Merayakan “Tumbuk Ageng” dengan Acara Peluncuran dan Bedah Buku

Semarang – Komunitas Cipta Damai, Bengkel Sastra Taman Maluku, (BeSTM) dan Satu Pena Jawa Tengah menggelar acara peluncuran buku Kumoulan Puisi Bertajuk “Merayakan Perjumpaan dengan Sang Ada” karya Esthi Susanti Hudiono dan Novel karya Sulis Bambang berjudul “Oase di Neraka”.

Helat budaya ini akan ditaja di Gedung Monod Diephuis, Jl. Kepodang, Kawasan Kota Lama, Semarang Jumat, (26/05/2023) mulai pukul 15.30-18.00 WIB.

Founder BeSTM Sulis Bambang mengatakan gelaran acara ini sekaligus untuk merayakan peristiwa budaya tradisi “Tumbuk Ageng” penanda di usia 64 tahun Esthi Susanti Hudiono yang jatuh pada tanggal 26 Mei.

Cara merayakannya dengan meluncurkan kumpulan puisi spiritual (puisi mantera) berjudul “Merayakan Perjumpaan dengan Sang Ada”. Selain peluncuran buku kumpulan puisi itu juga akan diluncurkan novel karangan Sulis Bambang berjudul “Oase di Neraka”.

“Moment ini ikuti tradisi dari Bengkel Sastra Taman Maluku yang meluncurkan buku dengan undangan khusus. Tujuannya agar pertemuan diisi oleh orang-orang yang segelombang. Buku kumpulan puisi akan dibagikan agar peserta paham dengan apa yang dibahas,” ujar Sulis Bambang.

Humas Panitia Dewi mengatakan, acara bedah buku kumpulan puisi “Merayakan Perjumpaan dengan Sang Ada” akan menghadirkan oleh Myra Diarsi-Aktivis Feminis Padepokan GAIA. Esthi Susanti Hudiono (Penulis Buku) dengan moderator Dr. Sutji Harijanti, M.Pd Satupena Jawa Tengah. Pada kesempatan itu juga akan ditampilkan pembacaan puisi dari antologi “Merayakan Perjumpaan dengan Sang Ada” .

“Buku kumpulan puisi Esthi Susanti memiliki perspektif perempuan, Tionghoa, Kristen dan Pro Kelompok Marginal dengan gunakan paradigma psikologi-sosiologi dan spiritualitas timur yang membedakan dunia interior dengan eksterior. Sedangkan Myra Diarsi juga psikolog, yang telah mengenal perjalanan hidup Esthi Susanti sejak tahun 90-an ketika Esthi Susanti bekerja sebagai aktivis kemanusiaan,” terang Dewi.

Sementara itu, penulis buku Esthi Susanti Hudiono, membabarkan buku kumpulan puisi “Merayakan Perjumpaan dengan Sang Ada”, mengambarkan dinamika jiwa yang menunjukkan bahwa diri itu mengalir dan tidak pernah menjadi sama.

“Gambaran itu nampak jelas di puisi-puisiku. Sekaligus puisi-puisi itu menggambarkan dunia interiornya yang tak dikooptasi oleh dunia eksterior. Interaksi yang terjadi adalah interaksi dialogis. Yang pada akhirnya membentuk ego pribadi menjadi ego transpersonal yang memiliki kapasitas berjumpa dengan sesama, alam dan Tuhan, Saya menyebutnya puisi mantera,” terangnya.

Esthi menambahkan pada helat perayaan “Tumbuk Ageng” dan Peluncuran Buku “Merayakan Perjumpaan dengan Sang Ada” dan “Oase di Neraka” ini perupa Sogik Yoga Prima melukiskan momen yang ada.

Cover buku kumpulan puisi “Merayakan Perjumpaan dengan Sang Ada”, dilukis oleh Sogik secara spontan pada gelaran acara Paguyuban Dewa Ruci di Rumah Bambu Salatiga Agustus 2021 lalu.

“Selain makna lukisan mencerminkan isi buku juga spontanitas dalam refleksi mendalam adalah ciri Esthi dalam berpuisi. Selamat menikmati perayaan ini,” ujar Esthi mengunci perbincangan. (Heru Saputro)

Semarang – Komunitas Cipta Damai, Bengkel Sastra Taman Maluku, (BeSTM) dan Satupena Jawa Tengah menggelar acara peluncuran buku Kumoulan Puisi Bertajuk “Merayakan Perjumpaan dengan Sang Ada” karya Esthi Susanti Hudiono dan Novel karya Sulis Bambang berjudul “Oase di Neraka”.

Helat budaya ini akan ditaja di Gedung Monod Diephuis, Jl. Kepodang, Kawasan Kota Lama, Semarang Jumat,(26/05/2023) 26 mulai Pukul 15.30-18.00 WIB.

Founder BeSTM Sulis Bambang mengatakan gelaran acara ini sekaligus untuk merayakan peristiwa budaya tradisi “Tumbuk Ageng” penanda di usia 64 tahun Esthi Susanti Hudiono yang jatuh pada tanggal 26 Mei.

Cara merayakannya dengan meluncurkan kumpulan puisi spiritual (puisi mantera) berjudul “Merayakan Perjumpaan dengan Sang Ada”. Selain peluncuran buku kumpulan puisi itu juga akan diluncurkan novel karangan Sulis Bambang berjudul “Oase di Neraka”.

“Moment ini ikuti tradisi dari Bengkel Sastra Taman Maluku yang meluncurkan buku dengan undangan khusus. Tujuannya agar pertemuan diisi oleh orang-orang yang segelombang. Buku kumpulan puisi akan dibagikan agar peserta paham dengan apa yang dibahas,” ujar Sulis Bambang.

Humas Panitia Dewi mengatakan, acara bedah buku kumpulan puisi “Merayakan Perjumpaan dengan Sang Ada” akan menghadirkan oleh Myra Diarsi-Aktivis Feminis Padepokan GAIA. Esthi Susanti Hudiono (Penulis Buku) dengan moderator Dr. Sutji Harijanti, M.Pd Satupena Jawa Tengah. Pada kesempatan itu juga akan ditampilkan pembacaan puisi dari antologi “Merayakan Perjumpaan dengan Sang Ada”.

“Buku kumpulan puisi Esthi Susanti memiliki perspektif perempuan, Tionghoa, Kristen dan Pro Kelompok Marginal dengan gunakan paradigma psikologi-sosiologi dan spiritualitas timur yang membedakan dunia interior dengan eksterior. Sedangkan Myra Diarsi juga psikolog,yang telah mengenal perjalanan hidup Esthi Susanti sejak tahun 90-an ketika Esthi Susanti bekerja sebagai aktivis kemanusiaan,” terang Dewi.

Sementara itu, penulis buku Esthi Susanti Hudiono, membabarkan buku kumpulan puisi “Merayakan Perjumpaan dengan Sang Ada”, mengambarkan dinamika jiwa yang menunjukkan bahwa diri itu mengalir dan tidak pernah menjadi sama.

“Gambaran itu nampak jelas di puisi-puisiku. Sekaligus puisi-puisi itu menggambarkan dunia interiornya yang tak dikooptasi oleh dunia eksterior. Interaksi yang terjadi adalah interaksi dialogis. Yang pada akhirnya membentuk ego pribadi menjadi ego transpersonal yang memiliki kapasitas berjumpa dengan sesama, alam dan Tuhan, Saya menyebutnya puisi mantera,” terangnya.

Esthi menambahkan pada helat perayaan “Tumbuk Ageng” dan Peluncuran Buku “Merayakan Perjumpaan dengan Sang Ada” dan “Oase di Neraka” ini perupa Sogik Yoga Prima melukiskan momen yang ada.

Cover buku kumpulan puisi “Merayakan Perjumpaan dengan Sang Ada”, imbuh Esthi, dilukis oleh Sogik secara spontan pada gelaran acara Paguyuban Dewa Ruci di Rumah Bambu Salatiga Agustus 2021 lalu.

“Selain makna lukisan mencerminkan isi buku juga spontanitas dalam refleksi mendalam adalah ciri Esthi dalam berpuisi. Selamat menikmati perayaan ini,” ujar Esthi mengunci perbincangan. (Heru Saputro)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here