Lima Kata tentang Hari Kopi Sedunia 2018
Sumaterapost, BANDARLAMPUNG – Di tengah duka negeri, pascagempa bumi-tsunami Palu dan Donggala, Sulawesi Tengah, warga planet bumi hangat merayakan Hari Kopi Sedunia (International Coffee Day) yang jatuh hari ini, 1 Oktober 2018.
Ditjen Industri Agro Kementerian Perindustrian mengorganisir gelaran Hari Kopi Sedunia 2018, 29 September hingga hari ini, dipusatkan di Makassar, Sulawesi Selatan. Diisi rangkaian kompetisi dan pameran, mulai pagelaran kopi terbaik Nusantara dan dunia, seminar-talkshow kopi Arabika-Robusta, lomba barista, pemilihan duta kopi, pemutaran film, hingga wisata kopi/kampung kopi.
Basis historis Hari Kopi sendiri, bermula 17 negara rayakannya tiap 29 September, dimotori Amerika Serikat, Kanada, Jepang, Skotlandia, Ethiopia, Britania Raya, Australia. ‘Digeser’ jadi 1 Oktober, hasil sidang International Coffee Organization (ICO), organisasi antarpemerintah untuk unifikasi ekspor-impor merespons tantangan perkopian global dengan kerjasama unilateral, Maret 2014.
Diresmikan perdana di London, negara anggota sepakat ber-Hari Kopi pertama, 1 Oktober 2015. Anggota ICO kini 77 negara (juga Indonesia) dan 24 asosiasi kopi, mewakili 98 persen produksi dan 83 persen konsumsi kopi dunia.
Demi memperingati, juga membumikannya, agar promosi dan pemajuan potensi kopi Nusantara terus membahana, melalui kanal WhatsApp, Senin (1/10/2018), hari ini, redaksi merangkum pendapat para pemangku urusan kopi ini. Ini dia Lima Kata tentang Hari Kopi.
Lima kata pertama, dipersembahkan Bupati Lampung Barat Parosil Mabsus. Bupati berjuluk Bupati Kopi karena keseriusan komitmennya menjadikan kabupaten kampung halamannya itu jadi Bumi Kopi, sekaligus serius menaja program vokasi populis, Sekolah Kopi ini menjawab mantap sekali.
“Indonesia negeriku, Lampung Barat kopiku,” ujar bupati pengampu sentra kopi robusta terbesar di Provinsi Lampung itu. Wow.
Lima kata kedua datang dari Jonli Oswan, founder Udjo Coffee, UMKM produsen kopi robusta kemasan asal Pekon Walur, Kecamatan Krui Selatan, Pesisir Barat, Lampung. “Kopi organik sehat dikonsumsi manusia,” ujar dia. Mmm, yummy.
Berikutnya, lima kata ketiga dihunus oleh Tri Budiyanto, founder Krakatoa Coffee, Lampung Selatan. “KopiIndonesia bukan terbaik, tapi1 diantaranya,” ujar pria ASN penggila kopi ini.
“Tiada semangat pagi tanpa kopi.” Lima kata keempat, diramu duta kopimania, Ketua Yayasan Alfian Husin sekaligus Ketua Bravo-5 Lampung, Andi Desfiandi. Analis ekonomi digital, juga Ketua Dewan Pembina Yayasan Desapolitan Indonesia (Desindo), yang banyak membina BUMDes dan UMKM di Lampung dan Jawa Tengah –termasuk yang memiliki unit usaha produksi kopi olahan ini. Semangat pagi, ya Pak?
Terakhir, lima kata diracik Yuri Dulloh, pengampu brand Yuam Coffee Roasted, asal Desa Pucangan, Kecamatan Ambal, Kebumen, Jawa Tengah. Sembari tak lupa mengucapkan selamat hari kopi internasional, peserta Festival Indonesia ke-3, di KBRI Moskow, 2-5 Agustus 2018 lalu itu, hangat menyapa.
“Go green and productive, petani makmur,” ujar produsen kopi bubuk Arabika, kopi nangka, kopi nangka bambu, kopi salam, hingga kopi luwak ber-tagline ‘one stop tourism and education service’ itu.
Anda pecinta kopi negeri sendiri? Selamat Hari Kopi. Yuk, kita seruput lagi kopinya. [red/mzl]