Tak Punya Toko, Kaki Lima Pun Jadi
Onlinekoe.com, MEDAN – Tak memiliki toko, kaki lima pun jadi yang penting bisa berbisnis meski harus berpindah-pindah lokasi. Itulah yang dilakukan Zainul (35) pedagang minyak wangi di kota Medan.
Warga Tembung Kecamatan Percut Sei Tuan, Deli Serdang Sumatera Utara ini mengaku pekerjaan ini baru digeluti sejak 5 tahun lalu.Sebelumnya ia pernah bekerja sebagai karyawan sebuah percetakan di Jalan Masjid Medan.
“Saya memilih berbisnis sendiri meski dengan modal kecil-kecilan. Berapa pun penghasilan harus disyukuri. Dalam kondisi daya beli masyarakat masih lesu seperti sekarang ini omset penjualan rata-rata Rp150 ribu-Rp200 ribu/hari,” tutur Zainul kepada Sumaterapots.co di Medan, Rabu 10/7/2019.
Dia memang bermimpi untuk menyewa sebuah kios atau toko kecil sebagai tempat berjualan tetap seperti pedagang minyak wangi lain. Tapi mimpi itu belum tergapai. Soalnya selama ini dari hasil pendapatan hari-hari hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarga termasuk biaya pendidikan anak.
“Kami belum bisa menyisihkan dari penghasilan untuk tabungan. Apalagi biaya hidup sekarang tinggi. Bayangkan harga cabe merah saja Rp80.000/kg atau Rp8 ribu/kg. Itu belum lagi bahan pokok lainnya. Memang agak berat tantangan sekarang. Entah kapan ekonomi kita bisa tumbuh. Kita doakan saja agar pemerintah bisa membantu modal bagi pedagang K-5,” pinta Zainul.
Tak heran, saban hari setelah shalat Subuh, Zainul sudah bersiap-siap untuk berjualan aneka jenis minyak wangi. Isteri tercinta juga lebih cepat menyiapkan sarapan pagi. Sambil sarapan pagi Zainul berpikir di mana lokasi berbisnis hari ini. Kalau digelar di pelataran K-5 terkadang kena gusur. Tapi sedikit nyaman di depan masjid. Itu pun harus menunggu waktu shalat dzhur dan Asar.
“Kalau kita buka lapak di halaman masjid rasanya cocok. Sebab selain selalu ramai jamaah juga sekaligus kita bisa menunaikan shalat berjamaah. Dari sekian banyak orang, satu-dua bahkan lebih ada yang membeli. Memang kalau berjualan berpindah-pindah agak susah. Tapi harus dijalani juga demi mencari nafkah untuk keluarga,” ucap Zainul di sela-sela melayani pembeli.
Meski kesulitan tempat bisnisnya, raut wajah pria yang selalu memakai baju koko Pakistan ini tetap cerah dan terkesan tenang. Tak gampang memang berjualan seperti Zainul berpindah-pindah dan ribuan pedagang K-5 lainnya yang sering digusur. Namun, karena tanggung jawab besar terhadap keluarga, apa pun ceritanya harus dilakukan, meski hal itu terasa getir.(tiara)