Lima Puluh Kota

Event Tradisi Alek Bakajang, Gubernur : Layak Masuk Daftar Kharisma Event Nusantara

Onlinekoe.com | Lima Puluh Kota – Gubernur Sumatra Barat Mahyeldi Ansharullah, mengapresiasi digelarnya event tradisi Alek Bakajang selama lima hari di Nagari Gunung Malintang, Pangkalan, Kabupaten Lima Puluh Kota. Terlebih, tradisi yang diperkirakan telah berusia ratusan tahun ini juga berhasil mendapatkan penghargaan tingkat nasional.

“Kita sangat bangga event Alek Bakajang ini berhasil meraih Juara 1 kategori atraksi budaya terpopuler dalam nominasi Anugerah Pesona Indonesia (API) tahun 2021 lalu,” kata Mahyeldi saat menutup acara Alek Bakajang 2024 yang berlangsung sejak 13 hingga 17 April tersebut, Rabu (17/4/2024).

Gubernur juga mengapresiasi kepedulian masyarakat terhadap tradisi, yang terlihat dari ribuan warga yang tumpah ruah meluapkan kegembiraan saat hari puncak event tersebut. Ia meyakini, event tersebut juga sangat penting sebagai wadah mempererat relasi seluruh lapisan warga dalam masyarakat.

“Kita berharap, Alek Bakajang bisa masuk dalam salah satu event unggulan dalam Kharisma Event Nusantara yang akan diselenggarakan oleh Kemenparekraf. Sehingga, kunjungan wisatawan ke Sumbar terus meningkat yang juga tentunya akan memberikan dampak positif terhadap perekomian masyarakat kita,” harap Gubernur Sumbar itu.

Event Alek Bakajang membuat Gubernur Mahyeldi begitu tertarik, sehingga ia pun meminta Wali Nagari Gunung Malintang untuk membuat laporan terkait pelaksanaan event tersebut secara rinci.

“Saya minta pada Wali Nagari Gunung Malintang untuk membuat laporan tentang apa saja kegiatan Alek Bakajang selama lima hari ini,” pinta Mahyeldi.

Menyikapi permintaan tersebut, Wali Nagari Gunung Malintang, Wido Putra sempat menjelaskan, secara singkat sejarah terselenggaranya Alek Bakajang. Di mama, pada awalnya setiap warga pergi Manjalang kepada Niniak Mamak atau Datuak Panghulu.

Dan selanjutnya diteruskan Manjalang Alim Ulama maupun Cadiak Pandai seperti Pemerintah Nagari atau tokoh masyarakat dari empat suku berbeda yang ada di Gunuang Malintang.

“Semua itu dilakukan dengan menggunakan perahu (kajang) dengan melintasi Sungai Batang Mahat untuk silaturahim yang dilaksanakan setelah Hari Raya Idulfithri,” terang Wido.

Ada pun empat suku tersebut, kata Wido, antara lain Suku Domo, Suku Melayu ,Suku Piliang, serta Suku Pagar Cancang. Selama lima hari berturut-turut keempat suku tersebut bersilaturrahim ke setiap Istano datuak-datuak yang ada.

“Karena itu ada lima perahu kajang yang mewakili tiap-tiap jorong atau wilayah di bawah nagari, yang berparade di tepian Batang Mahat,” sebutnya.

Dalam kesempatan itu, Bupati Lima Puluh Kota, Safaruddin, juga turut memberikan apresiasi tinggi kepada masyarakat Nagari Gunung Malintang yang setiap tahun menyelenggarakan event Alek Bakajang.

“Kita berharap, masyarakat Gunuang Malintang dapat menulis dan mendokumentasikan tradisi Alek Bakajang secara komprehensif dan lengkap, sehingga lebih mudah dalam mewariskannya kepada generasi mendatang,” tutup Safaruddin. (Warman/adv)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *