Kedatangan Dewa Obat ke-164, Klenteng Tay Kak Sie Gelar Kirab Budaya Poo Seng Tay Tee
Semarang – Klenteng Tay Kak Sie kembali menggelar acara Kirab Dewa Obat Poo Seng Tay Tee. Gelaran acara ini kini menjadi salah satu ikon budaya Kota Semarang.
Kirab yang ditaja untuk memperingati kedatangan Kimsin (patung) Poo Seng Tay Tee atau Dewa Obat dilaksanakan Minggu (09/06/2024). Kirab budaya ini juga dikenal dengan sebutan Arak-arakan Sam Poo Kecil ini memasuki peringatan tahun yang ke-164.
Sejak Sabtu (08/06/24) malam ratusan orang melakukan persiapann di Aula Klenteng TITD Tay Kak Sie, Gang Lombok, Semarang. Terlihat belasan orang yang dirias untuk menjadi Bekhun merupakan sosok pengawal kuda Sam Poo.
Para peserta arak-arakan yang menjadi sosok Bekhun ini meyakini dengan melakukan ini nazar dan keinginannya bakal membuahkan hasil.
Kirab budaya ini start dari Klenteng Tay Kak Sie, Minggu (09/06/24) mulai Pukul 05.00 WIB.
Terlihat arak-arakan yang diawali dengan pasukan pasukan pembawa bendera merah putih.
Kemudian disusul pasukan pemikul tandu yang berisi patung Dewa Obat dan pengawalnya, kelompok Sapu Jagad, termasuk Bekhun pengawal pasukan berkuda, Disusul juga kelompok barisan lainya yang menampilkan kesenian Liong dan Barongsai, yang kian menambah kemeriahan kirab.
Rombongan menyusui pecinan kemudian berhenti di Klenteng Ho Tek Bio di Gang Pinggir, Kemidian kelompok-kelompok tersebut diangkut ke Pantai Marina dengan truk. Sesampai digerabang pantai Marina rombongan kembali melakukan kirab menuju tempat upacara.
Gelaran acara ritual di Marina ini sebagi simbol menyambut kedatangan Kimsin Dewa Obat dari negeri Tiongkok.
Kemudian siang hari rombongan kembali diangkut dengan truk kembali dan diturunkan di pintu gerbang Pecinan, Kranggan, Semarang. Kembali kirab dilakukan keliling Pecinan mampir ke setiap kelenteng yang ada di kawasan Pecinan dan juga mampir di Boen Hian Tong (Gedung Rasa Dharma) yang merupakan perkumpulan Tiongho tertua di Semarang.
Kirab Arak-arakan diakhiri di titik awal pemberangkatan, yakni di Klenteng Tay Kak Sie pada sore hari.
Sejarah Kirab Dewa Obat
Disisi dari sejarahnya menurut Ketua Boen Hian Tong Harjanto Halim, irab tersebut berawal dari adanya pagebluk atau wabah penyakit yang melanda Kot
La Semarang pada tahun 1853 atau 164 tahun lalu.
Menghadapi wabah ini, lanjut Harjanto, warga Tionghoa di Semarang lalu melakukan beragam upaya untuk mengatasinya.
“Salah satunya dengan meminta bantuan dewa, yang disimbolkan dalam Kimsin Dewa Obat. Permintaan Kimsin Dewa Obat ini kemudian dikirimkan ke tanah leluhur mereka di China,” ujar Harjanto yang juga ikut menjadi Koordinator Sapu Jagad.
Selanjutnya, ujar Harjanto, Kimsin Poo Seng Tay Tee yang telah didoakan pun dikirim dan menempuh perjalanan laut selama 25 hari hingga sampailah di Semarang.
“Setelah sampai di Semarang, diadakan kirab dan berangsur wabah hilang.Kirab budaya ini digelar untuk memperingati kedatangan dewa obat hingga kini. Kirab Arak-arakan Kimsin (patung) Poo Seng Tay Tee atau Dewa Oba ini disebut juga Arak-arakan Sam Poo Kecil,” terangnya.
Harjanto menambahkan , kirab Poo Seng Tay Tee kini tidak hanya menjadi ritual yang diikuti oleh masyarakat Tionghoa, namun sudah menjadi parade budaya untuk menarik wisatawan.
“Kirab budaya yang diikuti berbagai etnis ini juga menjadi simbol perwujudan sikap toleransi, saling mendukung antar agama dan golongan yang sudah menjadi karakteristik warga Kota Semarang,” pungkas Harjanto. (Heru Saputro)