Umat Hindu Way Kanan Gelar Tawur Kesanga, Sambut Hari Raya Nyepi
Onlinekoe.com | Way Kanan – Umat Hindu melaksanakan Tawur Kesanga yaitu mecaru yang dilaksanakan bertepatan dengan Hari Tilem Kesangan (bukan mati kesembilan), pada hari Rabu, (2/3/22).
I Gede Budi Artana, S.Pd.,M.M, yang merupakan Sekretaris PHDI Way Kanan menyampaikan, acara ini merupakan rangkaian menyambut Hari Raya Nyepi Tahun Baru Caka 1944. Acara Tawur Kesanga dilaksanakan sehari sebelumnya umat Hindu melaksanakan acara Melasti.
Upacara Melasti yaitu upacara penyucian simbul-simbul keagamaan dan kepercayaan umat hindu pada sumber air seperti sungai atau laut. Hal ini dilakukan karena diyakini bahwa laut adalah tempat penyucian segala macam bentuk kotoran.
“Selain menyucikan, secara filosofi acara Melasti juga bermakna menyucikan sifat-sifat negatif yang ada pada diri manusia itu sendiri, sehingga dalam penyambutan Tahun Baru Caka 1944, manusia sudah dalam keadaan bersih dan bersiap untuk kehidupan kedepan yang lebih baik,” ucapnya.
Pada Hari ini umat hindu melaksanakan Tawur Ke
sanga yang bermaksa sebagai bentuk persembahan kepada para Butha Kala yg selalu ada berdampingan hidup di alam semesta ini.
Persembahan itu dilakukan dengan tujuan agar para Butha Kala dapat hidup rukun dan damai dengan manusia, tidak mengganggu kehidupan manusia.
Hal ini sebagai bentuk implementasi dari ajara Tri Hita Karana (Tiga jalan menuju kebahagiaan) yaitu berhubungan baik dengan Ida Sanghyang Widhi berikut dengan sinar-sinar sucinya, berhubungan baik dengan sesama manusia dan berhubungan baik dengan alam semesta beserta isinya.
Lebih lanjut, I Gede Budi Artana,S.Pd.,MM menyampaikan, Butha Kala adalah makhluk alam semesta yg tak nampak oleh alam sadar.
Tawur kesanga dalam arti luas juga bisa diartikan sebagai bentuk pembersihan sifat-sifat negatif dalam diri manusia.
Butha Kala dan sifat negatif dalam diri manusia digambarkan dengan makhkhk yang menyeramkan seperti raksasa atau hewan buas. Masyarakat Hindu khususnya Bali adalah masyarakat yg berbudaya dan memiliki kreatifitas seni yang baik, kemudian menggambarkan atau mewujudkan Butha Kala itu dalam bentuk patung yang besar berwujud raksasa atau makhluk menyeramkan lainnya yang disebut dengan Ogoh-ogoh.
Ogoh-ogog ini pada Tawur Kesangan diupacarai Pasupati terlebih dahulu sebagai simbolis agar semua sifat negatif menyatu disitu, kemudian ogoh-ogoh diarak keliling kampung dan akhirnya setelah selesai diarak, diupacarai kembali kemudian dibakar.
Pembakaran ini adalah sebagai simbolis agar sifat negatif itu pergi dan musnah, seperti bagaimana ogoh-ogoh terbakar hilang menjadi udara dan abu.
Selanjutnyq, pada tanggal 3 Maret 2022, umat Hindu melaksanakan Catur Berata Penyepian (empat larangan), yang dimulai dari jam 06.00 sampai jam 06.00 WIB, yang hari berikutnya (24 jam). Catur berata penyepian terdiri dari :
1. Amatai Gni, tidak menyalakan api.
2. Amati karya, tidak bekerja
3. Amati lelungaan, tidak bepergian.
4. Amati lelanguan, tidak bergembira ria.
“Sehingga pada perayaan Hari Raya Nyepi ini, suasana pemukiman Hindu akan hening dan gerbang rumah tertutup rapat, serta malam hari akan gelap gulita,” jelasnya.
Setelah melaksanakan Catur Brata Penyepian, pada tanggal 4 Maret umat Hindu merayakan ngembak gni, persembahyangan bersama sekaligus bersilahturahmi untuk saling memaafkan.
“Selanjutnya akan diikuti kegiatan anjang sana /silahturahmi pada keluarga,” jelasnya.
(bsr/puting)