Jawa TengahJogyakartaMEDIA CREATIVE

Pameran Tunggal Hani Santana “Nyekar”, Manifestasi Cinta Hani Santana

Yogyakarta – Pelukis perempuaan asal Cilacap Hani Santana bakal menggelar pameran tunggal bertajuk : “Nyekar” . Pameran tunggal yang akan dibuka perupa Nasirun ini akan ditaja di Nanang Widjaya (NW) Artspace, Kalasan, Yogyakarta, dari 18 Juni – 18 Juli 2022.

Hani pelukis asal pesisir Cilacap ini memang masih tergolong pendatang baru di jagad seni rupa Indonesia. Tetapi kehadirannya dengan gelegak energi bak ombak segara yang tak pernah lelah mendeburi pantai terus. Setelah pameran tunggal perdananya bertajuk “Segara” di Museum Affandi, Yogyakarta, November 2021 terus mengelinding.

Pergaulannya di medan sosial seni rupa cepat dikenal. Hani berpantang malu belajar debgan para senior pelukis kondang seperti perupa Nasirun, Klowor Waldiyono, Nanang Widjaya, Masdibyo dan banyak lagi. Tak hanya Hani yang berkeliling mendatangi para senior yang didaphuknya sebagai mentor, tetapi tak segan mengajak para perupa berkaliber datang ke kediamannya tempatnya berkarya di kota Pesisir Cilacap.

Baru saja ikut terlibat pelukis perempuan Indonesia lainnya melukis dan pameran bersama 20 Perupa Perempuan Indonesia bertajuk “Harkat” di Tugu Kunstkring Paleis Gallery, Jakarta Pusat, Mei – Juni 2022 lalu.

Pameran tunggal Hani yang didedikasikan untuk mendiang kedua orangtuanya ini akan menaja 31 karya terbarunya, Acrylic on canvas, antara lain; bertajuk Ilalang di Dasar Laut, Black Coral, dan Tabur Bunga.

Hani mengatakan pamerannya ini sebagai bentuk pertanggungjawaban morilnya sebagai pelukis –pekarya—untuk menghadirkan karya yang bisa dinikmati masyarakat.

“Pada gelaran pameran ini saya hadir dengan konsep dan teknik baru, tetapi tentunya tidak melepaskan karakter saya,” ujar Hani, yang karena kreativitas dan energinya yang meluap bak segara sempat dijuluki arek ”gendeng” dari Cilacap oleh pelukis Masdibyo.

Hani menambahkan pameran bertajuk “Nyekar” ini sebagai sungkem dirinya dan bakti, cinta kasih pada leluhur yang sudah berpulang. Utamanya, kepada kedua orang tua keluarga, sanak keluarga dan juga sesama.

Lingkungan ini bagi Hani juga merupakan lingkungan kehidupan yang sekalu memantik kerinduanya penaka segara yang jadi yang selalu memanggil-manggilnya untuk selalu diziarahi dengan kuntum-kuntum bunga sebagai penanda baktinya.

“Dalam setiap karya saya kali ini untuk memupuk rasa cinta ada simbol bunga yang sekaligus menjadi pedoman bahwa kita tidaklah sendiri dalam kehidupan ini. “Pameran “Nyekar” ini masih ada benang merahnya dengan pameran tunggal saya yang pertama “Segara”. Saya mengisi kedalaman pameran “Segara” yang kemarin,” beber Hani.

Mengapa pilihan objek lukisan Hani segara atawa lingkungan laut. Menurut Hani laut bisa menjadi personafikasi yang membahasakan gelegak jiwanya dalam karya visualnya. Disamping itu, atmosfir pesisir jadi salah satu alasannya juga.

“Keduanya punya peran dalam karya –karya “Segara“ dan “Nyekar”. Perjalanan hidup, lingkungan tinggal dari lahir hingga kini saya tinggal ditepi segara. Segara begitu menyatu dalam diri saya. Terlebih lagi suami saya seorang pelaut. Jadi segala rasa tentang laut saya tumpahkan dalam karya lukisan saya. Jadi “Nyekar” adalah masih tentang segara juga cinta,” ungkap Hani mengapa rindunya pada laut begitu menggebu.

Jiwa Hani Santana yang Merdeka

Rini Clara dalam tulisannya, menyebut pelukis perempuan Hani Santana lahir dan mencoba menjelajahi hutan rimba senirupa. Pada pameran tunggal pertamanya, Hani Santana sudah berada pada track yang benar. Spiritualitas sebagai sumber inspirasi tergambarkan pada pamerannya “Segara”.

“Dunia Hani Santana, dunia perempuan yang lengkap yang mampu mengolah mikrokosmos dan makrokosmosnya dengan baik. Hani Santana mampu mengungkapkan jagad kecilnya dengan bahasa besar – laut, gelombang, riak, arus, angin, badai, cuaca, iklim, dan berbarengan dengan rasa sepi, sunyi, kesendirian. Tetapi sekaligus bahasa perempuan akan kerinduan untuk dilayari dan diselami sampai kepada kedalaman jagad kecilnya yang gelap, sunyi, sepi, sendirian,” tulis Rini dalam catatannya.

Menurut Rini hal itulah yang menjadi misteri Hani Santana yang bisa diungkapkannya dengan baik lewat karya-karya Segara-nyanya. Misteri yang tetap terjaga dengan baik, spiritualitas yang muncul, bisa menengarai karya yang baik. Sebab karya yang baik. Karya yang mampu menjadi pintu masuk multitafsir.

Pada pameran “Segara” Hani Santana menyimpan kekayaan perasaan, pikiran-pikirannya, kegelisahannya, dunia sepi dan sunyinya, duka dan gembiranya, sakit, serta ledakan-ledakan emosinya.

Terkini, setelah pameran tunggalnya yang pertama bertajuk “Segara” Hani kembali menggelar pameran tunggal bertajuk “Nyekar” yang tentu saja tak lepas dari tema Bunga. Buat Hani, pameran kali ini menjadi semacam jeda relaksasi atau healing dari tema tunggal perdananya “Segara” , dimana ia menumpahkan rasa sepinya di sana.

“Jujur, aku cukup merasa terkuras dan amat kelelahan setelah ‘orgasme’ dahsyat dalam pencapaian tema dan eksekusi yang jujur apa adanya,” ujar Rini Clara menyitir ucapan istri dari Hendy Santana .

Jadi, tandas Rini, kalau kali ini Hani mencoba kembali melukis bunga yang merupakan tema-tema awalnya belajar melukis, mudah-mudahan hal itu merupakan bagian dari kemerdekaannya untuk lebih dalam menyelami kedalaman kehidupannya. (Heru Saputro)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *