UIN RIL Beri Pelatihan Tanggap Darurat untuk Tenaga Keamanan
Bandar Lampung – Universitas Islam Negeri (UIN) Raden Intan Lampung (RIL) menunjukkan komitmennya untuk menciptakan kampus yang tidak hanya aman, tetapi juga nyaman dan tanggap terhadap situasi darurat yang mungkin terjadi di masa depan.
Sejumlah tenaga keamanan UIN Raden Intan Lampung dibekali pelatihan tanggap darurat yang berlangsung selama tiga hari, dari 24 hingga 26 Oktober 2024. Pelatihan ini diselenggarakan oleh Tim Pengembangan Kampus Berkelanjutan dan Berwawasan Lingkungan (TPKBBL) UIN Raden Intan, bekerja sama dengan Basarnas Provinsi Lampung.
Mengusung tema Safety First for Zero Accident, pelatihan ini mencakup berbagai materi penting, seperti prosedur tanggap darurat saat gempa bumi, penggunaan APAR (Alat Pemadam Api Ringan), penanganan cedera pada alat gerak, teori praktis pemindahan korban, hingga simulasi penyelamatan di air dan respons terhadap tsunami.
Rektor UIN Raden Intan Lampung, Prof H Wan Jamaluddin Z MAg PhD yang membuka acara ini, Kamis (24/10), menekankan pentingnya pelatihan sebagai upaya meningkatkan kesiapsiagaan seluruh tenaga keamanan kampus.
“Pelatihan ini bukan hanya sekedar pembekalan keterampilan, tapi investasi jangka panjang bagi terciptanya lingkungan kampus yang aman dan nyaman. Kegiatan ini sangat relevan untuk meningkatkan kesiapsiagaan menghadapi potensi bencana yang mungkin terjadi di kampus,” ujarnya.
Prof Wan juga berharap, pelatihan ini dapat memberikan pengetahuan yang aplikatif tentang penyelamatan dan mitigasi risiko.
“Dengan kehadiran para ahli dari Basarnas, saya yakin ilmu yang diperoleh akan sangat bermanfaat dan bisa diterapkan di kampus kita. Saya minta jangan hanya keamanan saja, tapi juga support kenyamanan, karena kenyamanan itu juga langsung berhubungan dengan tim green campus ketika kalian menjaga kampus,” tambahnya.
Ketua TPKBBL, Suci Wulan Pawhestri MSi, mengatakan, kesiapsiagaan menghadapi berbagai situasi darurat, seperti kebakaran, gempa bumi, atau banjir, merupakan aspek penting yang harus dipenuhi. Ia juga menjelaskan, meski semula direncanakan untuk 40 peserta, namun hadir sebanyak 21 orang karena berbagai agenda yang tidak bisa ditinggalkan.
Pelatihan ini juga melibatkan praktik langsung serta simulasi bencana, agar para peserta bisa menerapkan teori yang dipelajari dengan baik.