Tanjungpinang – Dalam sebuah momentum penuh makna yang merekatkan nilai spiritual dan penghargaan lintas zaman, komunitas wartawan Kota Tanjungpinang, Provinsi Kepulauan Riau, melaksanakan prosesi kurban sebagai bentuk penghormatan mendalam terhadap tujuh jurnalis senior yang telah wafat, Minggu (8/6/2025).
Kegiatan ini digelar menjelang Hari Raya Idul Adha 1446 Hijriah dan menjadi simbol nyata perpaduan antara ibadah dan penghargaan historis. Sebuah sapi kurban disembelih sebagai representasi pengorbanan suci, rasa syukur, serta doa-doa tulus yang dipersembahkan untuk tujuh tokoh pers yang semasa hidupnya menjadi pilar utama dunia jurnalistik lokal.
Inisiatif tersebut lahir dari ketulusan hati Agung Wiradharma, S.H. — putra dari almarhum Mochamad Zen bin Abdul Hamid Usman — yang menggandeng Hj. Rahma, S.IP., M.M., sosok perempuan berpengaruh dalam lanskap sosial dan keagamaan Tanjungpinang, guna mewujudkan kegiatan ini dengan semangat kolaboratif dan penuh cinta.
Ketujuh insan pers yang namanya diabadikan dalam prosesi kurban ini merupakan pribadi-pribadi visioner yang telah mengukir sejarah panjang dalam dunia jurnalistik Kepri, yakni:
1. Mochamad Zen bin Abdul Hamid Usman
2. Sofian Tanjung bin Safii
3. Abdul Jalil bin M. Yasin
4. Soma bin Pulan
5. Eddy Mawuntu bin Frederick Mawuntu
6. H. Akmal bin H. Djamaran Yasin
7. Abdul Hamid bin Amat Dollah
Nama-nama ini bukan hanya sekadar penulis berita atau pencari fakta; mereka adalah penjaga garda terdepan etika jurnalistik, guru dan panutan yang membentuk generasi jurnalis penerus. Jejak mereka melampaui tinta cetak — mereka meninggalkan warisan moral dan integritas yang hidup dalam memori kolektif pers lokal.
Ketua panitia pelaksana, Dewi Kumalawaty — putri dari almarhum H. Akmal — dengan penuh rasa haru menyampaikan bahwa kegiatan ini jauh melampaui dimensi ritual. Ia menyebutnya sebagai pengejawantahan nilai-nilai luhur yang mempertautkan generasi muda jurnalis dengan fondasi spiritual dan historis yang kokoh.
“Ini bukan sekadar penyembelihan hewan kurban, melainkan cara kami menjalin simpul silaturahmi lintas generasi. Sebuah wujud cinta, penghormatan, dan pengakuan atas jasa para pejuang pena yang telah menorehkan sejarah dengan darah perjuangan dan tinta kejujuran,” ujar Dewi dengan suara bergetar.
Kegiatan ini berlangsung dalam atmosfer gotong royong yang kental. Puluhan jurnalis dari berbagai media — baik media cetak, televisi, maupun portal daring — bersatu dalam satu semangat bersama warga Perumahan Kharisma, lokasi pelaksanaan kurban. Kebersamaan mereka mencerminkan ruh solidaritas yang menjadi identitas sejati dunia jurnalistik.
Pengadaan sapi kurban dibiayai dari kontribusi sukarela para wartawan dan para dermawan yang tersentuh oleh nilai-nilai kegiatan ini. Di tengah hiruk-pikuk era digital yang kerap individualistik, semangat kolektif ini menjadi penanda bahwa jurnalisme sejati tak pernah kehilangan roh kemanusiaannya.
Daging kurban kemudian disalurkan kepada warga sekitar yang membutuhkan, termasuk keluarga dari ketujuh jurnalis almarhum. Ini menjadi simbol kepedulian sosial dan cara konkret memaknai nilai kurban sebagai penghubung antara spiritualitas dan kemaslahatan umat.
Di sela prosesi, beberapa jurnalis yang hadir menyampaikan testimoni emosional tentang para almarhum yang mereka kenang bukan hanya sebagai kolega, tetapi juga sebagai pendidik, penjaga idealisme, dan moral compass dalam ruang redaksi.
“Bagi kami, mereka adalah lebih dari sekadar rekan kerja. Mereka adalah pelita dalam gelap, pengingat ketika godaan datang, dan penjaga marwah profesi. Kami ingin mengenang mereka bukan hanya lewat cerita, tetapi melalui amal yang nyata, yang membawa berkah bagi banyak pihak,” ungkap Dewi dengan mata berkaca.
Lebih jauh, kegiatan ini juga memperlihatkan bagaimana syariat Islam melalui ibadah kurban bisa menjadi jalan amal jariyah — aliran pahala yang terus mengalir kepada mereka yang telah tiada, selama diniatkan ikhlas dan dilakukan sesuai ketentuan syar’i.
Isman, putra dari almarhum Sofian Tanjung — yang juga dikenal sebagai mantan anggota DPRD Tanjungpinang — menyampaikan harapan agar kegiatan seperti ini tidak berhenti di tahun ini saja.
“Kami berharap ini menjadi tradisi tahunan, sebagai bentuk pelestarian nilai dan penghargaan terhadap pejuang pena yang telah mewariskan semangat kebebasan pers. Kami membuka ruang selebar-lebarnya bagi siapa pun yang ingin berpartisipasi dan menjaga keberlangsungan kegiatan ini,” tutur Isman dengan penuh semangat dan komitmen.
Melalui pelaksanaan kurban yang sarat makna ini, para jurnalis Tanjungpinang mengirimkan pesan kuat: bahwa jurnalisme tidak hanya tentang fakta dan berita, tetapi tentang manusia, perjuangan, dan kemanusiaan. Di tengah derasnya arus informasi digital, kegiatan ini menjadi mercusuar yang menegaskan bahwa nilai, solidaritas, dan penghargaan terhadap jasa tetap hidup dan akan terus dirawat oleh pewaris profesi ini. (Anwar)