Mengenang Tragedi Mei ’98, Boen Hian Tong Gelar Ritual Rujak Pare Sambal Kecombrang
Semarang – Boen Hian Tong (Perkumpulan Rasa Dharma) Semarang kembali menggelar Ritual Rujak Pare Sambal Kecombrang. Kegiatan untuk digelar untuk memperingati Tragedi Mei ’98 ini mengusung tema Melawan Kekerasan Seksual (Ritual Rujak Pare Sambal Kecombrang), dilaksanakan di Gedung Rasa Dharma, Jalan Gang Pinggir 31, Kranggan, Semarang, Kamis, 12 Mei 2022, mulai Pukul 18.30 WIB – 20.30 WIB.
Kegiatan yang menghadirkan nara sumber Satyawati Mashudi (Komisioner Komnas Perempuan), Ita F Nadia, Suhu Sien Shi, dan Raden Rara Ayu Hermawati Sasongko, S.H,M.H (LBH APIK) ini juga dilaksanakan dengan Zoom Virtual Meeting via Link Zoom Ritual Rujak Pare Sambal Kecombrang (18.30-20.30 WIB), pendaftaran dibuka 15 menit sebelum acara dibuka melalui link : https://bit.ly/Ritualrujakpare,
Dengan Meeting ID: 954 9000 8489 dan Passcode: Mei1998 dan juga bisa diikuti melalui kanal You Tube dengan link : https://youtu.be/jX3Kk480DtE
Ketua Boen Hian Tong Harjanto Halim mengatakan, pihaknya pertama kali menggelar acara mengenang Tragedi Mei 98 dengan makan rujak Pare dan sambal bunga kecombrang pada tahun 2018.
“Jadi gelaran Ritual Rujak Pare Sambal Kecombrang sudah digelar lima kali. Saya ingat betul pertama kegiatan dilaksanakan hari Minggu, 13 Mei 2018 Pukul 09.00 WIB,” jelasnya.
Pasalnya, bertepatan hari itu dua jam sebelumnya, Pukul 07.00 WIB ada kabar bom meledak di Surabaya.
“Teman-teman sempat panik menanyakan bagaimana acara. Bomnya di Gereja di Surabaya, kita melaksanakan acara kan di Semarang,” ujar Harjanto mengenang.
Keputusannya, lanjut Harjanto, acara mengenang tragedi Mei 98 tetap diadakan. Bahkan acara lebih khusyuk dan sejuk, karena peserta Ikut mendoakan para korban bom gereja di Surabaya.
Harjanto menandaskan, gerakan ini dilakukan, karena BHT ingin melawan lupa. Tragedi Mei 1998 itu sebuah tragedi yang sangat menyedihkan dan pahit sekali untuk bangsa kita.
Menurut Harjanto kita tidak bisa memutar balik waktu yang sudah terjadi tidak bisa dibatalkan, tapi yang penting kita jangan sampai lupa kepahitan tragedi yang pernah menimpa bangsa ini dan yang penting jangan sampai terulang lagi
“Mengapa makan rujak pare yang sangat pait, karena itu adalah sebuah kepahitan tapi harus kita telan. Harus kita akui dengan melakukan itu mudah-mudahan kita akan lebih siap, lebih sehat menghadapi tantangan ke depan. Mengapa bunga kecombrang kena bunga kecombrang simbol perempuan yang diperkosa dianiaya, di atas cobek dibikin sambel itu simbolisasinya, “ terangnya.
Harjanto merasa senang, karena mengenang tragedi Mei ‘98 tahun ini mengusung tema : “Melawan Kekerasan Seksual”. Dengan disahkannya undang-undang tindak pidana kekerasan seksual oleh DPR, tentunya kita berharap semua kekerasan seksual terhadap perempuan di Indonesia segera akan dihapuskan dan hilang.
“Jadi kepahitan tidak harus selalu dikenang dengan kesedihan, tapi menjadi sebuah energi, sebuah tenaga baru, sebuah kekuatan untuk menghapuskan hal-hal yang jahat dari NKRI,” tandas Harjanto. (Heru Saputro)