_, baik dari sisi data maupun pelayanan. Ia juga mengapresiasi cakupan Posyandu yang dapat dijangkau lewat aplikasi ini. Dimana sekitar 600 Posyandu yang dikelola Persit, mampu membina dan mengakomodir Posyandu-Posyandu di wilayah sekitarnya, yang mencapai lebih dari 5.000 Posyandu.
“Aplikasi e-Stuntad di jajaran TNI AD ini sangat menginspirasi kita semua, karena datanya _real time_. Begitu datanya dimasukkan dari Posyandu Persit, datanya langsung terekam dengan baik di aplikasi ini. Menurut saya ini sangat luar biasa dan bermanfaat untuk menurunkan angka stunting menuju 14 persen,” tutur Hasto, yang mengaku terkejut aplikasi e-Stuntad bahkan bisa diakses dengan baik dari wilayah Miangas, yang merupakan salah satu daerah terisolir di Indonesia.
Sosialisasi e-Stuntad, e-Posyandu, serta webinar dan workshop laktasi juga diharapkan dapat memunculkan lebih banyak lagi motivator laktasi, yang bertugas meningkatkan rasa percaya diri para ibu agar berhasil menyusui dan mendorong pemberian Air Susu Ibu (ASI) secara eksklusif sampai usia bayi mencapai enam bulan hingga dua tahun dibarengi Makanan Pendamping (MPASI). Muaranya tentu saja untuk mencegah kasus stunting terjadi lagi, hingga tercapainya percepatan penurunan angka stunting di tanah air.
Peluncuran aplikasi dan pelaksanaan webinar digelar secara offline yang dihadiri 300 orang dan secara online di 1.000 titik yang terdiri dari seluruh Fasilitas Kesehatan TNI AD, Persit di tingkat kepengurusan PG, PD dan PCBS, serta Posyandu binaan Persit di seluruh indonesia. Sementara workshop manajemen laktasi akan dilaksanakan pada tanggal 6-7 September 2023 di RSPAD, bekerja sama dengan Satgas ASI IDAI. Pesertanya diperkirakan mencapai 60 orang, yang terdiri dari perwakilan dari Kostrad, Kopassus, dan Korem seluruh Indonesia, yang nantinya akan menjadi konselor ASI di tengah masyarakat.
Berbagai kegiatan serta kemudahan mengakses kedua aplikasi tersebut, diharapkan dapat meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, serta semakin mempermudah akses layanan kesehatan, bukan hanya bagi prajurit TNI dan keluarganya, tapi juga masyarakat umum.
(Alex)
Sumber : Dispenad