Pendidikan

Workshop dan Call For Book Chapter, ini Kata Rektor IIB Darmajaya

Onlinekoe.com, BANDARLAMPUNG — Dosen Institut Informatika dan Bisnis (IIB) Darmajaya diharapkan mampu menerbitkan 3–4 buku dalam setahun. Hal itu dikatakan Rektor IIB Darmajaya Dr. Ir. H. Firmansyah Y. Alfian, MBA., M.Sc, saat pembukaan Workshop dan Call For Book Chapter “Penguatan Sektor Creativepreneur dan Digitalpreneur untuk mendorong Pertumbuhan Ekonomi Indonesia”, Jumat (4/11/2021).

Firmansyah menyatakan kekagumannya kepada salah satu pembicara, M. Basyrul Muvid, M.Pd., dari Universitas Dinamika Surabaya, yang dengan usia masih sangat muda mampu menghasilkan karya 38 buku dalam dua tahun. “Ini sangat luar biasa. Dan saya sangat berharap ini dapat dicontoh dosen-dosen IIB Darmajaya. Ya, paling tidak setahun 3 sampai empat buku ajar dapat dihasilkan dari kampus ini,” kata Rektor.

Menurut Firmansyah, di Era Covid-19 ini, ide kreatif dan inovatif haruslah terbangun. Jangan sampai, di masa pandemi Covid-19 ini, justru membelenggu kreativitas dan inovasi baru yang saat ini memang dibutuhkan generasi milenial. Salah satunya, bagaimana membangun kreativitas dosen untuk menghasilkan karya berupa buku bahan ajar.

“Saya sangat berterima kasih dengan hadirnya pembicara M. Basyrul dan Dr. I Gusti Bagus Rai Utama, SE, M.MA, M.A. Rektor Universitas Dhyana Pura (Undhira), yang diharapkan mampu memberikan trik dan tips menulis buku. Semoga kegiatan ini dapat memacu kita semua sebagai insan akademik untuk terus berkarya,” kata dia.

Sementara itu, M. Basyrul Muvid, M.Pd, mengatakan menulis itu butuh action dan yang terpenting adalah memiliki niat mau nulis. “Itu dulu yang utama, jika sudah punya niat, baru dapat menciptakan sebuah buku. Kalau sudah ada satu buku, nanti akan ketagihan menulis buku-buku lainnya,” kata dia.

Strategi kedua, kata M. Basyrul, jangan terlalu berpikir untuk menulis buku yang tebal. Buku dengan 40 sampai 50 halaman dengan ukuran kertas A5, sudah cukup jadi sebuah buku. “Karena memang sesuai peraturan buku minimal 40 halaman. Buku-buku yang saya terbitkan tidak semua tebal. Untuk apa tebal kalau tidak selesai,” kata dia.

Kedua adalah strategi, kok bisa 2019-2021 terlahir 38 judul buku, jangan anggap buku itu tebal. 50 halaman dapat menjadi buku (A5), buku itu tidak harus tebal. Di peraturan minimal 40 halaman.
Selanjutnya, menjawab beberapa pertanyaan peserta workshop, dosen Universitas Dinamika Surabaya ini juga menjelaskan menulis itu harus percaya diri, dan jangan takut kalau buku yang dihasilkan jelek. Karena, dalam menulis buku juga dibutuhkan pengalaman dan memiliki sebuah gagasan yang baik.
“Kecuali kalau kita sudah berpengalaman, baru kita berlari untuk menulis berbagai buku sesuai bidang yang kita miliki,” kata dia.
Sementara itu, Dr. I Gusti Bagus Rai Utama, SE, M.MA, M.A., Rektor Universitas Dhyana Pura (Undhira) yang membahas materi “Kearifan Lokal, Pekerjaan, Bisnis Masa Depan, dan Literasi Digital, mengatakan apa yang Anda pikirkan, tidak harus dikatakan. “Tapi apa yang dikatakan harus dilaksanakan. Apa yang dilaksanakan harus bermanfaat,” kata dia.

Menurut Rai Utama, ada 3 alat tukar kehidupan, yaitu pengetahuan, waktu dan uang. Dimana, pengetahuan plus waktu akan menghasilkan uang dan uang plus waktu akan menghasilkan pengetahuan.

“Waktu, uang dan pengetahuan semuanya menjadi kebutuhan manusia. Gunakan satu dari tiga alat tukar kehidupan itu, dan gunakan dua lainnya untuk memperolehnya.
Artinya, kata dia, jika kita membutuhkan uang maka tukarkan pengetahuan dan waktu untuk mendapatkan uang. “Dan, jika kita membutuhkan pengetahuan, maka tukarkan waktu dengan uang untuk mendapatkannya,” pungkasnya. (**)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *